Minggu, 06 Desember 2015

Anakes

Antologi Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia
(Tarigan, Pateda, Nanik, dan Markhamah)

BAB I
M
EMAHAMI kesalahan berbahasa berarti juga memahami pengajaran Bahasa, pemerolehan Bahasa, kedwibahasaan dan interferensi. Kelima hal itu saling berkaitan baik langsung maupun tidak langsung. Pengajaran Bahasa menghasilkan PB1 dan PB2. Situasi pertama, secara ilmiah sang pelajar terjun langsung ke dalam situasi praktek berbahasa misalnya; anak-anak Bahasa pertama pada keluarga, atau orang yang belajar B2 di dalam lingkungan B2. Situasi kedua secara ilmiah sang pelajar belajar pada lembaga formal atau sekolah, misalnya belajar Bahasa inggris sebagai Bahasa di sekolah yang menggunakan Bahasa inggris sebagai Bahasa pengantar.
Ada dua sisi yang perlu mendapatkan perhatian ketika secara berkomunikasi, pertama, bahasanya sendiri. Kedua, sikap atau perilaku ketika berkomunikasi. Terkait dengan bahasanya terdapat kaidah kebahsaan yang perlu ditaati, termasuk di dalam kaidah kebahasaan ini adalah kaidah fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantic yang berlaku pada Bahasa yang dipilihnya sebagai alat untuk berkomunikasi.
Bagaimanakah berbahasa Indonesia yang baik dan benar itu? Untuk dapat berbahasa Indonseia yang baik dan benar harus diperhatikan situasi pemakaian dan kaidah yang digunakan dalam situasi resmi harus digunakan Bahasa Indonesia yang mencerminkan sifat keresmian dalam situasi yang tidak resmi atau santai tidak seharusnya digunakan Bahasa baku. Bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi itu adalah Bahasa yang cocok atau sesuai dengan situasi itu untuk memperjelas pengertian berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Analisis kesalahan bertujuan untuk menemukan kesalahan, mengklarifikasi dan terutama untuk melakukan tindakan perbaikan. Kesalahan si terdidik mungkin saja disebabkan oleh isis terdidik sendiri, tetapi mungkin pula disebabkan oleh guru, bahan, metode atau barangkali teknik mengajar guru. Dengan analisis kesalahan, guru dapat merencanakan pengajaran remedial dan dengan demikian dapat pula menentukan bahan yang akan diujikannya.

BAB II

S
EJAK akhir perang dunia ke-2 sampai pertengahan tahun 1960-an analisis konstrastif (anakon) mendominasi dunia pengajaran B2 dan pengajaran Bahasa asing. Mengingat pentingnya peranan analisis konstransif tersebut maka wajarlah apabila para guru Bahasa asing dan Bahasa kedua memahaminya. Bagi guru Bahasa Indonesia pun hal tersebut tetap berlaku mengingat Bahasa Indonseia lagi sebagian besar siswa merupakan Bahasa kedua kendati Bahasa Indonesia tidak termasuk kategori Bahasa asing. Pemahaman terhadap analisis konstratif itu akan sangat berguna membantu para guru Bahasa Indonesia untuk mengaplikasikannya di dalam kelas, atau mungkin juga mereka dapat membandingkan dengan teori lainnya dan kemudian dapat mengembangkan, memodifikasi serta menciptakan cara-cara mengajar Bahasa berdasarkan contoh-contoh yang ada.
Ciri fungsi adalah ciri yang menandai dan memberi ketentuan untuk apa ragam Bahasa baku itu digunakan. Ciri fungsi adalah ciri yang menyatakan peruntukan atau penggunaan. Penggunaan bahasa berhubungan dengan waktu, tempat, mitra tutur, dan situasi. Artinya penggunaan bahasa itu digunakan, di mana bahasa itu digunakan, kepada siapa Bahasa itu dipakai dan dalam situasi yang bagaimana bahasa dipakai.
Analisis keslahan terhadap belajar bahasa mempunyai dampak positif  bahasa sebagai perangkat kebiasaan dimiliki setiap orang sebagai media kumunikasi ada kecenderungan setiap pemakai bahasa lebih sering mengikuti jalan pikirannya tanpa mempertimbangkan kaidah-kaidah yang ada dalam tata bahasa. Sebaliknya, pemakaian bahasa yang selalu mempertimbangkan kaidah-kaidah tata bahasa serupanya menghasilkan konsep sesuai dengan struktur bahasa yang diapelajari.
Kesalahan berbahasa itu banyak jenisnya, namun tidak semuanya dapat dikategorikan pada kesalahan yang berhubungan dengan kompetensi. Disadari pula bahwa pada mulanya analisisis kesalahan hanya digunakan untuk bahasa Inggris sebagai bahasa kedua yang diajarkan di negara-negara di dunia ini. Guru bahasa inggris yang mengajar si terdidik yang berlatar belakang bahasa bukan bahasa inggris mencapai banyak kesulitan dan menemui bahwa si terdidik yang mempelajari bahasa inggris tersebut membuat kesalahan, salah satu usaha untuk mendeskripsikan kesalahan ini ialah menerapkan analisis kesalahan.




BAB III

K
ESALAHAN yang sering dibuat oleh siswa harus dikurangi dan kalu dapat dihapuskan sama sekali, hal ini baru dapat tercapai kalua seluk-beluk kesalahan itu dikaji secara mendalam. Analisis kesalahan mendasarkan prosedur kerja kepada data yang actual dan masalah yang nyata. Anakes dianggap lebih lebih efisien dan ekonomis dalam penyusun rencana strategi pengajaran, anakes dapat berfungsi sebagai dasar pengajian prediksi anakon dan sekaligus sebagai pelengkap hasil anakon.
            Ciri kalimat yang efektif yang lain selain yang sudah disebutkan di muka adalah adanya kepaduan unsur-unsur yang ada pada suatu kalimat. Kepaduan artinya keadaan padu, kesatuan pikiran, kebulatan pendapat (Tim penyusun KBBI, 2007:180). Yang dimaksud kepaduan di sini adalah adanya hubungan makna antara satu dengan kalimat yang lain. Sementara itu, yang dimaksud kepaduan kalimat adalah kesatuan antara unsur kalimat yang satu dengan unsur kalimat yang lain. Unsur-unsur di sini yang dimaksud adalah subjek dengan predikat, dengan objek atau pelengkap, dan dengan unsur keterangan.
            Setiap lambing bunyi bahasa mempunyai lafal atau ucapan tertentu yang tidak boleh di hafalkan menurut kemauan masing-masing pemakai bahasa. Pemakai bahasa Indonesia yang ingin ucapkan bahasa Indonesianya dinilai baik harus mematuhi kaidah yang berlaku di dalam bahasa tersebut. Kesalahan berbahasa Indonesia dalam tataran fonologi dapat terjadi baik penggunaan bahasa secara lisan maupun secara tertulis. Sebagian besar bahasa Indonesia dalam tataran fonologi berkaitan dengan pelafalan.
            Bahasa merupakan objek linguistik. Kita mengetahui linguistik terbagi atas tataran yaitu fonologi, morfologi, sintaksis dan semantic. Itu sebabnya berturut-turut akan dibahas kesalahan yang berhubungan dengan daerah fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Di samping itu akan dibahas sifat kesalahan, yakni kesalahan yang mudah diperbaiki dan yang sudah diperbaiki.

BAB IV

D
ENGAN bab-bab terdahulu kita pernah bicarakan hal-hal yang berkaitan dengan anakon dan anakes. Sekarang kita ingin mengetahui dalam hal apa saja teori dan metodologi antar Bahasa berbeda dari kedua pendekatan tersebut terhadap performansi pembelajar. Perbedaan yang paling jelas adalah dalam hal “sikap” terhadap performansi pembelajar, terutama sekali terhadap “kesalahan”. Kalau anakon sendiri itu tidak bicara apa-apa atau tidak mengambil bagian mengenai masalah ini, maka anakes tradisional menganggap kesalahan sebagai yang berbahaya dan berupaya sekuat daya membrantasnya dalam hal kerangka kerja antar bahasa, penyimpangan-penyimpangan dari norma-norma bahasa  sasaran diperlukan sebagai eksponen-eksponen system pembelajaran kedua dan barangkali merupakan perbedaan yang pentingialah bahwa kalua anakon secara eksklusif sangat memperhatikan atau menaruh perhatian besar terhadap aspek performansi pembelajar yang dapat dihubungkan dengan ciri-ciri bahasa ibunya, maka antarbahasa menghindari pembatasan ini. Inteferensi bahasa ibu atau bahasa-bahasa asli hanyalah merupakan salah satu sarana eksplantari di dalam daftar atau perbedaan sang peneliti antar bahasa. Jadi antar bahasa memeang lebih ampuh secara eksplanatory intern dan mencakup daya eksplanatori anakon dan bahkan memperluas serta menyumbangkannya pula secara metodologis, antar bahasa dapat dikatakan menyatukan asumsi-asumsi anakon dan anakes.
            Kefektifan kalimat selain di lihat dari ciri gramatikal, keselarasan, kepaduan, dan kehematan juga di lihat dari kevariasian. Kevariasian memang tidak langsung berdampak pada kesalahan, kevariasian dapat menghindarkan pendengar dan atau pembaca dari kebebasan, artinya, seseorang dalam berkomunikasi dituntut memiliki kata, klausa, kalimat, bahkan paragraph yang bervariasi.
            Kaidah atau aturan pembentukan kata dalam bahasa Indonesia sebenarnya sudah banyak dibicarakan dalam buku-buku tata bahasa. Dalam pengajaran bahasa di sekolah pun tata cara pembentukan kata sudah diajarkan. Meskipun demikian, hal itu tidak berarti semua bentukan kata dalam bahasa Indonesia telah dilakukan melalui proses yang benar sesuai kaidah yang berlaku. Dalam kenyataan berbahasa, masih sering kita jumpai bentukan kata yang menyimpang dari kaidah setelah kita mengetahui jenis, dan sifat kesalahan, maka dan penyebabnya perlu diketahui untuk keperluan penanggulangannya dan sekaligus perencanaan pengajaran remedial. Sumber dan penyebab kesalahan banyak, tetapi yang terpenting datangnya dari bahasa ibu, lingkungan, kebiasaan, interlingual, interfrensasi, dan tidak kalah penting adalah kesadaran penutup bahasa.

BAB V

K
ESALAHAN merupakan isi yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan sang pelajar, kesalahan tersebut merupakan bagian-bagian konvensasi atau komposisi yang menyimpang dari norma baku atau norma terpilih dari reformasi bahasa orang dewasa. Para guru dan orang tua (terlebih para ibu) yang telah berupaya memenangkan pertarungan begitu lama dan sabar terhadap kesalahan berbahasa murid-murid dan anak-anak. Mereka tiba pada suatu kesimpulan, pada suatu realisasi bahwa berbuat kesalahan merupakan suatu bagian belajar yang tidak terghindarkan. Dengan perkataan lain, guru dan orang tua tidak perlu mengelak atau menghindar dari kesalahan, tetapi justru harus menghadapi serta memperbaiki kesalahan yang dibuat oleh murid dan anak mereka. Kita dapat belajar bahasa tanpa pertama sekali berbuat kesalahan-kesalahan secara sistematis.
            Sebagai bahasa pergaulan, bahasa Indonesia tidak mengalami permasalahan yang berarti, namun sebagai bahasa baku dan bahasa ilmu pengetahuan masih banyak kekurangan. Misalnya, penulis (ilmuan) tanpa disadari telah menyusun kalimat yang panjang tetapi unsur fungsi tidak lengkap, ketidaklengkapan itu antaranya tidak ada subjek atau predikat. Kalimat yang demikian berarti bukan merupakan kalimat yang salah.
            Menyatakan beberapa penyebab kesalahan itu pertama, kesalahan yang diakibatkan oleh ejaan yang kurang tepat. Kesalahan yang kedua dan ketiga tidak lagi dibahas karena sudah dibahas pada kesalahan bidang fonologi. Pada bagian ini hanya akan dibahas kesalahan yang pertama, yakni yang berhubungan dengan ketaksamaan yang berhubungan dengan struktuk.

BAB VI

K
ESANTUNAN sosiolingistik dalam tindakan meliputi berbicara dengan suara lemah-lembut, nmengucapakan dan menjawab salam, mengucapkan kata-kata yang baik, menjaga kehormatan pasangan bicara, berdoa untuk kebaikan mitra bicara, membungkukkan badan sebagai tanda hormat pada pasangan bicara, memenuhi permintaan/perintah, melakukan penolakan atas perintah secara halus, berbuat baik, berlaku adil, dan menciptakan kedamaian. Adapaun kesantuan sosiolingistik dalam tuturan meliputi tuturan yang rinci dan jelas, pilhan kata yang baik dan halus dan panggilan kehormatan pasangan bicara, dan mengungkapkan tak langsung/sindiran.
            Kesalahan berbahasa dalam tataran semantic dapat dengan bahasa tulis maupun bahasa lisan. Kesalahan berbahasa ini dapat terjadi pada tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis. Kesalahan berbahasa dalam tataran semantic ini penekanannya pada penyimpangan makna, baik yang berkaitan dengan fonologi, morfologi, maupun sintaksis. Jadi, jika ada sebuah bunyi bentuk kata, ataupun kalimat yang maknanya menyimpang dari makna yang seharusnya, maka tergolong ke dalam kesalahan berbahasa ini.
DALAM kehidupan sehari-hari kita melihat orang membaca surat kabar atau majalah, apakah di dalam pesawat udara atau sedang duduk santai di rumah. Kadang-kadang kita melihat seorang sedang membaca buku tebal, tetapi ketika kita lewat di sebuah kelas, kita mendengar kata-kata seorang guru yang meminta si terdidik membaca sebuah wacana.
            Dalam kehidupan sehari-hari, kita melihat pula orang yang sedang menulis, apakah ia menulis surat untuk anggota keluarga di Jakarta, menulis konsep cerita pendek, atau murid-murid yang sedang berlatih menulis di bawah bimbingan gurunya.
            Pendek kata kegiatan membaca dan menulis merupakan sebagian kegiatan manusia. Itu sebabnya keterampilan membaca dan menulis menjadi pokok bahasan sejak si terdidik berada di sekolah dasar. Ketika si terdidik membaca dan menulis, pasti ada kesalahan yang dibuatnya.



