Sabtu, 26 Desember 2015

Nama   : Adilia Anesti
NIM    : 2222120364
Kelas   : VII. A

Tugas 1: Pembahasan Mengenai BAB I dari Empat Buku, yaitu Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik karya Nanik Setyawati, Analisis Kesalahan & Kesantunan Berbahasa Karya Markhamah, dkk., Analisis Kesalahan Karya Mansoer Pateda, dan Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa Karya Henry Guntur Tarigan

Analisis kesalahan berbahasa merupakan salah satu mata kuliah yang sedang dipelajari oleh mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia semester tujuh. Mata kuliah ini sangatlah penting bagi mahasiswa yang nantinya akan menjadi seorang pendidik. Seperti yang diungkapkan oleh Nanik Setyawati, Markhamah, dkk., Mansoer Pateda, dan Henry Guntur Tarigan bahwa kesalahan berbahasa sering terjadi pada peserta didik. Hal ini dapat disebabkan atau dipengaruhi beberapa masalah salah satunya kesalahan yang sering dilakukan peserta didik. Maka dapat dianalisis apakah kesalahan tersebut disebabkan oleh seorang pendidik ketika sedang mengajar. 
Maka dari itu Nanik Setyawati dalam bukunya yang berjudul Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik pada BAB I, ia membahas mengenai ragam bahasa, bahasa Indonesia sebagai ragam ilmu, dan membahas bagaimana berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
Menurutnya bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan, yaitu sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Ragam bahasa itu sendiri adalah keanekaragaman pemakaian bahasa. Oleh sebab itu, ketika kita berkomunikasi maka ragam bahasa yang digunakan akan berbeda-beda bergantung situasi dan kondisi. Maka dari itu, Setyawati menyebutkan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu memiliki sifat, yaitu ragam bahasa ilmu bukan dialek. Karena dialek itu sendiri adalah suatu sistem kebahasaan yang digunakan oleh suatu masyarakat untuk membedakannya dengan masyarakat lainnya. Sifat berikutnya bahwa ragam bahasa ilmu merupakan ragam resmi. Hal ini dikarenakan bahwa bahasa resmi sudah pasti bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baku. Oleh karena itu, ragam bahasa ilmu digunakan para cendikiawan untuk mengomunikasikan ilmunya sehingga akan banyak istilah-istilah yang muncul. Begitu pula yang terjadi pada saat proses belajar mengajar yang berlangsung di dalam kelas.
Markhamah, dkk. dalam bukunya yang berjudul Analisis Kesalahan & Kesantunan Berbahasa pada BAB I Pendahuluan, ia lebih membahas hal-hal apa saja yang harus diperhatikan ketika kita sedang berkomunikasi. Menurutnya, hal yang harus diperhatikan berkenaan dengan bahasa yang digunakan dan sikap atau perilaku ketika berkomunikasi. Selain itu ada hal lain yang harus diperhatikan, yaitu etika berbahasa. Hal-hal inilah yang sering kali luput ketika seseorang berbicara kepada orang lain.
Munurut Mansoer Pateda bahwa analisis kesalahan berbahasa itu masuk ke dalam bagian linguistik. Kesalahan berbahasa ini sering kali terjadi pada peserta didik sehingga dihubungkan dengan bagaimana pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas. Berawal dari masalah tersebut, maka muncullah pendekatan baru dalam pembelajaran bahasa, yaitu analisis kontrastif dan analisis kesalahan. Analisis kontrsatif itu sebagai suatu pendekatan pengajaran bahasa mengasumsikan bahwa bahasa ibu mempengaruhi si terdidik ketika ia mempelajari bahasa kedua. Sedangkan analisis kesalahan itu adalah kesalahan yang berhubungan dengan keterampilan tertentu, misalnya menyimak, berbicara, membaca, atau menulis serta ada pula yang terjadi pada tataran linguisik seperti pada tataran fonologi, morfologi, atau sintaksis. Maka dari itu, peran guru di dalam pembelajaran bahasa itu sangat penting. Begitu pula pengaruh bahasa pertama peserta didik kepada bahasa yang sedang dipelajarinya dapat menjadi penyebab timbulnya kesalahan dalam pembelajaran bahasa.
Henry Guntur Tarigan juga menjelaskan mengenai kesalahan berbahasa. Jika dilihat materi yang disampaikan tidak jauh berbeda dengan yang disampaikan oleh Mansoer Pateda dalam bukunya pada BAB I. Menurut Tarigan ketika kita ingin memahami mengenai kesalahan berbahasa maka kita harus memahami pula pengajaran bahasa, pemerolehan bahasa, kedwibahasaan, dan interferensi. Hal ini dikarenakan kelima materi tersebut dapat saling berhubungan dan ketika terjadi kesalahan berbahasa maka dapat dilihat apa penyebabnya, apakah karena pengajaran bahasanya, pemerolehan bahasanya, kedwibahasaan, atau interferensinya. Kedwibahasaan dan interferensi di sini yaitu saling mempengaruhi antara B1 dengan B2. Sehingga ketika kesalahan bahasa tersebut dianalisis maka dapat terjadi kesalahan pada tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis.    


Nama   : Adilia Anesti
NIM    : 2222120364
Kelas   : VII. A

Tugas 2: Pembahasan Mengenai BAB II dari Empat Buku, yaitu Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik karya Nanik Setyawati, Analisis Kesalahan & Kesantunan Berbahasa Karya Markhamah, dkk., Analisis Kesalahan Karya Mansoer Pateda, dan Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa Karya Henry Guntur Tarigan

Nanik Setyawati dalam bukunya bagian BAB II membahas mengenai analisis kesalahan berbahasa. Menurut Nanik Setyawati kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi atau penyimpangan dari norma kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata bahasa Indonesia. Menurut Nanik Setyawati kesalahan berbahasa disebabkan oleh terpengaruh bahasa yang lebih dahulu dikuasainya, kekurang pahaman pemakai bahasa terhadap bahasa yang dipakai, dan pengajaran bahasa yang kurang tepat dan kurang sempurna.
Analisis kesalahan berbahasa menurut Setyawati adalah suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh peneliti atau guru bahasa, yang meliputi kegiatan mengumpulkan sampel kesalahan, mengidenfitikasi kesalahan yang terdapat dalam sampel, menjelaskan kesalahan tersebut, mengklasifikasi kesalahan, dan mengevaluasi taraf keseriusan kesalahan. Kesalahan tersebut dapat terjadi pada tataran linguistik, seperti pada bidang fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan wacana. Juga dapat terjadi pada kegiatan berbahasa atau keterampilan bahasa, sarana atau jenis bahasa yang digunakan, penyebab kesalahan itu terjadi, dan kesalahan berbahasa berdasarkan frekuensi terjadinya.   
Berbeda dengan Markhamah, dkk. yang membahas kesalahan berbahasa pada bidang sintaksis atau kalimat, yaitu membahas mengenai kalimat efektif. Menurut Soedjito dalam buku Analisis Kesalahan & Kesantunan Berbahasa kalimat efektif itu memiliki ciri gramatikal yang dapat dilihat dari bidang morfologi dan sintaksis. Ciri berikutnya adalah ciri diktis atau pilihan katanya. Pemilihan kata yang tepat juga memiliki beberapa pedoman seperti, pemakaian kata tutur, pemakaian kata-kata bersinonim, pemakaian kata yang bernilai rasa, pemakaian kata-kata atau istilah asing, pemakaian kata-kata kongkret atau abstrak, pemakaian kata umum dan khusus, pemakaian kata ideomatik, dan pemakaian kata-kata yang lugas.
Menurut Markhamah, dkk. kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi penalaran atau kalimat yang logis. Kelogisan tersebut dapat terlihat dari kelogisan hubungan makna antara subjek dengan predikat, kelogisan hubungan makna antara subjek dengan predikat dan pelaku, dan kelogisan antara predikat dengan pelengkap atau objek.
Sedangkan Mansoer Pateda dalam bukunya bagian BAB II, ia membahas mengenai jenis kesalahan. Ia membagi kesalahan menjadi tiga belas jenis kesalahan, yaitu kesalahan acuan, kesalahan register, kesalahan sosial, kesalahan tekstual, kesalahan penerimaan, kesalahan pengungkapan, kesalahan perorangan, kesalahan kelompok, kesalahan menganalogi, kesalahan transfer, kesalahan guru, kesalahan lokal, dan kesalahan global.   

Henry Guntur Tarigan dalam bukunya Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa pada BAB II membahas mengenai analisis kontrastrif seperti yang sudah dijelaskan oleh Mansoer Pateda dalam bukuya pada BAB I. Pandangan Tarigan sedikit berbeda dengan Mansoer Pateda, menurutnya analisis kontrastif adalah kegiatan memperhatikan struktur B1 dan B2 untuk mengidentifikasi perbedaan kedua bahasa itu. Namun, ada beberapa pandangan yang sama yaitu mengenai masalah ini sering terjadi pada saat pembelajaran atau pengajaran bahasa.  


Nama   : Adilia Anesti
NIM    : 2222120364
Kelas   : VII. A

Tugas 3: Pembahasan Mengenai BAB III dari Empat Buku, yaitu Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik karya Nanik Setyawati, Analisis Kesalahan & Kesantunan Berbahasa Karya Markhamah, dkk., Analisis Kesalahan Karya Mansoer Pateda, dan Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa Karya Henry Guntur Tarigan

Pada BAB III buku yang ditulis oleh Nanik Setyawati, ia membahas mengenai kesalahan berbahasa yang terjadi pada tataran fonologi. Kesalahan berbahasa yang terjadi pada tataran fonologi biasanya terjadi pada saat berbicara atau pelafalan namun hal ini juga dapat terjadi pada bentuk tulisan ketika pelafalan tersebut dituliskan. Kesalahan tersebut seperti pada saat berbicara terjadi kesalahan pelafalan karena perubahan fonem, baik perubahan fonem vokal, konsonan, fonem vokal menjadi fonem konsonan, fonem konsonan menjadi fonem vokal, begitu pula pada saat pelafalan kata atau singkatan. Kesalahan berbahasa pada tataran fonologi juga terjadi kesalahan pelafalan karena penghilangan fonem dan penambahan fonem.
Berbeda dengan Markhamah, dkk. dalam bukunya yang berjudul Analisis Kesalahan & Kesantunan Berbahasa pada BAB III, ia membahas mengenai kepaduan dan ketepatan makna. Pembahasan Markhamah, dkk. pada BAB III ini sudah sampai pada bidang semantik atau mengenai makna. Menurutnya kepaduan itu adalah keadaan padu, kesatuan pikiran, dan kebulatan pendapat. Kepaduan tersebut memiliki beberapa ketentuan, seperti tidak meletakkan keterangan yang berupa klausa di antara S (subjek) dan P (predikat), tidak meletakkan keterangan aspek di depan S, tidak meletakkan keterangan aspek di antara pelaku dan pokok kata kerja yang merupakan kata kerja pasif bentuk diri, tidak menyisipkan kata depan di antara P dan O.
Ketepatan makna menurut Markhamah, dkk. dapat ditentukan berdasarkan kemantapan makna kalimat, kalimat yang digunakan hemat atau tidak mubazir, seperti menghindari penggunaan kata depan yang tiak perlu, menghindari penggunaan kata yang menyatakan jamak jika sudah ada reduplikasi yang bermakna jamak atau ada kata lain yang bermakna jamak, menghindari penyebutan unsur-unsur klausa yang sama dalam satu kalimat, menghindari penggunan hipernim untuk kata-kata hiponim, dan menghindari penggunaan kata-kata yang tidak diperlukan dalam satu kalimat.  
Pada buku yang berjudul Analisis Kesalahan yang ditulis oleh Mansoer Pateda pada bagian BAB III, ia membahas mengenai daerah dan sifat kesalahan. Pada BAB ini, ia membahas semua kesalahan berbahasa yang terjadi pada semua bidang mikro pada linguistik. Maka dari itu ia menjelaskan kesalahan berbahasa berdasarkan daerah dan sifat kesalahan dibagi atas, daerah kesalahan fonologi, daerah kesalahan morfologi, daerah kesalahan sintaksis, daerah kesalahan semantis, daerah kesalahan memfosil.

Henry Guntur Tarigan dalam bukunya Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa pada BAB III membahas mengenai teori analisis kesalahan. Hal ini sebelumnya sudah dibahas oleh Mansoer Pateda dalam bukunya pada BAB I. Menurut Tarigan teori analisis kesalahan adalah kegiatan mengkaji lebih mendalam terhadap kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat pembelajaran atau pengajaran bahasa. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Pateda. Maka dari itu tujuan analisis kesalahan tersebut adalah menentukan urutan bahan ajaran, menentukan urutan jenjang penekanan bahan ajaran, merencanakan latihan dan pengajaran remedial, serta memilih butir pengujian kemahiran siswa.  


Nama   : Adilia Anesti
NIM    : 2222120364
Kelas   : VII. A

Tugas 4: Pembahasan Mengenai BAB IV dari Empat Buku, yaitu Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik karya Nanik Setyawati, Analisis Kesalahan & Kesantunan Berbahasa Karya Markhamah, dkk., Analisis Kesalahan Karya Mansoer Pateda, dan Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa Karya Henry Guntur Tarigan

Nanik Setyawati pada BAB IV, ia membahas mengenai kesalahan berbahasa pada tataran morfologi. Menurutnya kesalahan berbahasa pada tataran morfologi dapat diklasifikasikan seperti, penghilangan afiks, bunyi yang seharusnya luluh tetapi tidak diluluhkan, peluluhan bunyi yang seharusnya tdak luluh, penggantian morf, penyingkatan morf mem-, men-, meng-, meny-, dan menge-, pemakaian afiks yang tidak tepat, penentukan bentuk dasar yang tidak tepat, penempatan afiks yang tidak tepat pada gabungan kata, dan pengulangan kata majemuk yang tidak tepat.  
Markhamah, dkk. dalam bukunya yang berjudul Analisis Kesalahan & Kesantunan Berbahasa pada BAB IV membahas mengenai kalimat bervariasi. Pada BAB IV ini, ia membahas kembali kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis atau kalimat. Menurutnya kevariasian tidak langsung berdampak pada kesalahan, tetapi lebih berdampak pada ketepatan, gaya, dan keindahan.
Soedjito dalam buku Analisis Kesalahan & Kesantunan Berbahasa membagi variasi berdasarkan urutan dan jenis kalimat. Variasi berdasarkan urutan memiliki beberapa ketentuan yaitu keterangan kalimat yang letaknya bebas dapat dipertukarkan tempatnya, objek sebagai bagian dari predikat tidak padat dipisahkan, predikat yang berupa verba pasif pelaku orang I dan orang II dan pokok kata kerja tidak dapat dipisahkan, predikat yang berupa kata kerja rangkap dapat divariasikan dengan diinversikan (dibalik susunannya) atau diprolepsisikan (digeser posisinya), keterangan subjek tidak dipisahkan dengan subjeknya sebagai induknya, dan keterangan objek tidak dapat dipisahkan dengan objeknya. Variasi bahasa berdasarkan jenis kalimatnya dibagi menjadi kalimat bervariasi aktif-pasif, kalimat bervariasi berita-perintah-tanya, dan kalimat bervariasi panjang-pendek. 
Mansoer Pateda dalam bukunya bagian BAB IV membahas mengenai sumber dan penyebab kesalahan. Pada tugas sebelumnya, Nanik Setyawati pada BAB II sudah membahas mengenai penyebab kesalahan berbahasa, ia membagi menjadi tiga penyebab, yaitu terpengaruh bahasa yang lebih dahulu dikuasainya, kekurang pahaman pemakai bahasa terhadap bahasa yang dipakai, dan pengajaran bahasa yang kurang tepat dan kurang sempurna. Sedangkan menurut Norrish dalam buku Analisis Kesalahan bahwa penyebab kesalahan berbahasa bersumber pada pemilihan bahan, pengjaran, contoh bahasa yang digunakan sebagai bahan, dan si terdidik. Bahasa ibu, lingkungan, kebiasaan, interlingual, dan juga interferensi dapat mempengaruhi atau sebagai penyebab kasalahan berbahasa yang terjadi. 

Henry Guntur Tarigan dalam bukunya Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa pada BAB IV membahas mengenai antarbahasa atau interlanguage. Antarbahasa yang dimaksud dalam pembaasan ini adalah mengenai sikap terhadap performansi pembelajaran terutama terhadap kesalahan yang terjadi dan performansi pembelajaran yang dapat dihubungkan dengan ciri-ciri bahasa ibunya. 


Nama   : Adilia Anesti
NIM    : 2222120364
Kelas   : VII. A

Tugas 5: Pembahasan Mengenai BAB V dari Empat Buku, yaitu Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik karya Nanik Setyawati, Analisis Kesalahan & Kesantunan Berbahasa Karya Markhamah, dkk., Analisis Kesalahan Karya Mansoer Pateda, dan Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa Karya Henry Guntur Tarigan

Selain kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi dan morfologi, Setyawati dalam bukunya Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik, juga menjelaskan tentang kesalahan berbahasa dalam tataran sintaksis pada BAB V. Setyawati menjelaskan bahwa kesalahan berbahasa dalam tataran sintaksis antara lain berupa kesalahan dalam bidang frasa dan kesalahan dalam bidang kalimat. Kesalahan dalam bidang frasa dapat disebabkan oleh berbagai hal diantaranya adanya pengaruh bahasa daerah, penggunaan preposisi yang tidak tepat, kesalahan susunan kata, penggunaan unsur yang berlebihan atau mubazir, penggunaan bentuk superlatif yang berlebihan, penjamakan yang ganda, dan penggunaan bentuk resiprokal yang tidak tepat.
Kemudian kesalahan dalam bidang kalimat diantaranya kalimat tidak bersubjek, kalimat tidak berpredikat, kalimat tidak bersubjek dan tidak berpredikat, penggandaan subjek, antara predikat dan objek yang tersisipi, kalimat yang tidak logis, kalimat yang ambiguitas, penghilangan konjungsi, penggunaan konjungsi yang berlebihan, penggunaan istilah asing dan penggunaan kata tanya yang tidak perlu.
Markhamah dalam buku yang berjudul Analisis Kesalahan & Kesantunan Berbahasa pada BAB V membahas mengenai kesalahan struktur. Kesalahan tersebut seperti 1) kesalahan struktur karena kerancuan aktif-pasif menyebabkan timbulnya kalimat rancu. Yang dimaksud kalimat yang rancu adalah kalimat yang sebagian unsurnya milik kalimat aktif, sementara unsur lainnya milik kalimat pasif. 2) kesalahan struktur karena subjek dan keterangan yaitu kesalahan yang tidak disadari oleh penutur/penulis bahwa komponen yang dianggapnya subjek ternyata merupakan keterangan.; 3) kesalahan struktur karena pengantar kalimat, yaitu jika bagian kalimat yang di awali dengan kata-kata pengantar kemudian diikuti nomina pelaku orang pertama sering menimbulkan ketaksaan antara ungkapan pengantar kalimat dengan predikat kalimat; 4) kesalahan struktur karena penghubung terbagi yang kurang tepat, hal ini disebabkan oleh hubungan antara dua klausa yang ada pada kalimat itu tidak jelas; dan 5) kesalahan struktur karena ketiadaan induk kalimat, yaitu ketepatan struktur berhubungan dengan ketepatan letak unsur-unsur kalimat yang berupa S, P, O (Pel), K dan kelengkapannya.
Mansoer Pateda dalam bukunya yang berjudul Analisis Kesalahan, pada BAB V membahas mengenai kesalahan menyimak dan berbicara. Kesalahan menyimak pada dasarnya dapat terjadi karena ada faktor yang mengganggunya, antara lain; (a) kejelasan pesan yang berasal dari pembicara, (b) bahasa yang digunakan, (c) alat dengar penyimak, (d) suasana kejiwaan pembicara dan penyimak, dan (e) gangguan dari luar, misalnya kebisingan dan keributan. Hal itu menyebabkan terjadinya kesalahan menyimak. Kesalahan itu diantaranya; (a) susah untuk membedakan fonem, (b) tekanan kata, (c) intonasi, (d) bentuk-bentuk lafal menurun, (e) pelafalan cepat silabi tidak bertekanan, (f) pengungkapan komunikasi yang fungsinya berbeda karena intonasi, (g) menyimpulkan, memahami dan mengantisipasi isi ujaran, (h) keluar dari masaah yang diketengahkan di dalam ujaran, (i) belum lancar menggunakan kata atau kalimat bahasa Inggris dengan kecepatan biasa, (j) penggunaan aksen, dan (k) adanya kata-kata homonim.
            Berbicara adalah aktivitas manusia menggunakan bahasa secara lisan. Kesalahan berbicara dapat disebabkan antara lain; (a) kesalahan melafalkan bunyi-bunyi bahasa, (b) kesalahan memilih kata-kata atau istilah yang tepat, (c) penggunaan kalimat yang samar-samar, tidak jelas atau menimbulkan penafsiran yang berbeda, (d) pengungkapan pikiran yang tidak jelas, (e) kesalahan karena struktur kalimat, dan (f) menggunakan kata-kata mubazir.
Henry Guntur Tarigan dalam bukunya Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa pada BAB V mengenai analisis kesalahan berbahasa, ia membahas dengan jelas materi tersebut. Ia membahas kesalahan berbahasa menurut beberapa pakar. Ada yang membagi kesalahan berbahasa menjadi dua, yaitu kesalahan yang disebabkan oleh faktor-faktor kelelahan, keletihan, dan kurangnya perhatian, yang disebut faktor performansi. Kesalahan yang kedua disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai kaidah-kaidah bahasa, disebut faktor kompetensi. Ada pula pakar yang membagi kesalahan berbahasa menjadi empat, yaitu interference-like goofs, LI developmental goofs, ambiguous goofs, dan unique goofs.
Terdapat pula empat taksonomi dalam kesalahan berbahasa, 1) taksonomi kategori linguistik, yaitu mengklasifikasikan kesalahan-kesalahan berbahasa berdasarkan komponen linguistik atau unsur linguistik tertentu yang dipengaruhi oleh kesalahan, ataupun berdasarkan kedua-duanya yang mencaup tataran fonologi, morfologi, semantik dan leksikon, serta wacana; 2) taksonomi siasat permukaan, yaitu menyoroti bagaimana cara-caranya struktur-struktur permukaan berubah berupa penghilangan, penambahan, salah formasi, dan salah susun; 3) taksonomi komparatif, yaitu kesalahan bersadarkan pada perbandingan-perbndingan antara struktur kesalahan-kesalahan B2 dan tipe-tipe konstruksi tertentu lainnya berupa kesalahan perkembangan, kesalahan antarbahasa, dan kesalahan lainnya; 4) taksonomi efek komunikatif, yaitu memusatkan perhatian kesalahan dari perspektif efeknya terhadap penyimak atau pembaca berupa kesalahan global dan lokal.

Tahapan yang harus dilakukan ketika menganalisis kesalahan berbahasa juga dibahas dalam bab ini. Tahapan tersebut, yaitu memilih korpus bahasa, mengenali kesalahan dalam korpus, mengklasifikasi kesalahan, menjelaskan kesalahan, dan mengevaluasi kesalahan. Ketika terjadi kesalahan berbahasa maka perlu dilakukan pengoreksian baik secara lisan dan secara tertulis.


Nama   : Adilia Anesti
NIM    : 2222120364
Kelas   : VII. A

Tugas 6: Pembahasan Mengenai BAB VI dari Tiga Buku, yaitu Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik karya Nanik Setyawati, Analisis Kesalahan & Kesantunan Berbahasa Karya Markhamah, dkk., dan Analisis Kesalahan Karya Mansoer Pateda

Selain kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi, morfologi, dan sintaksis, Setyawati dalam bukunya Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik, juga menjelaskan tentang kesalahan berbahasa dalam tataran semantik pada BAB V. Setyawati menjelaskan bahwa kesalahan berbahasa dalam tataran semantik antara lain berupa kesalahan menyimpangnya makna yang terjadi pada tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis.
Markhamah dalam buku yang berjudul Analisis Kesalahan & Kesantunan Berbahasa pada BAB VI membahas mengenai kesalahan sosiolinguistik dalam teks keagamaan. Dalam kaitannya dengan komunikasi, beberapa akhlak Islam dapat disejajaran dengan norma tutur, khusunya norma interaksi. Norma tutur adalah aturan-aturan bertutur yang mempengaruhi alternatif-alternatif pemilihan bentuk tutur. Norma tutur bertalian dengan santun bertutur, dan santun itu harus tampak dalam pemilihan bentuk tutur yang diungkapkan oleh penuturnya
Mansoer Pateda dalam bukunya yang berjudul Analisis Kesalahan, pada BAB VI membahas mengenai kesalahan membaca dan menulis. Kesalahan membaca diantaranya disebabkan karena lafal yang sangat dipengaruhi oleh lafal dalam bahasa ibu, salah membaca kelompok kata, penggunaan unsur suprasegmental yang tidak tepat, dan pungtuasi belum dikuasai. Kesalahan menulis selalu berhubungan dengan, (a) kesalahan kalimat; (b) kesalahan kata, meliputi penggunaan kata dan bentuk kata; (c) kesalahan ejaan dan tanda baca.


Nama   : Adilia Anesti
NIM    : 2222120364
Kelas   : VII. A

Tugas 7: Pembahasan Mengenai BAB VII dari Tiga Buku, yaitu Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik karya Nanik Setyawati, Analisis Kesalahan & Kesantunan Berbahasa Karya Markhamah, dkk., dan Analisis Kesalahan Karya Mansoer Pateda

Selain kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik Setyawati dalam bukunya Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik, juga menjelaskan tentang kesalahan berbahasa dalam tataran wacana pada BAB VII. Setyawati menjelaskan bahwa ruang lingkup kesalahan dalam tataran wacana dapat meliputi: i) kesalahan dalam kohesi, yaitu kesalahan penggunaan pengacuan, kesalahan penggunaan penyulihan, kekurang efektifan wacana karena tidak ada pelesapan, dan kesalahan penggunaan konjungsi; ii) kesalahan dalam koherensi.
Markhamah dalam buku yang berjudul Analisis Kesalahan & Kesantunan Berbahasa pada BAB VII membahas mengenai kesantunan linguistik dalam terjemahan Al Qur’an. Secara linguistik kesantunan berbahasa diketahui dari pemilihan kata dan pemakaian jenis kalimat. Terdapat empat faktor penentu kesantunan linguistik tuturan imperatif bahasa Indonesia, yaitu 1) panjang-pendek tuturan, 2) urutan tuturan, 3) intonasi tuturan dan isyarat-isyarat kinesik, dan 4) pemakaian ungkapan penanda kesantunan. Kesantunan linguistik dalam terjemahan Al-Qur’an berupa, konstruksi deklaratif, konstruksi imperatif, konstruksi interogatif, konstruksi pengandaian, dan konstruksi langsung.    

Mansoer Pateda dalam bukunya yang berjudul Analisis Kesalahan, pada BAB VII membahas mengenai penerapan analisis kesalahan, antara lain; (a) teknik analisis, caranya yaitu 1) melaksanakan kategori seleksi awal, 2) menentukan ketegori kesalahan, dan 3) mencek cepat; (b) implikasi pedagogis analisis kesalahan, jika terjadi pada peserta didik maka dapat dilakukan dengan mengoreksi kesalahan di kelas, menjelaskan bentuk gramatikal yang benar, memolakan bahan yang dikaitkan dengan kurikulum; (c) dukungan terhadap analisis kesalahan: (d) prosedur analisis kesalahan; (e) format analisis kesalahan, (f) kesulitan menerapkan analisis kesalahan, yaitu kesuitan menentukan daerag, sifat, sumber, dan jenis kesalahan; dan (g) analisis. 


Nama   : Adilia Anesti
NIM    : 2222120364
Kelas   : VII. A

Tugas 8: Pembahasan Mengenai BAB VIII dari Buku, yaitu Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik karya Nanik Setyawati

Selain kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik Setyawati dalam bukunya Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik, juga menjelaskan tentang kesalahan berbahasa dalam penerapan kaidah ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Pada BAB VIII ini, membahas tentang:
1) ejaan, sebagai kaidah-kadah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca, seperti kesalahan penulisan huruf besar atau huruf kapital, kesalahan penulisan huruf miring, kesalahan penulisan kata, kesalahan memenggal kata, kesalahan penulisan lambang bilangan, kesalahan penulisan unsur serapan, dan kesalahan penulisan tanda baca.
2) kesalahan penulisan huruf besar atau huruf kapital, seperti a) penulisan huruf pertama petikan langsung, b) kesalahan penulisan huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan (terbatas pada nama diri), kitab suci, dan nama Tuhan, c) kesalahan penulisan huruf pertama nama gelar (kehormatan, keturunan, keagamaan), jabatan, dan perangkat yang diikuti orang, d) kesalahan penulisan pada kata-kata van, den, der, da, de, di, bin dan ibnu yang digunakan sebagai nama orang ditulis dengan huruf besar, padahal kata-kata itu tidak terletak pada awal kalimat, e) kesalahan penulisan huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yan tidak terletak pada awal kalimat, f) kesalahan penulisan huruf pertama nama tahun, bulan, hari raya, dan peristiwa sejarah, g) kesalahan penulisan pada huruf pertama nama khas geografi, h) kesalahan penulisan huruf pertama nama resmi badan, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi, i) kesalahan penulisan huruf pertama pada kata tugas seperti:di, ke, dari, untuk, yang, dan dalam  pada judul buku, majalah, surat kabar, dan karangan yang tidak terletak pada posisi awal, j) kesalahan penulisan singkatan nama gelar dan sapaan, dan k) kesalahan penulisan huruf pertama kata petunjuk hubungan kekerabatan, seperti: bapak, ibu, saudara, anda, kakak, adik,  dan  paman yang dipakai sebagai kata ganti atau sapaan.
3. kesalahan penulisan huruf miring, seperti a) kesalahan penulisan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan, b) kesalahan penulisan yang digunakan untuk menegasakan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata, c) kesalahan penulisan kata nama-nama ilmiah atau ungkapan bahasa asing atau bahasa daerah (yang tidak disesuaikan ejaan).
4. kesalahan penulisan kata, seperti a) kesalahana penulisan kata dasar dan kata bentukan, b) kesalahan penulisan –ku, -kau, -mu, dan –nya, c) kesalahan penulisan preposisi di, ke, dan dari, d) kesalahan penulisan partikel pun, e) kesalahan penulisan per.
5. kesalahan memenggal kata, seperti a) kesalahan pemenggalan dua vokal yang berurutan di tengan kata, b) kesalahan pemenggalan dua vokal mengapit konsonan di tengan kata, c) kesalahan pemenggalan dua konsonan berurutan di tengah kata, d) kesalahan pemenggalan tiga konsonan atau lebih di tengah kata, e) kesalahan pemenggalan kata berimbuhan, dan f) kesalahan pemenggalan nama diri.
6. kesalahan penulisan lambang bilangan, seperti a) kesalahan penulisan lambang bilangan dengan huruf, b) kesalahan penulisan kata bilangan tingkat, c) kesalahan penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran –an, d) kesalahan penulisan lambang bilangan yang dapat menyatakan satu atau dua kata yang ditulis dengan angka dan kesalahan penulisan lambang bilangan  yang menyatakan beberapa perincian atau pemaparan ditulis dengan huruf, e) kesalahan penulisan lambang bilangan pada awal kalimat dengan angka dan kesalahan penulisan lambang bilangan pada awal kalimat dengan huruf, f) kesalahan penulis angka yang menungjukan jumlah antara ratusan, ribuan, dan seterusnya, g) kesalahan penulisan jumlah uang, dan h) kesalahan penilisan NIP, NIM/NIS, dan nomor telepon.
7. kesalahan penulisan unsur serapan, berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan atas: a) unsur yang belum sepenuhnya terserap ke dalam konteks bahasa Indonesia (unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia tetapi pelafalanya masih mengikuti cara asing) dan b) unsur asing yang pelafalanya dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.

8. kesalahan penulisan tanda baca, seperti a) kesalahan penulisan tanda titik (.), b) kesalahan penulisan tanda koma (,), c) kesalahan penulisan tanda titik koma (;), d) kesalahan penulisan tanda titik dua (:), dan e) kesalahan penulisan tanda hubung (-).

Daftar Pustaka
Markhamah, dkk. 2009. Analisis Kesalahan & Kesantunan Berbahasa. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Pateda, Mansoer. 1989. Analisis Kesalahan. Flores: Nusa Indah.
Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia. Surakarta: Yuma Pustaka.

Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. 1995. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa.





















4 komentar: