Minggu, 27 Desember 2015

analisis kesalahan berbahasa Linda Amalia bab 1-8

Linda Amalia
Kelas 7D
2222121705
BAB I
Menurut Nanik Setyawati dalam bukunya membahas tentang ragam bahasa dimana bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan, yaitu sebagai (1) bahasa nasional dan (2) bahasa negara. Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki beberapa fungsi, antara lain sebagai( a). Lambang kebanggaan nasional, (b) lambang identitas nasional,( c) alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial, budaya dan bahasa, dan (d) alat perhubungan antarbudaya dan daerah.
Berdasarkan kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (a) bahasa resmi negara,(b) bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan (c) bahasa resmi dalam perhubungan pada tingkat nasional, baik untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan maupun untuk kepentingan pemerintahan (d) bahasa resmi di dalam kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi moderen. Dilihat dari segi sarana pemakaiannya, ragam bahasa dapat dibedakan atas ragam lisan dan tulis. Pada ragam lisan informasi yang disampaikan dapat diperjelas dengan mengunakan intonasi,gerakan anggota tubuh tertentu, dan situasi tempat pembicaraan berlangsung. Ciri-ciri pemakaian ragam resmi antara lain mengunakan unsur gramatikal secara eksplsit dan konsisten,afiks secara lengkap, pronomina resmi, kata-kata baku,mengunakan Ejaan Yang Disempurnakan.
a.       Bahasa Indonesia sebagai Ragam Ilmu
Ragam bahasa ilmu digunakan oleh para cerdik pandai dan oleh kaum terpelajar di seluruh pelosok tanah air. Sifat bahasa Indonesia sebagai ragam bahasa ilmu antara lain sebagai berikut.
a.       Ragam bahahasa ilmu bukan dialek
b.      Ragam bahasa ilmu merupakan ragam resmi
c.       Ragam bahasa ilmu digunakan para cendikiawan untuk mengkomunikasikan ilmu
d.      Lebih diutamakan penggunaan kalimat pasif. Dalam kalimat pasif. Peristiwa lebih dikemukakan daripada pelaku perbuatan.
e.       Banyak menggunakan kata-kata istilah. Kata-kata digunakan dalam arti denotatif bukan dalam arti konotatif.
f.       Konsisten dalam segala hal.
b.      Berbahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Lahirnya konsep “bahasa Indonesia yang baik dan benar” pada dasarnya tidak terlepas dari konteks pemakaian bahasa yang beragam-ragam, seperti yang sudah diurutkan diatas. Adapun  pemerolehan bahasa,kedwibahasaan, dan interferensi. Kedwibahasaan adalah hasil dari pemerolehan bahasa. Kedwibahasaan menimbulkan interferensi. Interferensi merupakan salah satu faktor penyebab kesalahan berbahasa. Kesalahan berbahasa itu sendiri merupakan umpan balik bagi pengajaran bahasa. Sedangkan  menurut Henry Guntur Tarigan lebih dari setengah penduduk dunia adalah dwibahasawan, ini berarti bahwa sebagian besar manusia di bumi ini menggunakan dua bahasa sebagai alat komunikasi. Dan menurut Markhamah  berkomunikasi dengan bahasa dan berkomunikasi dengan sesama orang Jawa tidak sekedar memahami dan berbicaradalam bahasa Jawa, tetapi ada prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan.prinsip-prinsip yang dimaksud adalah kerukunan dan prinsip hormat. Prinsip kerukunan bertujuan untuk mempertahankan masyarakat dalam kedaan yang harmonis sedangkan prinsip hormat setiap orang dalam berbicara dan membawa diri selalu hormat terhadap orang lain sesuai derajat dan kedudukannya.
Namun dalam buku  Mansoer Pateda banyak usaha manusia untuk memajukan kesejahteraan hidupnya dan kehidupan sesamanya. Usaha itu meliputi berbagai segi kehidupan sejauh yang terjangkau oleh kemampuan otak manusia. Apa yang diperoleh hari ini, dikembangkan terus, dikoreksi bahkan kadang-kadang diganti sama sekali. Hal seperti itu tidak perlu mengherankan karena proses mengubah sesuatu adalah hakikat manusia, manusia yang memiliki potensi, ilmu pengetahuan dikembangkan terus. Salah satu disiplin ilmu yang dikmbangkan, adalah linguistik. Pengembangan linguistik ditandai oleh makin banyaknya subdisiplin linguistik yang sebaiknya diikuti, diantaranya yang menarik untuk dipelajari adalah linguistik terapan. Di dalam subdisiplin linguistik terapan. Didalam subdisiplin linguistik terapan itu sendiri banyak aspek yang menarik untuk dikaji. Salah satu aspek yang menarik untuk dipelajari adalah analisis kesalahan. Dengan kata lain linguistik dapat dipelajari berdasarkan pembidangannya,sifat telaahnya, pendekatan objeknya, alat analisisnya,hubungan dengan ilmu lain, penerapannya dan teori atau aliran yang mendasarinya.







BAB II
            Menurut Markhamah dalam berkomunikasi secara lisan seorang harus memperhatikan kalimat yang diucapkannya. Artinya, penutur harus memperhatikan apakah kalimat yang diucapkan bisa dipahami oleh orang lain dan apakah kalimat yang diucapkan tidak menimbulkan salah tafsir. Sudahkah kalimat-kalimat kita memenuhi kaidah pemakaian bahasa yang baik. Ketika berkomunikasi dengan menggunakan bahasa lisan, kita juga perlu memperhatikan ketepatan,kelaziman, dan kebakuan kata yang kita ucapkan. Demikian halnya dalam berkomunikasi secara tertulis. Artinya, dalam menulis penulis harus memperhatikan kalimat-kalimat yang ditulisnya sehingga orang yang membaca tulisan kita bisa memahami maksud yang akan kita sampaikan.
a.       Ciri Gramatikal Kalimat Efektif
Ciri gramatikal adalah ciri yang harus dipenuhi oleh pemakaian bahasa dalam kaitan dengan ketatabahasaan. Ciri ini dapat dilihat dari bidang Morfologi dan bidang Sintaksis.
b.      Ciri Diktis Kalimat Efektif
Ciri diktis adalah ciri kalimat efektif yang berkaitan dengan pemilihan kata. Kata yang dirangkai menjadi suatu kalimat merupakan kata-kata yang tepat bentuknya, seksama atau sesuai dan lazim.
c.       Penalaran
Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi penalaran. Kalimat yang memenuhi penalaran artinya kalimat yang secara nalar dapat diterima, kalimat yang diterima oleh akal sehat.
d.      Keserasian
Kalimat yang efektif juga harus memenuhi keserasian. Serasi artinya selaras, sesuai atau cocok. Dan  menurut Nanik Setyawati dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa kata yang artinya bernuansa dengan kesalahan yaitu, penyimpangan, pelanggaran, dan kehilafan. Penyebab kesalahan berbahasa yaitu ada pada orang yang menggunakan bahasa yang bersangkutan bukan pada bahasa yang digunakannya. Ada tiga kemungkinan penyebab seseorang dapat salah dalam berbahasa yaitu, terpengaruh bahasa lebih dulu dikuasainya,kekurangan pemakaian bahasa terhadap bahasa yang dipakainya, pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna. Sedangkan menurut Henry Guntur Tarigan kesalahan berbahasa dianggap sebagai bagian dari proses belajar-mengajar, baik belajar secara formal maupun secara tidak formal. Pengalaman guru dilapangan menunjukan bahwa kesalahan berbahasa itu tidak hanya dibuat oleh siswa yang empelajari B2, tetapi juga oleh siswa yang mempelajari B1. Siswa yang mempelajari bahasa Indonesia atau bahasa Inggris sering membuat kesalahan baik secara lisan maupun tulis. Analisis  kontratitif Akon adalah kegiatan membandingkan struktur B1 dan B2 untuk mengidentifikasi perbedaan kedua bahas itu. Sebagai prosedur kerja, Anakon mempunyai langkah-langkah yang harus dituruti seperti membandingkan struktur B1 dan B2, memprediksi kesulitan belajar dan kesalahan belajar, menyusun bahan pengajaran, dan mempersiapkan cara-cara menyampaikan bahan pengajaran. Namun menurut Mansoer Pateda Kesalahan berbahasa yang terjadi atau dilakukan oleh siswa dalam suatu proses belajar mengajar mengimplikasikan tujuan pengajaran bahasa belum tercapai secara maksimal, adapun  beberapa jenis kesalahan berbahasa yaitu :
a.       Kesalahan Acuan
Didalam bidang makna, disinggung pula apa yang disebut makna acuan. Dalam kaitanya denga  jenis kesalahan, terdapat pula istilah kesalahan acuan. Dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi apa yang diambil, dibawa, ditunjuk,dibayangkan, tidak sesuai dengan acuan yang dimaksud oleh pembicara. Misalnya “ bawalah kursi kuliah” lalu orang itu membawa kursi biasa. Maka benda yang diacu tidak sesuai dengan yang dikehendaki.
b.      Kesalahan Register
Istilah register sebenarnya dapat kita temui dalam bidang sosiolinguistik. Register berhubungan dengan variasi bahasa yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang. Dengan demikian kesalahan register, adalah kesalahan yang berhubungan dengan bidang pekerjaan seseorang. Misalnya seorang dokter memaknai kata “operasi” dengan membedah tubuh seseorang untuk dikeluarkan penyakitnya, sedangkan dalam pemerintahan kata “operasi” biasanya adalah pemungutan pajak.
c.       Kesalahan Sosial
Manusia adalah makhluk sosial. Ia tidak mungkin hidup sendiri. Dalam kenyataanya seperti itu, ia harus berkomunikasi dengan orang lain. Dalam sosiolinguistik dikenal variasi bahasa yang dikaitkan dengan latar belakang sosial pembicaraan dan pendengar. Yang dimaksud latar belakang sosial disini misalnya berhubungan dengan jenis kelamin, pendidikan, umur,tempat tinggal dan jabatan. Latar belakang sosial ini menuntut kita untuk pandai memilih kalimat yang sesuai dengan orang diajak bicara.



BAB III
            Menurut Henry Guntur Tarigan kesalahan yang sering dibuat oleh siswa harus dikurangi dan kalau dapat dihapuskan sama sekali. Hal ini baru dapat tercapai kalau seluk beluk kesalahan itu dikaji secara mendalam. Pengkajian segala aspek kesalahan itulah disebut analisis kesalahan. Analisis kesalahan mempunyai langkah kerja yaitu, pengumpulan sampel kesalahan, pengidentifikasian kesalahan, penjelasan kesalahan,penjelasan kesalahan, pengklasifikasian kesalahan dan pengevaluasian kesalahan. Adapun tujuan analisis kesalahan adalah untuk  menentukan urutan bahan ajar, menentukan urutan jenjang penekanan bahan ajar, merencanakan latihan dan pengajaran remedial dan memilih butir pengujian kemahiran siswa. Analisis kesalahan mendasarkan prosedur kerja kepada data yang aktual dan masalah yang nyata.
            Dan menurut Nanik Setyawati setiap lambang bunyi bahasa mempunyai lafal atau ucapan tertentu yang tidak boleh dilafalkan menuntuk kemauan masing-masing pemakai bahasa. Pemakai bahasa Indonesia yang ingin ucapan bahasa Indonesianya dinilai baik, harus berusaha mematuhi kaidah yang berlaku didalam bahasa tersebut. Kesalahan berbahasa Indonesia dalam tataran fonologi dapat terjadi baik penggunaan bahasa secara lisan maupun secara tertulis.
a.       Daerah kesalahan fonologi yaitu daerah kesalahan fonologi. Kesalahan fonologi berhubungan dengan pelafalan dan penulisan bunyi bahasa. Dahulu dalam bahasa Indonesia tidak dikenal fonem /v/, sehingga kata vak dilapalkan pak, padahal makna kata vak berbeda dengan kata pak.
 Sedangkan menurut Mansoer Pateda kesalahan pelafalan karena perubahan fonem, terdapat banyak contoh kesalahan pelafalan karena pelafalan fonem-fonem tertentu berubah atau tidak diucapkan sesuai kaidah.
b.      Daerah  kesalahan morfologi, kesalahan pada bidang morfologi berhubungan dengan  bentuk kata. Dalam bahasa Indonesia kesalahan pada bidang morfologi akan menyangkut derivasi,diksi,kontaminasi, dan pleonasme. Ini semua berhubungan pula dengan kosa kata.
c.       Daerah kesalahan sintaksis, kita mengetahui bahwa manusia selalu memanfatkan kalimat apabila hendak menyampaiakan pikiran, perasaan atau keinginan. Kadang-kadang pembicara asal berbicara saja, karena ia berpendapat asal orang mengerti. Kecermatan berbahasa tidak diperdulikannya. Perasaan tanggung jawab berbahasa belum menyatu dalam dirinya. Tidak heran apabila terjadi kesalahan.
Kesalahan pada daerah sintaksis berhubungan erat dengan kesalahan pada daerah morfologi, karena kalimat berunsurkan kata-kata itu sebabnya daerah kesalahan sintaksis berhubungan.
d.      Daerah kesalahan semantis, semantik adalah studi tentang makna. Itu sebabnya semantik disebut teori makna. Berbicara tentang makna, kita berhadapan dengan hal yang membingungkan .
e.       Kesalahan memfosil, kesalahan memfosil tidak berkaitan dengan daerah kesalahan, tetapi menyangkut sifat kesalahan.
 Namun menurut Markhamah kepaduan dan ketepatan makna, ciri kalimat efektif yang lain selain sudah disebutkan di muka adalah adanya kepaduan unsur-unsur yang ada pada suatu kalimat.
a.       Tidak melakukan keterangan yang berupa klausa antara Subjek dan Predikat
b.      Tidak meletakan keterangan aspek didepan subjek
c.       Tidak menempatkan keterangan aspek di antara pelaku dan pokok kata kerja yang merupakan kata kerja pasif bentuk diri
d.      Tidak menyisipkan kata depan diantara predikat dan objek
Ketetapan makna, kalimat efektif adalah kalimat yang tepat maknanya. Ketetapan makna, disamping ditentukan oleh ketepatan letak unsur-unsur kalimat yang akan memantapkan makna, biasa juga ditentukan oleh ketiadaan kata yang mubazir(kalimat hemat)
1.      Kemantapan makna kalimat, kalimat yang maknanya mantap sama dengan kalimat yang tidak goyah maknanya. Kalimat yang mantap maknanya merupakan kalimat yang maknanya tidak mendua jadi kalimat yang mendua atau ambigu merupakan kalimat yang tidak efektif.
Untuk pencapaian makna yang penutur atau penulis perlu menetapkan unsur-unsur kalimat pada tempat yang tepat. Selain ditempatkan pada tempat yang tepat, unsur-unsur yang seharusnya ada tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang tidak diperlukan tidak usah diselipkan dalam kalimat.





BAB IV
Menurut Henry Guntur Tarigan analisis kontrasitif dan analisis kesalahan berbeda dengan antar bahasa dengan hal :
a.       Sikap performansi pembelajar, terutama terhadap kesalahan
b.      Performasi pembelajar yang dapat dihubungkan dengan ciri-ciri bahasa ibunya.
Kaidah atau aturan pembentuk kata dalam bahasa Indonesia sebenarnya sudah banyak dibicarakan dalam buku-buku tata bahasa. Dalam pengajaran bahasa di sekolah pun tata cara pembentukan sudah diajarkan. Meskipun demikian, hal itu tidak berarti semua pembentukan kata dalam bahasa Indonesia telah dilakukan melalui proses yang benar sesuai dengan kaidah yang berlaku. Dalam kenyatan berbahasa, masih sering kita jumpai bentukan kata yang menyimpang dari kaidah.
Dan menurut Nanik Setyawati baik ragam tulis maupun ragam lisan dapat terjadi kesalahan berbahasa dalam pembentukan kata atau tataran morfologi. Kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi disebabkan oleh berbagai hal. Keefektifan kalimat, selain dilihat dari ciri gramatikal, keselarasan, kepaduan, dan kehematan juga dilihat dari kevariasian. Kevariasian dapat menghindarkan pendengar dan atau pembaca dari kebosanan. Artinya, seorang dalam berkomunikasi dituntut memilih kata, klausa, kalimat, bahkan paragraf yang bervariasi.
 Sedangkan menurut Markhmah kata variasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna tindakan atau hasil perubahan dari tindakan semula, selingan,bentuk rupa yang lain, yang berbeda bentuk rupa hiasan dan tambahan. Jenis kalimat bervariasi yaitu
a.       Kalimat bervariasi urutan
b.      Kaliamat bervariasi aktif-pasif
c.       Kalimat bervariasi berita-perintah –tanya
d.      Kalimat bervariasi panjang-pendek.
Namun  menurut  Mansoer Pateda setelah kita mengetahui jenis, daerah dan sifat kesalahan, maka sumber dan penyebabnya perlu diketahui untuk keperluan penanggulangannya dan sekligus perencanaan pengajaran remedial.
a.       Pendapat populer, menyebutkan kesalahan bersumber pada ketidak hati-katian si terdidik dan yang lain karena pengetahuan mereka terhadap bahasa yang dipelajari, dan interferensi. Bahan yang terlalu tinggi atau bahan yang tidak telalu menarik minat si pendidik dapat menyebabkan oleh metode dan mengajar guru yang tidak menarik, atau penjelasan guru yang salah atau tidak jelas.
b.      Bahasa ibu, istilah bahasa ibu biasa dipadankan dengan bahasa daerah untuk orang Indonesia dalam pengajaran bahasa.
c.       Lingkungan, lingkungan yang dimaksud disini adalah lingkungan yang turut mempengaruhi penguasaan bahasa sipendidik.
d.      Kebiasaan, kebiasaan bertalian dengan pengaruh bahasa ibu dan lingkungan . si terdidik terbiasa dengan pola-pola bahasa yang didengarnya.
e.       Interlingual, istilah interlingual mula-mula digunakan oleh selinker pada tahun 1968.slinker membedakan persepektif belajar. Persepektif pengajaran dihubungkan dengan usaha mengantisipasi melalui metodologi yang ada kaitannya dengan masukan dengan hasil yang akan dicapai.
f.       Interferensi, memahami pengertian interferensi yang dikutipkan diatas, terdapat prinsip,i. Terdapat pengaruh, ii.pengaruh itu berasal dari bahasa pertama atau bahasa ibu, iii bahasa pertama itu sistemnya berbeda dengan bahasa yang sedang dipelajari, dan iv bahasa pertama mempengaruhi si terdidik ketika ia mempelajari bahasa kedua.
Dengan kata lain interferensi ialah adanya tuturan seseorang yang menyimpang dari norma-norma L1 sebagai akibat dari perkenalannya dengan L2 atau sebaliknya, yaitu menyimpang dari L2 sebagai akibat dari kuatnya daya tarik pola-pola yang terdapat pada L1.


















BAB V
            Menurut Henry Guntur Taigan  analisis kesalahan bebahasa merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan sang pelajar. Kesalahan tesebut merupakan bagian-bagian  konversasi atau yang menyimpang dari norma baku atau tepilih dari performansi bahasa oang dewasa. Para guru dan orang tua (terlebih para ibu) yang telah berupaya memenangkan pertarungan begitu lama dan sabar terhadap kesalahan berbahasa murid-murid dan anak-anak. Mereka tiba pada satu kesimpulan, pada suatu realisasi, bahwa kesalahan adalah proses dari belajar.
            Ada pula pakar yang membuat kategorisasi kesalahan berbahasa seperti berikut:
-          Interference-like Goofs : Kesalahan yang mencerminkan atau merefleksikan struktur bahasa ibu atau bahasa asli (native language) dan yang tidak terdapat pada data pemerolehan bahasa pertama yang berasal dari bahasa sasaran.
Conto: hers pajamas (bahasa Inggris anak Spayol)
           Rumahta (bahasa Indonesia anak Karo)
Taksonomi Kategori Linguistik, ada beberapa taksonomi kesalahan berbahasa yang telah didasarkan pada butir linguistik yang dipengaruhi oleh kesalahan. Taksonomi-taksonomi kategori linguistik tersebut mengklasifikasikan kesalahan-kesalahan berbahasa berdasarkan komponen linguistik atau unsur linguistik tertentu yang dipengaruhi oleh kesalahan, ataupun berdaasarkan kedua-duanya.
            Kita telah sama-sama mengetahui bahwa komponen-komponen bahasa mencangkup fonologi (ucapan) , sintaksis dan morfologi (tata bahasa gramatika) , semantik dan leksikon (makna dan kosakata). Dan wacana (gaya). Konstituen mencangkup elemen-elemen yang mengandung setiap komponen bahasa. Sebagai contoh, dalam sintaksis kita dapat menapat tanyakan apakah kesalahan itu terdapat pada klausa utama atau klausa bawahan dan dalam klausa, konstituen mana yang dipengauhi, misalnya frasa verba,frasa nomina,preposisi, adverba,adjektiva dan sebagainya.
            Taksomoni siasat permukaan, menyoroti bagaimana cara-caranya struktur-struktur permukaan berubah. Para pelajar mungkin saja:
a.       Menghindarkan/menghilangkan butir-butir penting
b.      Menambahkan sesuatu yang tidak perlu
c.       Salah memformasikan butir-butir
d.      Salah menyusun butir-butir tersebut.
Akan tetapi, para peneliti telah mencatat bahwa unsur-unsur permukaan suatu bahasa berubah dengan/dalam caa-caa yang spesifik dan sistematis.
Menganalisis kesalahan-kesalahan dai spesiktif siasat permukaan memang memberi banyak harapan bagi paa penelit, terutama sekali yang berkaitan dengan pengenalan proses-proses kognitif yang mendasari rekontruksi pelaja yang mengenai bahasa bau yang dipelajarinya itu.
Penghilangan, kesalahan-kesalahan yang bersifat ”penghilangan” ini ditandai oleh ketidakhadiran suatu butir yang sehausnya ada dalam ucapan yang baik dan benar. Memang kita dapat memahami bahwa setiap morfem atau kata dalam suatu kalimat merupakan calon potensial bagi penghilangan, tetapi beberapa tipe morfem justru lebih sering dihilangkan daripada yang lainnya.
Penambahan, kesalahan yang beupa penambahan ini merupakan kebalikan dai penghilangan. Kesalahan penambahan ini ditandai oleh hadirnya suatu butir atau unsur yang seharusnya tidak muncul dalam ucapan yang baik dan benar. Kesalahan ini biasanya terjadi pada akhir PB 2 tatkala sang pelajar telah selesai menerima beberapa kaidah bahasa sasaran.
Salah formasi, kesalahan yang berupa misformasi atau salah formasi ini ditandai oleh pemakaian bentuk morfem atau stuktur yang salah. Kalau dalam kesalahan penghilangan, unsur itu tidak ada atau tidak tersedia sama sekali, maka dalam kesalahan salah formasi ini sang pelaja menyediakan serta memberikan sesuatu , walapun hal itu tidak benar sama sekali.
Taksonomi komparatif, kalsifikasi kesalahan-kesalahan dalam taksonomi komparatif didasarkan pada perbandingan-perbandingan antara struktur kesalahan-kesalahan B2 dan tipe-tipe konstruksi tertentu lainnya. Sebagai contoh kalau kita menggunakan taksonomi komparatif untuk mengklasifikasikan kealahan kesalahan pelajar Indonesia yang belajar Bahasa Inggris, maka kita dapat membandingkan struktur kesalahan pelajar tersebut dengan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pelajar yang memperoleh bahasa Inggris sebagai B1.
Dan menurut Nanik Setyawati, kesalahan dalam tataran sintaksis antara lain berupa kesalahan dalam bidang fras dan kesalahn dalam bidang kalimat. Kita sudah mengetahui bahwa klausa dapat berpotensi menjadi sebuah kalimat jika intonasinya final. Kesalahan dalam bidang klausa tidak dibicarakan tesendiri, tetapi sekaligus sudah melekat dalam kesalahan dibidang kalimat .
Kesalahan dalam bidang frasa, sering dijumpai dalam bahasa lisan maupun bahasa tulisan . Artinya, kesalahan dalam bidang frasa ini sering terjadi dalam kegiatan berbicara maupun kegiatan menulis. Kesalahan dalam bidang frasa dapat disebabkan oleh berbagai hal diantaranya, adanya pengauh bahasa daeah, pengaruh preposisi, susunan kata yang tidak tepat, penggunaan unsur yang berlebihan atau mubazir, penggunaan bentuk superlatif yang berlebihan.
Kesalahan dalam bidang kalimat, kalimat tidak bersubjek, kalimat itu paling sedikit harus terdiri atas subjek dan predikat, kecuali kalimat perintah atau ujaran yang merupakan jawaban pertanyaan. Biasanya kalimat yang subjeknya tidak jelas terdapat dalam kalimatrancu, yaitu kalimat yang berpredikat verba aktif transitif di depan subjek terdapat preposisi.
Kalimat tidak berpredikat, kalimat yang tidak memiliki predikat disebabkan oleh adanya keterangan subjek yang beruntun atau terlalu panjang, keterangan itu diberi keterangan lagi, sehingga penulis atau pembicaraannya terlena dan lupa bahwa kalimat yang dibuatnya itu belum lengkap atau belum terdapat predikatnya.
Kalimat yang tak logis,  yang dimaksud kalimat tidak logis adalah kalimat yang tidak masuk akal. Hal itu terjadi karena pembicaraan atau penulis kurang berhati-hati dalam memilih kata, bentuk ini pun sudah merata dimana-mana.
Kalimat yang ambiguitas, ambiguitas adalah keadaan arti kalimat, sehingga meragukan atau sama sekali tidak dipahami orang lain. Ambiguitas dapat disebabkan beberapa hal, diantaranya intonasi yang tidak tepat,pemakaian kata yang bersifat polisemi, struktur kalimat yang tidak tepat.
Namun menurut Mansoer Pateda, kesalahan menyimak dan berbicara secara teoritis sebaiknya kita membedakan menyimak dengan mendengar. Pada waktu kita menyimak ujaran orang lain terjadi proses mental , mulai dari proses mengidentifikasi bunyi, proses menyusun pemahaman dan penafsiran.dan proses pemanfataan. Jenis menyimak :
a.       Menyimak pasif, hanya mendengar bunyi-bunyi bahasa dan tidak menafsirkannya.
b.      Menyimak sebentar-sebentar hanya bagian-bagian tertentu yang disimak  dan bukan seluruh pesan.
c.       Menyimak tanpa reaksi, menyimak tapi tidak bereaksi.
d.      Menyimak terbatas, memfokuskan saja pada bagian-bagian tertentu dengan alasan pribadi.
Berbicara, aktivitas berbicara, kalau kita mendengar orang berbicara beroleh kenyataan :
a.       Kita mendengar bunyi-bunyi bahasa yang dilafalkan
b.      Bunyi-bunyi itu dilafalkan berturut-turut
c.       Bunyi bahasa yang kita dengar berwujud kata atau kalimat
d.      Bunyi-bunyi itu dilafalkan kelompok demi kelompok
e.       Kata atau kalimat yang dilafalkan mengandung pesan tertentu
Berlangsungnya aktivitas berbicara, berbicara berlangsung jika dipenuhi hal-hal berikut :
a.       Pembicara terdorrong untuk berbicara
b.      Alat bicara normal
c.       Antara pembicara dan pendengar harus saling mengerti
d.      Situasi mempengaruhi pembicara
e.       Pembicara menguasai apa yang disampaikannya.
Topik pembicaraan, ada-ada saja topik pembicaraan tapi semuanya tergantung pada :
a.       Daya tarik untuk dibicarakan
b.      Faktual
c.       Pembicara
d.      Penguasa materi
Proses berbicara, proses yang akan dialami kalau seseorang akan berbicara  :
a.       Persiapan berupa rangsangan. Rangsangan menyebabkan usaha penyusunan kode semantis.
b.      Menyusun gagasan dalam wujud satuan-satuan gramatikal
c.       Pengungkapan gagasan.
Kesalahan berbicara,  berbicara dalah aktivitas manusia menggunakan bahasa secara lisan. Oleh karena bahasa yang digunakan berwujud bahasa lisan. Maka yang penting adalah pelafalan dan kata-kata atau kalimat yang digunakan. Berdasarkan hal-hal itu, kesalahan yang didapati kalau si terdidik berbicara adalah: Kesalahan melafalkan bunyi-bunyi bahasa, kesalahan memilih katakata atau istilah yang tepat.
Sedangkan menurut Markhamah kesalahan struktur, sebagai bahasa pergaulan, bahasa Indonesia tidak mengalami permasalahan yang berarti. Namun, sebagai bahasa baku dan bahasa ilmu pengetahuan masih banyak kekurangan. Misalnya, penulis (ilmuan) tanpa disadari telah menyusun kalimat yang panjang.
Kesalahan struktur karena kerancuan aktif-pasif, kalimat aktif adalah kalimat yang predikatnya verba berimbuhan meN- dengan segala kombinasinya dan subjek tidak diawali oleh kata depan. Kalimat pasif adalah kalimat yang pedikatnya verba beimbuhan di-atau ter­- atau verba pasif pelaku orang I / II + pokok kata kerja. Penutur/ penulis sering tidak menyadari bahwa kalimat yang rancu. Yang dimaksud kalimat rancu adalah kalimat yang sebagian unsurnya milik kalimt aktif, sementara unsur lainnya milik kalimat pasif. Kalimat seperti ini menimbulkan ketaksaan/kemenduaan makna.
Kesalahan struktur karena subjek dan keterangan, penulis atau penutur yang dihasilkannya sesuai dengan syarat kalimat yang lengkap atau tidak, apakah kalimat yang disusunnya mudah dipahami atau tidak. Kadang-kadang penulis juga kurang memperhatikan apakah suatu unsur bercampur dengan unsur lainnya. Sering terjadi seorang pemakai bahasa tidak menyadari bahwa dirinya telah mencampurkan komponen lain. Pada subjek.
Kesalahan struktur karena pengantar kalimat, seringkali kita membaca kalimat yang diawali oleh kata menurut, berdasarkan, sebagaimana kita ketahui, seperti disebutkan, dimuka, seperti kami sampaikan sebelumnya, dan sejenisnya. Kata-kata itu merupakan pengantar kalimat. Jika bagian kalimat itu kemudian diikuti nomina pelaku orang pertama sering menimbulkan ketaksaan antara ungkapan pengantar kalimat dengan predikat kalimat












BAB VI
Menurut  Nanik Setyawati, kesalahan berbahasa tataran semantik  dapat berkaitan dengan bahasa tulis  maupaun bahasa lisan, kesalahan berbahasa ini dapat terjadi pada tataran fonologi, morfologi dan sintaksis. Kesalahan berbahasa dalam tataran semantik ini penekanannya pada penyimpangan makna, baik yang berkaitan dengan fonologi, morfologi, maupun sintaksis. Jadi, jika ada sebuah bunyi, bentuk kata, ataupun kalimat yang maknanya menyimpang dari makna yang seharusnya , maka tergolong ke dalam kesalahan berbahasa ini.
Banyak penyimpangan terjadi dalam penggunaan bahasa sehari-hari yang berkaitan dengan makna yang tidak tepat. Makna yang tidak tepat tersebut berupa:
a.       Kesalahan penggunaan kata-kata yang mirip,kata-kata yang bermiripan tersebut dapat digolongkan kedalam tiga kelompok, yaitu pasangan yang seasal, pasangan yang bersaing dan pasangan yang terancukan. Banyaknya kata yang mempunyai kemiripan menuntut banyak ketelitian.
b.      Kesalahan pilihan kata atau diksi, penggunaan kata-kata yang saling menggantikan yang dipaksakan akan menimbulkan perubahan makna kalimat bahkan merusak struktur kalimat, jika tidak disesuaikan dengan makna dan maksud kalimat yang sebenarnya.
Dan menurut Mansoe Pateda, kesalahan membaca dan menulis, secara umum orang mengatakan bahwa membaca adalah suatu interpretasi simbol-simbol tertulis. Ini menunjukan bahwa membaca adalah pekerjaan mengidentifikasi simbol-simbol dan mengasosiasikannya dengan makna, atau dengan kata lain membaca adalah proses mengidentifikasi dan komperehensi. Aspek lain yang dapat dilihat pada waktu orang membaca adalah bahasa yang digunakan dan proses komunikasi. Membaca mengandung interaksi penulis dan pembaca. Model membaca ada yang disebut :
a.      Model taksonomi, menurut model taksonomi, yang menjelaskan bahwa di dalam proses membaca terdiri 4 keterampilan yakni, mengenal kata, kompherensi, reaksi dan asimilasi
b.      Model psikometrik, dikembangkan oleh Holmes mengukur secara statistik kenyaringan dan kecepatan membaca dengan menggunakan analisis subrata.
c.       Model psikologis,  model psikologis dibagi atas model behavioristik dan model kognitif.
Menulis, motivasi menulis, orang menulis didorong oleh beberapa faktor yakni :
a.       Keharusan, kita menulis karena harus menulis, misalnya menulis untuk kaka atau ibu yang jauh
b.      Promosi, kita menulis karena ingin mempromosikan sesuatu, misalnya menulis iklan untuk menawarkan jasa
c.       Kemanusiaan, kita menulis karena alasan kemanusiaan , misalnya membela orang teraniaya, menuntut keadilan
d.      Mengarapkan sesuatu, kita menulis karena menginginkan sesuatu, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain, misalnya menulis permohonan
e.       Pengembangan ilmu, kita menulis untuk mengembangkan ilmu, misalnya menulis buku
f.       Kesusastraan, kita menulis karena dalam diri kita ada bakat menulis yang bernilai sastra, misalnya menulis novel
g.      Mengadu-domba, kita menulis agar tujuan terselubung terpenuhi. Tulisan mengadu domba biasanya dalam bentuk artikel
h.      Pemberitahuan, kita menulis karena ingin memberitahukan seuatu kepada orang lain.termasuk, disini hal yang berhubungandengan berita atau penemuan yang dapat dibaca disurat kabar atau majalah.
Tipe tulisan, tipe-tipe tulisan menurut Billows sebagai berikut :
a.       Laporan, laporan biasanya tulisan yang berisi fakta yang berhasil dikumpul dari lapangan, misalnya laporan wabah penyakit yang berjangkit di suatu daerah.
b.      Timbangan, timbangan dapat dimulai dengan alasan-alasan yang dikemukakan dalam buku yang di timbang , diikuti ringkasan buku atau ide yang dikemukakan oleh penulis, efek yang ditimbulkanoleh isi buku, hal-hal yang disetujui dan yang ditolak.
c.       Iklan dan publikasi, iklan dan publikasi di surat kabar atau majalah kadang-kadang menarik untuk dibaca. Sesuatu akan menarik apabila ditulis dengan gaya yang menarik pula
d.      Artikel, biasanya disajikan melalui suat kabar atau majalah. Artikel berisi hal yang hangat dibicarakan di msyarakat atau penemuan, pendapat penulis tentang hal-hal yang hangat di masyarakat.
Kesalahan menulis, telah dijelaskan beulang-ulang bahwa analisis kesalahan pada mulaanya hanya untuk menganalisis penyimpangan penggunaan bahasa Inggis, terutama dalam kedudukan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua atau bahasa asing. Namun ide, teknik dan teori yang mendasari analisis kesalahan kiranya dapat diterapkan untuk pengembangan bahasa Indonesia, khususnya dalam kaitannya dengan pengajaran bahasa Indonesia.
Sedangkan menurut Markhamah, kesantunan sosiolinguistik dalam teks keagamaan, bedasarkan hasil analisis bahwa teks al-quran mengandung kesantunan sosiolinguistik, yang merupakan Quran mengandung kesantunan sosiolinguistik, yang merupakan bagian dari etika berbahasa yang menekankan pada norma-norma dan nilai-nilai kesantunan yang berlaku dalam masyarakat. Kesantunan sosiolinguistik yang terkandung dalam teks terjemahan Quran ini sebenarnya tidak hanya untuk umat islamtetapi bersifat universal yang bisa menjadi ukuran kesantunan bagi berbagai kelompok masyarakat dan budaya.


















BAB VII
Menurut Nanik  Setyawati, kesalahan  berbahasa tataran wacana diketahui bahwa wacana merupakan satuan linguistik yang tertinggi. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan Tarigan bahwa wacana merupakan satu bahasa terlengkap dan kohesi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir nyata disampaikan secara lisan dan tertulis. Wacana dapat direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh(novel, buku dll) paagraf, kalimat, atau kata yang membawa amanat yang lengkap.
Dan Menurut Mansoer Pateda, penerapan analisis,teknik analisis, mengemukakan dua mekanisme menganalisis kesalahan. Mekanisme yang diusulkan yakni membuat katageori keslaan dan mengelompokan jenis kesalahan itu berdasarkan daerahnya. Secara teknis mekanisme ini dilaksanakan dengan cara melaksanakan kategori seleksi awal, menentukan kategori kesalahan dan mencek cepat.
Dukungan terhadap analisis kesalahan, moda pertama yang harus diperhatikan ialah penguasaan kaidh bahasa yang akan dianalisis. Tanpa penguasaan kaidah bahasa yang dianalisis, kita sulit melaksanakan analisis kesalahan. Bukankah analisis kesalahan bertujuan menemukan kesalahan,mengkatagorikannya, dan menentukan jenis kesalahan? Tidaklah mungkin kita dapat menganalisis keslahan, kalau kita sendiri tidak dapat menentukan, ini bentuk yang benar, ini yang tidak, ini kalimat baku, dan ini kalimat yang tidak gramatikal.
Sedangkan menurut Markhamah kesantunan linguistik dalam terjemahan al-quran, teks terjemahan al-quran mengandung pola-pola konstruksi yang mengungkapkan kesantunan linguistik. Kesantunan linguistik yang tedapat pada teks terjemhan Quran terdiri dari konstruksi dekralatif, konstruktif imperatif, konstruktif interogatif dan konstruktif pengandaian. Kesantunan linguistik dalam teks terjemahan Quran lebih banyak berupa perintah larangan karena ketidaksederajatan anatara penutur dan penutur atau pendengar. Namun demikian perintah dan larangan tersebutdinyatakan dalam rentang kualitas bervariasi, dari tingkat kesantunan rendah hingga kesantunan tinggi. Kesantunan linguistik yang berupa perintah meliputi perintah, ajakan, dan anjuran, sedangkan kesantunan linguistik berupa larangan mencangkup larangan , peringatan dan sindiran.






BAB VIII
Menurut Nanik Setyawati, kesalahan berbahasa dalam penerapan kaidah ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan.
Ejaan, selama ini orang umumnya berpendapat bahwa ejaan hanya berkaitan dengan cara mengajar suatu kata. Contoh, kata eja dieja dengan e-j-a menjadi eja. Pengertian ejaan seperti itu sebenarnya kurang tepat karena yang disebut ejaan pada dasarnya lebih luas dari itu.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia ejaan dapat didefinisikan sebagai kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat dan sebagainya) dalam bentuk tulisan(huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca. Jelaslah bahwa ejaan tidak hanya berkaitan dengan cara mengeja suatu kata, tetapi yang lebih utama berkaitan dengan cara mengeja suatu kata, tetapi yang ebih utama berkaitan dengan cara mengatur penulisan huruf terjadi satuan yang lebih besar, misalnya kata, kelompok kata, atau kalimat.
Kesalahan penulisan kata,kesalahan penulisan kata dasar dan kata bentukan, kita mengenal bentuk kata dasa dan kata bentukan (kata berafiks, kata ulang, dan kata majemuk atau gabungan kata) . kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan yang berdiri sendiri, sedangkan pada kata berafiks, afiks tersebut ditulis serangkaian dengan kata dasanya. Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Kata majemuk atau gabungan kata yang mendapat prefiks saja atau sufiks saja, maka prefiks atau sufiks tersebut ditulis seangkai dengan kata yang bersangkutan saja. Akan tetapi jika gabungan kata tersebut sekaligus mendapat prefiks dan sufiks, maka bentuk kata berbentuknya harus ditulis harus ditulis serangkai semuanya.
Kesalahan memenggal kata,  pemenggalan kata atau persukuan diperlukan apabila kita harus memenggal sebuah kata dalam tulisan jika terjadi pergantian baris. Pada pergantian baris, tanda hubungan harus dibubuhkan diujung baris, bukan dibawah ujung baris.
Kesalahan penulisan lambang bilangan, masih banyak orang yang belum paham benar cara menulis lambang bilangan . hal tersebut terlihat pada penulisan lambang bilangan yang masih salah , di antaranya sebagai berikut.
a.       Keslahan penulisan lambang bilangan dengan huruf
b.      Keslahan penulisan kata bilangan tingkat
c.       Kesalahan penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran –an
d.      Kesalahan penulisan lambang yang dapat menyatakan satu atau dua kata.
e.       Keslahan penulisan lambang bilanganpada awal kalimat dengan angka.

           



Tidak ada komentar:

Posting Komentar