BAB VII

K
ESATUAN berbahasa sebenarnya merupakan cara yang di tempuh oleh penutur di dalam  berkomunikasi agar petutur tidak merasa tertekan,kesatuan berbahasa ini di maknai sebagaiusaha penutur untukk menjaga harga diri,atau wajah,pembicaraan maupun pendengaran.Bahasa sebenarnya bersifat netral.Bahasa menjadi baik atau tidak baik dalam penggunaan pihak tertentu.
              Seperti juga dinyatakan oleh  Low bahwa penggunaan bahasa dalam masyarakat tidak di kreasikan sendiri,melainkan di ciptakan oleh lingkungan intersubjektif yang membantu penutur membingkai dan mengungkapkan pengalamanya.Dalam pengertian masyarakat ini tercakup pula pola-pola  perilaku dan budayanya.
               Secara linguistik kesatuan berbahasa di ketahui dari hal-hal berikut :pilihan kata,pemakaian jenis kalimat.Bahasa meliputi fonologi,morfologi,sintaksis,dan semantik,masing-masing memiliki kesatuan linguistik.Urutan hierarki satuan-satuan linguistik secara teoretis yang normal adalah fonem,morfem,kata,frasa,klausa,kalimat,dan wacana.
               Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu berarti terdapat konsep,gagasan,pikiran,atau ide yang utuh,yang dapat di pahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengaran (dalam wacana lisan),tanpa keraguan apapun.Persyaratan gramatikal dalam wacana dapat di penuhi jika dalam wacana itu sudah terbina kekohesian,yaitu adanya keserasian hubungan antara unsur-unsur yang ada dalam wacana tersebut atau adanya hubungan bentuk.Jika wacana itu kohesif akan terciptalah kekoherensian, yaitu isi wacana yana apik dan benar atau adanya hubungan makna atau hubungan semantis.
                 
Norrish(1983:80-81) mengemukakan dua mekanisme menganalisis kesalahan.                                     Mekanisme yang di usulkan yakni membuat kategori kesalahan dan pengelompokan jenis kesalahan itu bedasarkan daerahnya.secara teknis mekanisme ini di laksanakan denagan cara (i) melaksanakan kategori seleksi awal,(ii) menentukan kategori kesalahan,dan (iii) mencetak cepat.untuk menentukan kategori kesalahan,Hudson(1971) yang di kutip Norrish (1983:83:86) mengusulkan penggunaan kartu.
BAB VIII

S
ELAMA ini orang umumnya berpendapat bahwa ejaan hanya berkaitan dengan cara mengeja suatu kata. Contoh, kata eja dieja dengan e-j-a menjadi eja.pengertian ejaan seperti itu sebenarnya kurang tepat karena yang di sebut ejaan pada dasarnya lebih luas dari itu.Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1998:250) ejaan di definisikan sebagai kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata,kalimat,dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-hiruf) serta penggunaan tanda baca.jelaskan bahwa ejaan tidak hanya berkaitan dengan cara mengeja suatu kata,tetapi yang lebih utama berkaitan dengan cara mengatur penulisan huruf menjadi satuan yang lebih besar,misalnya kata,kelompok kaya,atau kalimat.kecuali itu,ejaan berkaitan pula dengan penggunaan tanda baca pada satuan-satuan huruf tersebut.
                  Berikut ini berturut-turut akan penulis kemukakan kesalahan dalam penerapan kaidah ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD), di antaranya meliputi: (a) kesalahan penulisan huruf besar atau huruf kapital, (b) kesalahan penulisan huruf miring, (c) kesalahan penulisan kata, (d) kesalahan memenggal kata, kesalahan penulisan lambang bilangan, (f) kesalahan penulisan unsr serapan, dan (g)kesalahan penulisan tanda baca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar