Antologi Analisis Kesalahan Berbahasa
Indonesia
(Tarigan, Pateda, Nanik, dan
Markhamah)
BAB I
M
|
EMAHAMI
kesalahan berbahasa berarti juga memahami pengajaran Bahasa, pemerolehan
Bahasa, kedwibahasaan dan interferensi. Kelima hal itu saling berkaitan baik langsung
maupun tidak langsung. Pengajaran Bahasa menghasilkan PB1 dan PB2. Situasi
pertama, secara ilmiah sang pelajar terjun langsung ke dalam situasi praktek
berbahasa misalnya; anak-anak Bahasa pertama pada keluarga, atau orang yang
belajar B2 di dalam lingkungan B2. Situasi kedua secara ilmiah sang pelajar
belajar pada lembaga formal atau sekolah, misalnya belajar Bahasa inggris
sebagai Bahasa di sekolah yang menggunakan Bahasa inggris sebagai Bahasa
pengantar.
Ada
dua sisi yang perlu mendapatkan perhatian ketika secara berkomunikasi, pertama,
bahasanya sendiri. Kedua, sikap atau perilaku ketika berkomunikasi. Terkait
dengan bahasanya terdapat kaidah kebahsaan yang perlu ditaati, termasuk di
dalam kaidah kebahasaan ini adalah kaidah fonologi, morfologi, sintaksis, dan
semantic yang berlaku pada Bahasa yang dipilihnya sebagai alat untuk
berkomunikasi.
Bagaimanakah
berbahasa Indonesia yang baik dan benar itu? Untuk dapat berbahasa Indonseia
yang baik dan benar harus diperhatikan situasi pemakaian dan kaidah yang
digunakan dalam situasi resmi harus digunakan Bahasa Indonesia yang
mencerminkan sifat keresmian dalam situasi yang tidak resmi atau santai tidak
seharusnya digunakan Bahasa baku. Bahasa yang digunakan dalam situasi tidak
resmi itu adalah Bahasa yang cocok atau sesuai dengan situasi itu untuk
memperjelas pengertian berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Analisis
kesalahan bertujuan untuk menemukan kesalahan, mengklarifikasi dan terutama
untuk melakukan tindakan perbaikan. Kesalahan si terdidik mungkin saja
disebabkan oleh isis terdidik sendiri, tetapi mungkin pula disebabkan oleh
guru, bahan, metode atau barangkali teknik mengajar guru. Dengan analisis
kesalahan, guru dapat merencanakan pengajaran remedial dan dengan demikian
dapat pula menentukan bahan yang akan diujikannya.
BAB II
S
|
EJAK
akhir perang dunia ke-2 sampai pertengahan tahun 1960-an analisis konstrastif
(anakon) mendominasi dunia pengajaran B2 dan pengajaran Bahasa asing. Mengingat
pentingnya peranan analisis konstransif tersebut maka wajarlah apabila para
guru Bahasa asing dan Bahasa kedua memahaminya. Bagi guru Bahasa Indonesia pun
hal tersebut tetap berlaku mengingat Bahasa Indonseia lagi sebagian besar siswa
merupakan Bahasa kedua kendati Bahasa Indonesia tidak termasuk kategori Bahasa
asing. Pemahaman terhadap analisis konstratif itu akan sangat berguna membantu
para guru Bahasa Indonesia untuk mengaplikasikannya di dalam kelas, atau
mungkin juga mereka dapat membandingkan dengan teori lainnya dan kemudian dapat
mengembangkan, memodifikasi serta menciptakan cara-cara mengajar Bahasa
berdasarkan contoh-contoh yang ada.
Ciri
fungsi adalah ciri yang menandai dan memberi ketentuan untuk apa ragam Bahasa baku
itu digunakan. Ciri fungsi adalah ciri yang menyatakan peruntukan atau penggunaan.
Penggunaan bahasa berhubungan dengan waktu, tempat, mitra tutur, dan situasi.
Artinya penggunaan bahasa itu digunakan, di mana bahasa itu digunakan, kepada
siapa Bahasa itu dipakai dan dalam situasi yang bagaimana bahasa dipakai.
Analisis
keslahan terhadap belajar bahasa mempunyai dampak positif bahasa sebagai perangkat kebiasaan dimiliki
setiap orang sebagai media kumunikasi ada kecenderungan setiap pemakai bahasa
lebih sering mengikuti jalan pikirannya tanpa mempertimbangkan kaidah-kaidah
yang ada dalam tata bahasa. Sebaliknya, pemakaian bahasa yang selalu
mempertimbangkan kaidah-kaidah tata bahasa serupanya menghasilkan konsep sesuai
dengan struktur bahasa yang diapelajari.
Kesalahan
berbahasa itu banyak jenisnya, namun tidak semuanya dapat dikategorikan pada
kesalahan yang berhubungan dengan kompetensi. Disadari pula bahwa pada mulanya
analisisis kesalahan hanya digunakan untuk bahasa Inggris sebagai bahasa kedua
yang diajarkan di negara-negara di dunia ini. Guru bahasa inggris yang mengajar
si terdidik yang berlatar belakang bahasa bukan bahasa inggris mencapai banyak
kesulitan dan menemui bahwa si terdidik yang mempelajari bahasa inggris
tersebut membuat kesalahan, salah satu usaha untuk mendeskripsikan kesalahan
ini ialah menerapkan analisis kesalahan.
BAB III
K
|
ESALAHAN
yang sering dibuat oleh siswa harus dikurangi dan kalu dapat dihapuskan sama
sekali, hal ini baru dapat tercapai kalua seluk-beluk kesalahan itu dikaji
secara mendalam. Analisis kesalahan mendasarkan prosedur kerja kepada data yang
actual dan masalah yang nyata. Anakes dianggap lebih lebih efisien dan ekonomis
dalam penyusun rencana strategi pengajaran, anakes dapat berfungsi sebagai
dasar pengajian prediksi anakon dan sekaligus sebagai pelengkap hasil anakon.
Ciri kalimat yang efektif yang lain
selain yang sudah disebutkan di muka adalah adanya kepaduan unsur-unsur yang
ada pada suatu kalimat. Kepaduan artinya keadaan padu, kesatuan pikiran,
kebulatan pendapat (Tim penyusun KBBI, 2007:180). Yang dimaksud kepaduan di
sini adalah adanya hubungan makna antara satu dengan kalimat yang lain. Sementara
itu, yang dimaksud kepaduan kalimat adalah kesatuan antara unsur kalimat yang
satu dengan unsur kalimat yang lain. Unsur-unsur di sini yang dimaksud adalah
subjek dengan predikat, dengan objek atau pelengkap, dan dengan unsur
keterangan.
Setiap lambing bunyi bahasa
mempunyai lafal atau ucapan tertentu yang tidak boleh di hafalkan menurut
kemauan masing-masing pemakai bahasa. Pemakai bahasa Indonesia yang ingin
ucapkan bahasa Indonesianya dinilai baik harus mematuhi kaidah yang berlaku di
dalam bahasa tersebut. Kesalahan berbahasa Indonesia dalam tataran fonologi
dapat terjadi baik penggunaan bahasa secara lisan maupun secara tertulis.
Sebagian besar bahasa Indonesia dalam tataran fonologi berkaitan dengan
pelafalan.
Bahasa merupakan objek linguistik.
Kita mengetahui linguistik terbagi atas tataran yaitu fonologi, morfologi,
sintaksis dan semantic. Itu sebabnya berturut-turut akan dibahas kesalahan yang
berhubungan dengan daerah fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Di
samping itu akan dibahas sifat kesalahan, yakni kesalahan yang mudah diperbaiki
dan yang sudah diperbaiki.
BAB IV
D
|
ENGAN
bab-bab terdahulu kita pernah bicarakan hal-hal yang berkaitan dengan anakon
dan anakes. Sekarang kita ingin mengetahui dalam hal apa saja teori dan
metodologi antar Bahasa berbeda dari kedua pendekatan tersebut terhadap
performansi pembelajar. Perbedaan yang paling jelas adalah dalam hal “sikap”
terhadap performansi pembelajar, terutama sekali terhadap “kesalahan”. Kalau
anakon sendiri itu tidak bicara apa-apa atau tidak mengambil bagian mengenai
masalah ini, maka anakes tradisional menganggap kesalahan sebagai yang
berbahaya dan berupaya sekuat daya membrantasnya dalam hal kerangka kerja antar
bahasa, penyimpangan-penyimpangan dari norma-norma bahasa sasaran diperlukan sebagai eksponen-eksponen
system pembelajaran kedua dan barangkali merupakan perbedaan yang pentingialah
bahwa kalua anakon secara eksklusif sangat memperhatikan atau menaruh perhatian
besar terhadap aspek performansi pembelajar yang dapat dihubungkan dengan
ciri-ciri bahasa ibunya, maka antarbahasa menghindari pembatasan ini.
Inteferensi bahasa ibu atau bahasa-bahasa asli hanyalah merupakan salah satu
sarana eksplantari di dalam daftar atau perbedaan sang peneliti antar bahasa.
Jadi antar bahasa memeang lebih ampuh secara eksplanatory intern dan mencakup
daya eksplanatori anakon dan bahkan memperluas serta menyumbangkannya pula
secara metodologis, antar bahasa dapat dikatakan menyatukan asumsi-asumsi
anakon dan anakes.
Kefektifan kalimat selain di lihat
dari ciri gramatikal, keselarasan, kepaduan, dan kehematan juga di lihat dari
kevariasian. Kevariasian memang tidak langsung berdampak pada kesalahan,
kevariasian dapat menghindarkan pendengar dan atau pembaca dari kebebasan,
artinya, seseorang dalam berkomunikasi dituntut memiliki kata, klausa, kalimat,
bahkan paragraph yang bervariasi.
Kaidah atau aturan pembentukan kata
dalam bahasa Indonesia sebenarnya sudah banyak dibicarakan dalam buku-buku tata
bahasa. Dalam pengajaran bahasa di sekolah pun tata cara pembentukan kata sudah
diajarkan. Meskipun demikian, hal itu tidak berarti semua bentukan kata dalam
bahasa Indonesia telah dilakukan melalui proses yang benar sesuai kaidah yang berlaku.
Dalam kenyataan berbahasa, masih sering kita jumpai bentukan kata yang
menyimpang dari kaidah setelah kita mengetahui jenis, dan sifat kesalahan, maka
dan penyebabnya perlu diketahui untuk keperluan penanggulangannya dan sekaligus
perencanaan pengajaran remedial. Sumber dan penyebab kesalahan banyak, tetapi
yang terpenting datangnya dari bahasa ibu, lingkungan, kebiasaan, interlingual,
interfrensasi, dan tidak kalah penting adalah kesadaran penutup bahasa.
BAB V
K
|
ESALAHAN merupakan
isi yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan sang pelajar, kesalahan
tersebut merupakan bagian-bagian konvensasi atau komposisi yang menyimpang dari
norma baku atau norma terpilih dari reformasi bahasa orang dewasa. Para guru
dan orang tua (terlebih para ibu) yang telah berupaya memenangkan pertarungan
begitu lama dan sabar terhadap kesalahan berbahasa murid-murid dan anak-anak.
Mereka tiba pada suatu kesimpulan, pada suatu realisasi bahwa berbuat kesalahan
merupakan suatu bagian belajar yang tidak terghindarkan. Dengan perkataan lain,
guru dan orang tua tidak perlu mengelak atau menghindar dari kesalahan, tetapi
justru harus menghadapi serta memperbaiki kesalahan yang dibuat oleh murid dan
anak mereka. Kita dapat belajar bahasa tanpa pertama sekali berbuat kesalahan-kesalahan
secara sistematis.
Sebagai bahasa pergaulan, bahasa
Indonesia tidak mengalami permasalahan yang berarti, namun sebagai bahasa baku
dan bahasa ilmu pengetahuan masih banyak kekurangan. Misalnya, penulis (ilmuan)
tanpa disadari telah menyusun kalimat yang panjang tetapi unsur fungsi tidak
lengkap, ketidaklengkapan itu antaranya tidak ada subjek atau predikat. Kalimat
yang demikian berarti bukan merupakan kalimat yang salah.
Menyatakan beberapa penyebab
kesalahan itu pertama, kesalahan yang diakibatkan oleh ejaan yang kurang tepat.
Kesalahan yang kedua dan ketiga tidak lagi dibahas karena sudah dibahas pada
kesalahan bidang fonologi. Pada bagian ini hanya akan dibahas kesalahan yang
pertama, yakni yang berhubungan dengan ketaksamaan yang berhubungan dengan
struktuk.
BAB VI
K
|
ESANTUNAN sosiolingistik
dalam tindakan meliputi berbicara dengan suara lemah-lembut, nmengucapakan dan
menjawab salam, mengucapkan kata-kata yang baik, menjaga kehormatan pasangan
bicara, berdoa untuk kebaikan mitra bicara, membungkukkan badan sebagai tanda
hormat pada pasangan bicara, memenuhi permintaan/perintah, melakukan penolakan
atas perintah secara halus, berbuat baik, berlaku adil, dan menciptakan
kedamaian. Adapaun kesantuan sosiolingistik dalam tuturan meliputi tuturan yang
rinci dan jelas, pilhan kata yang baik dan halus dan panggilan kehormatan
pasangan bicara, dan mengungkapkan tak langsung/sindiran.
Kesalahan berbahasa dalam tataran
semantic dapat dengan bahasa tulis maupun bahasa lisan. Kesalahan berbahasa ini
dapat terjadi pada tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis. Kesalahan
berbahasa dalam tataran semantic ini penekanannya pada penyimpangan makna, baik
yang berkaitan dengan fonologi, morfologi, maupun sintaksis. Jadi, jika ada
sebuah bunyi bentuk kata, ataupun kalimat yang maknanya menyimpang dari makna
yang seharusnya, maka tergolong ke dalam kesalahan berbahasa ini.
DALAM kehidupan sehari-hari kita melihat
orang membaca surat kabar atau majalah, apakah di dalam pesawat udara atau
sedang duduk santai di rumah. Kadang-kadang kita melihat seorang sedang membaca
buku tebal, tetapi ketika kita lewat di sebuah kelas, kita mendengar kata-kata
seorang guru yang meminta si terdidik membaca sebuah wacana.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita
melihat pula orang yang sedang menulis, apakah ia menulis surat untuk anggota
keluarga di Jakarta, menulis konsep cerita pendek, atau murid-murid yang sedang
berlatih menulis di bawah bimbingan gurunya.
Pendek kata kegiatan membaca dan
menulis merupakan sebagian kegiatan manusia. Itu sebabnya keterampilan membaca
dan menulis menjadi pokok bahasan sejak si terdidik berada di sekolah dasar.
Ketika si terdidik membaca dan menulis, pasti ada kesalahan yang dibuatnya.
BAB VII
K
|
ESATUAN
berbahasa sebenarnya merupakan cara yang di tempuh oleh penutur di dalam berkomunikasi agar petutur tidak merasa
tertekan,kesatuan berbahasa ini di maknai sebagaiusaha penutur untukk menjaga
harga diri,atau wajah,pembicaraan maupun pendengaran.Bahasa sebenarnya bersifat
netral.Bahasa menjadi baik atau tidak baik dalam penggunaan pihak tertentu.
Seperti juga dinyatakan oleh Low bahwa penggunaan bahasa dalam masyarakat
tidak di kreasikan sendiri,melainkan di ciptakan oleh lingkungan intersubjektif
yang membantu penutur membingkai dan mengungkapkan pengalamanya.Dalam
pengertian masyarakat ini tercakup pula pola-pola perilaku dan budayanya.
Secara linguistik kesatuan
berbahasa di ketahui dari hal-hal berikut :pilihan kata,pemakaian jenis
kalimat.Bahasa meliputi fonologi,morfologi,sintaksis,dan semantik,masing-masing
memiliki kesatuan linguistik.Urutan hierarki satuan-satuan linguistik secara
teoretis yang normal adalah fonem,morfem,kata,frasa,klausa,kalimat,dan wacana.
Sebagai satuan bahasa yang
lengkap, maka dalam wacana itu berarti terdapat konsep,gagasan,pikiran,atau ide
yang utuh,yang dapat di pahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau
pendengaran (dalam wacana lisan),tanpa keraguan apapun.Persyaratan gramatikal
dalam wacana dapat di penuhi jika dalam wacana itu sudah terbina kekohesian,yaitu
adanya keserasian hubungan antara unsur-unsur yang ada dalam wacana tersebut
atau adanya hubungan bentuk.Jika wacana itu kohesif akan terciptalah
kekoherensian, yaitu isi wacana yana apik dan benar atau adanya hubungan makna
atau hubungan semantis.
Norrish(1983:80-81)
mengemukakan dua mekanisme menganalisis kesalahan. Mekanisme
yang di usulkan yakni membuat kategori kesalahan dan pengelompokan jenis
kesalahan itu bedasarkan daerahnya.secara teknis mekanisme ini di laksanakan
denagan cara (i) melaksanakan kategori seleksi awal,(ii) menentukan kategori
kesalahan,dan (iii) mencetak cepat.untuk menentukan kategori
kesalahan,Hudson(1971) yang di kutip Norrish (1983:83:86) mengusulkan
penggunaan kartu.
BAB
VIII
S
|
ELAMA
ini orang umumnya berpendapat bahwa ejaan hanya berkaitan dengan cara mengeja
suatu kata. Contoh, kata eja dieja dengan e-j-a menjadi eja.pengertian ejaan
seperti itu sebenarnya kurang tepat karena yang di sebut ejaan pada dasarnya lebih
luas dari itu.Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1998:250) ejaan di
definisikan sebagai kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi
(kata,kalimat,dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-hiruf) serta
penggunaan tanda baca.jelaskan bahwa ejaan tidak hanya berkaitan dengan cara
mengeja suatu kata,tetapi yang lebih utama berkaitan dengan cara mengatur
penulisan huruf menjadi satuan yang lebih besar,misalnya kata,kelompok
kaya,atau kalimat.kecuali itu,ejaan berkaitan pula dengan penggunaan tanda baca
pada satuan-satuan huruf tersebut.
Berikut ini berturut-turut akan
penulis kemukakan kesalahan dalam penerapan kaidah ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (EYD), di antaranya meliputi: (a) kesalahan penulisan huruf besar
atau huruf kapital, (b) kesalahan penulisan huruf miring, (c) kesalahan
penulisan kata, (d) kesalahan memenggal kata, kesalahan penulisan lambang bilangan,
(f) kesalahan penulisan unsr serapan, dan (g)kesalahan penulisan tanda baca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar