Linda Amalia
Kelas 7D
2222121705
BAB
I
Menurut
Nanik Setyawati dalam bukunya membahas tentang ragam bahasa dimana bahasa
Indonesia memiliki dua kedudukan, yaitu sebagai (1) bahasa nasional dan (2)
bahasa negara. Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki
beberapa fungsi, antara lain sebagai( a). Lambang kebanggaan nasional, (b)
lambang identitas nasional,( c) alat pemersatu berbagai masyarakat yang
berbeda-beda latar belakang sosial, budaya dan bahasa, dan (d) alat perhubungan
antarbudaya dan daerah.
Berdasarkan
kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (a)
bahasa resmi negara,(b) bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan
(c) bahasa resmi dalam perhubungan pada tingkat nasional, baik untuk
kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan maupun untuk kepentingan
pemerintahan (d) bahasa resmi di dalam kebudayaan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi moderen. Dilihat dari segi sarana pemakaiannya, ragam
bahasa dapat dibedakan atas ragam lisan dan tulis. Pada ragam lisan informasi
yang disampaikan dapat diperjelas dengan mengunakan intonasi,gerakan anggota
tubuh tertentu, dan situasi tempat pembicaraan berlangsung. Ciri-ciri pemakaian
ragam resmi antara lain mengunakan unsur gramatikal secara eksplsit dan konsisten,afiks
secara lengkap, pronomina resmi, kata-kata baku,mengunakan Ejaan Yang
Disempurnakan.
a.
Bahasa Indonesia sebagai Ragam Ilmu
Ragam bahasa ilmu digunakan oleh para
cerdik pandai dan oleh kaum terpelajar di seluruh pelosok tanah air. Sifat
bahasa Indonesia sebagai ragam bahasa ilmu antara lain sebagai berikut.
a. Ragam
bahahasa ilmu bukan dialek
b. Ragam
bahasa ilmu merupakan ragam resmi
c. Ragam
bahasa ilmu digunakan para cendikiawan untuk mengkomunikasikan ilmu
d. Lebih
diutamakan penggunaan kalimat pasif. Dalam kalimat pasif. Peristiwa lebih
dikemukakan daripada pelaku perbuatan.
e. Banyak
menggunakan kata-kata istilah. Kata-kata digunakan dalam arti denotatif bukan
dalam arti konotatif.
f. Konsisten
dalam segala hal.
b.
Berbahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Lahirnya
konsep “bahasa Indonesia yang baik dan benar” pada dasarnya tidak terlepas dari
konteks pemakaian bahasa yang beragam-ragam, seperti yang sudah diurutkan
diatas. Adapun pemerolehan
bahasa,kedwibahasaan, dan interferensi. Kedwibahasaan adalah hasil dari
pemerolehan bahasa. Kedwibahasaan menimbulkan interferensi. Interferensi
merupakan salah satu faktor penyebab kesalahan berbahasa. Kesalahan berbahasa
itu sendiri merupakan umpan balik bagi pengajaran bahasa. Sedangkan menurut Henry Guntur Tarigan lebih dari
setengah penduduk dunia adalah dwibahasawan, ini berarti bahwa sebagian besar
manusia di bumi ini menggunakan dua bahasa sebagai alat komunikasi. Dan menurut
Markhamah berkomunikasi dengan bahasa
dan berkomunikasi dengan sesama orang Jawa tidak sekedar memahami dan
berbicaradalam bahasa Jawa, tetapi ada prinsip-prinsip yang perlu
diperhatikan.prinsip-prinsip yang dimaksud adalah kerukunan dan prinsip hormat.
Prinsip kerukunan bertujuan untuk mempertahankan masyarakat dalam kedaan yang
harmonis sedangkan prinsip hormat setiap orang dalam berbicara dan membawa diri
selalu hormat terhadap orang lain sesuai derajat dan kedudukannya.
Namun
dalam buku Mansoer Pateda banyak usaha
manusia untuk memajukan kesejahteraan hidupnya dan kehidupan sesamanya. Usaha
itu meliputi berbagai segi kehidupan sejauh yang terjangkau oleh kemampuan otak
manusia. Apa yang diperoleh hari ini, dikembangkan terus, dikoreksi bahkan
kadang-kadang diganti sama sekali. Hal seperti itu tidak perlu mengherankan
karena proses mengubah sesuatu adalah hakikat manusia, manusia yang memiliki
potensi, ilmu pengetahuan dikembangkan terus. Salah satu disiplin ilmu yang
dikmbangkan, adalah linguistik. Pengembangan linguistik ditandai oleh makin
banyaknya subdisiplin linguistik yang sebaiknya diikuti, diantaranya yang
menarik untuk dipelajari adalah linguistik terapan. Di dalam subdisiplin
linguistik terapan. Didalam subdisiplin linguistik terapan itu sendiri banyak
aspek yang menarik untuk dikaji. Salah satu aspek yang menarik untuk dipelajari
adalah analisis kesalahan. Dengan kata lain linguistik dapat dipelajari
berdasarkan pembidangannya,sifat telaahnya, pendekatan objeknya, alat
analisisnya,hubungan dengan ilmu lain, penerapannya dan teori atau aliran yang
mendasarinya.
BAB
II
Menurut Markhamah dalam berkomunikasi secara lisan seorang
harus memperhatikan kalimat yang diucapkannya. Artinya, penutur harus
memperhatikan apakah kalimat yang diucapkan bisa dipahami oleh orang lain dan
apakah kalimat yang diucapkan tidak menimbulkan salah tafsir. Sudahkah
kalimat-kalimat kita memenuhi kaidah pemakaian bahasa yang baik. Ketika
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa lisan, kita juga perlu memperhatikan
ketepatan,kelaziman, dan kebakuan kata yang kita ucapkan. Demikian halnya dalam
berkomunikasi secara tertulis. Artinya, dalam menulis penulis harus
memperhatikan kalimat-kalimat yang ditulisnya sehingga orang yang membaca
tulisan kita bisa memahami maksud yang akan kita sampaikan.
a.
Ciri Gramatikal Kalimat Efektif
Ciri
gramatikal adalah ciri yang harus dipenuhi oleh pemakaian bahasa dalam kaitan
dengan ketatabahasaan. Ciri ini dapat dilihat dari bidang Morfologi dan bidang
Sintaksis.
b.
Ciri Diktis Kalimat Efektif
Ciri
diktis adalah ciri kalimat efektif yang berkaitan dengan pemilihan kata. Kata
yang dirangkai menjadi suatu kalimat merupakan kata-kata yang tepat bentuknya,
seksama atau sesuai dan lazim.
c.
Penalaran
Kalimat
efektif adalah kalimat yang memenuhi penalaran. Kalimat yang memenuhi penalaran
artinya kalimat yang secara nalar dapat diterima, kalimat yang diterima oleh
akal sehat.
d.
Keserasian
Kalimat
yang efektif juga harus memenuhi keserasian. Serasi artinya selaras, sesuai
atau cocok. Dan menurut Nanik Setyawati
dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa kata yang artinya bernuansa dengan
kesalahan yaitu, penyimpangan, pelanggaran, dan kehilafan. Penyebab kesalahan
berbahasa yaitu ada pada orang yang menggunakan bahasa yang bersangkutan bukan
pada bahasa yang digunakannya. Ada tiga kemungkinan penyebab seseorang dapat
salah dalam berbahasa yaitu, terpengaruh bahasa lebih dulu
dikuasainya,kekurangan pemakaian bahasa terhadap bahasa yang dipakainya,
pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna. Sedangkan menurut
Henry Guntur Tarigan kesalahan berbahasa dianggap sebagai bagian dari proses
belajar-mengajar, baik belajar secara formal maupun secara tidak formal.
Pengalaman guru dilapangan menunjukan bahwa kesalahan berbahasa itu tidak hanya
dibuat oleh siswa yang empelajari B2, tetapi juga oleh siswa yang mempelajari
B1. Siswa yang mempelajari bahasa Indonesia atau bahasa Inggris sering membuat
kesalahan baik secara lisan maupun tulis. Analisis kontratitif Akon adalah kegiatan
membandingkan struktur B1 dan B2 untuk mengidentifikasi perbedaan kedua bahas
itu. Sebagai prosedur kerja, Anakon mempunyai langkah-langkah yang harus dituruti
seperti membandingkan struktur B1 dan B2, memprediksi kesulitan belajar dan
kesalahan belajar, menyusun bahan pengajaran, dan mempersiapkan cara-cara
menyampaikan bahan pengajaran. Namun menurut Mansoer Pateda Kesalahan berbahasa
yang terjadi atau dilakukan oleh siswa dalam suatu proses belajar mengajar mengimplikasikan
tujuan pengajaran bahasa belum tercapai secara maksimal, adapun beberapa jenis kesalahan berbahasa yaitu :
a.
Kesalahan Acuan
Didalam
bidang makna, disinggung pula apa yang disebut makna acuan. Dalam kaitanya
denga jenis kesalahan, terdapat pula
istilah kesalahan acuan. Dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi apa yang
diambil, dibawa, ditunjuk,dibayangkan, tidak sesuai dengan acuan yang dimaksud
oleh pembicara. Misalnya “ bawalah kursi kuliah” lalu orang itu membawa kursi
biasa. Maka benda yang diacu tidak sesuai dengan yang dikehendaki.
b.
Kesalahan Register
Istilah
register sebenarnya dapat kita temui dalam bidang sosiolinguistik. Register
berhubungan dengan variasi bahasa yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang.
Dengan demikian kesalahan register, adalah kesalahan yang berhubungan dengan
bidang pekerjaan seseorang. Misalnya seorang dokter memaknai kata “operasi”
dengan membedah tubuh seseorang untuk dikeluarkan penyakitnya, sedangkan dalam
pemerintahan kata “operasi” biasanya adalah pemungutan pajak.
c.
Kesalahan Sosial
Manusia
adalah makhluk sosial. Ia tidak mungkin hidup sendiri. Dalam kenyataanya
seperti itu, ia harus berkomunikasi dengan orang lain. Dalam sosiolinguistik dikenal
variasi bahasa yang dikaitkan dengan latar belakang sosial pembicaraan dan
pendengar. Yang dimaksud latar belakang sosial disini misalnya berhubungan
dengan jenis kelamin, pendidikan, umur,tempat tinggal dan jabatan. Latar
belakang sosial ini menuntut kita untuk pandai memilih kalimat yang sesuai
dengan orang diajak bicara.
BAB
III
Menurut Henry Guntur Tarigan kesalahan yang sering dibuat
oleh siswa harus dikurangi dan kalau dapat dihapuskan sama sekali. Hal ini baru
dapat tercapai kalau seluk beluk kesalahan itu dikaji secara mendalam.
Pengkajian segala aspek kesalahan itulah disebut analisis kesalahan. Analisis
kesalahan mempunyai langkah kerja yaitu, pengumpulan sampel kesalahan,
pengidentifikasian kesalahan, penjelasan kesalahan,penjelasan kesalahan,
pengklasifikasian kesalahan dan pengevaluasian kesalahan. Adapun tujuan analisis
kesalahan adalah untuk menentukan urutan
bahan ajar, menentukan urutan jenjang penekanan bahan ajar, merencanakan
latihan dan pengajaran remedial dan memilih butir pengujian kemahiran siswa.
Analisis kesalahan mendasarkan prosedur kerja kepada data yang aktual dan
masalah yang nyata.
Dan menurut Nanik Setyawati setiap lambang bunyi bahasa
mempunyai lafal atau ucapan tertentu yang tidak boleh dilafalkan menuntuk
kemauan masing-masing pemakai bahasa. Pemakai bahasa Indonesia yang ingin
ucapan bahasa Indonesianya dinilai baik, harus berusaha mematuhi kaidah yang
berlaku didalam bahasa tersebut. Kesalahan berbahasa Indonesia dalam tataran
fonologi dapat terjadi baik penggunaan bahasa secara lisan maupun secara
tertulis.
a.
Daerah kesalahan fonologi yaitu daerah
kesalahan fonologi. Kesalahan fonologi berhubungan dengan pelafalan dan
penulisan bunyi bahasa. Dahulu dalam bahasa Indonesia tidak dikenal fonem /v/,
sehingga kata vak dilapalkan pak, padahal makna kata vak berbeda dengan kata pak.
Sedangkan menurut Mansoer Pateda kesalahan
pelafalan karena perubahan fonem, terdapat banyak contoh kesalahan pelafalan
karena pelafalan fonem-fonem tertentu berubah atau tidak diucapkan sesuai
kaidah.
b.
Daerah kesalahan morfologi, kesalahan pada bidang morfologi
berhubungan dengan bentuk kata. Dalam
bahasa Indonesia kesalahan pada bidang morfologi akan menyangkut
derivasi,diksi,kontaminasi, dan pleonasme. Ini semua berhubungan pula dengan
kosa kata.
c.
Daerah kesalahan sintaksis, kita
mengetahui bahwa manusia selalu memanfatkan kalimat apabila hendak
menyampaiakan pikiran, perasaan atau keinginan. Kadang-kadang pembicara asal
berbicara saja, karena ia berpendapat asal orang mengerti. Kecermatan berbahasa
tidak diperdulikannya. Perasaan tanggung jawab berbahasa belum menyatu dalam
dirinya. Tidak heran apabila terjadi kesalahan.
Kesalahan
pada daerah sintaksis berhubungan erat dengan kesalahan pada daerah morfologi,
karena kalimat berunsurkan kata-kata itu sebabnya daerah kesalahan sintaksis berhubungan.
d.
Daerah kesalahan semantis, semantik
adalah studi tentang makna. Itu sebabnya semantik disebut teori makna.
Berbicara tentang makna, kita berhadapan dengan hal yang membingungkan .
e.
Kesalahan memfosil, kesalahan memfosil
tidak berkaitan dengan daerah kesalahan, tetapi menyangkut sifat kesalahan.
Namun menurut Markhamah kepaduan dan ketepatan
makna, ciri kalimat efektif yang lain selain sudah disebutkan di muka adalah
adanya kepaduan unsur-unsur yang ada pada suatu kalimat.
a.
Tidak melakukan keterangan yang berupa
klausa antara Subjek dan Predikat
b.
Tidak meletakan keterangan aspek didepan
subjek
c.
Tidak menempatkan keterangan aspek di
antara pelaku dan pokok kata kerja yang merupakan kata kerja pasif bentuk diri
d.
Tidak menyisipkan kata depan diantara
predikat dan objek
Ketetapan makna,
kalimat efektif adalah kalimat yang tepat maknanya. Ketetapan makna, disamping
ditentukan oleh ketepatan letak unsur-unsur kalimat yang akan memantapkan
makna, biasa juga ditentukan oleh ketiadaan kata yang mubazir(kalimat hemat)
1.
Kemantapan makna kalimat, kalimat yang
maknanya mantap sama dengan kalimat yang tidak goyah maknanya. Kalimat yang
mantap maknanya merupakan kalimat yang maknanya tidak mendua jadi kalimat yang
mendua atau ambigu merupakan kalimat yang tidak efektif.
Untuk
pencapaian makna yang penutur atau penulis perlu menetapkan unsur-unsur kalimat
pada tempat yang tepat. Selain ditempatkan pada tempat yang tepat, unsur-unsur
yang seharusnya ada tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang tidak
diperlukan tidak usah diselipkan dalam kalimat.
BAB
IV
Menurut
Henry Guntur Tarigan analisis kontrasitif dan analisis kesalahan berbeda dengan
antar bahasa dengan hal :
a.
Sikap performansi pembelajar, terutama
terhadap kesalahan
b.
Performasi pembelajar yang dapat
dihubungkan dengan ciri-ciri bahasa ibunya.
Kaidah
atau aturan pembentuk kata dalam bahasa Indonesia sebenarnya sudah banyak
dibicarakan dalam buku-buku tata bahasa. Dalam pengajaran bahasa di sekolah pun
tata cara pembentukan sudah diajarkan. Meskipun demikian, hal itu tidak berarti
semua pembentukan kata dalam bahasa Indonesia telah dilakukan melalui proses
yang benar sesuai dengan kaidah yang berlaku. Dalam kenyatan berbahasa, masih
sering kita jumpai bentukan kata yang menyimpang dari kaidah.
Dan
menurut Nanik Setyawati baik ragam tulis maupun ragam lisan dapat terjadi
kesalahan berbahasa dalam pembentukan kata atau tataran morfologi. Kesalahan
berbahasa dalam tataran morfologi disebabkan oleh berbagai hal. Keefektifan
kalimat, selain dilihat dari ciri gramatikal, keselarasan, kepaduan, dan
kehematan juga dilihat dari kevariasian. Kevariasian dapat menghindarkan
pendengar dan atau pembaca dari kebosanan. Artinya, seorang dalam berkomunikasi
dituntut memilih kata, klausa, kalimat, bahkan paragraf yang bervariasi.
Sedangkan menurut Markhmah kata variasi dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna tindakan atau hasil perubahan dari
tindakan semula, selingan,bentuk rupa yang lain, yang berbeda bentuk rupa
hiasan dan tambahan. Jenis kalimat bervariasi yaitu
a. Kalimat
bervariasi urutan
b. Kaliamat
bervariasi aktif-pasif
c. Kalimat
bervariasi berita-perintah –tanya
d. Kalimat
bervariasi panjang-pendek.
Namun menurut
Mansoer Pateda setelah kita mengetahui jenis, daerah dan sifat
kesalahan, maka sumber dan penyebabnya perlu diketahui untuk keperluan penanggulangannya
dan sekligus perencanaan pengajaran remedial.
a.
Pendapat populer, menyebutkan kesalahan
bersumber pada ketidak hati-katian si terdidik dan yang lain karena pengetahuan
mereka terhadap bahasa yang dipelajari, dan interferensi. Bahan yang terlalu
tinggi atau bahan yang tidak telalu menarik minat si pendidik dapat menyebabkan
oleh metode dan mengajar guru yang tidak menarik, atau penjelasan guru yang
salah atau tidak jelas.
b.
Bahasa ibu, istilah bahasa ibu biasa
dipadankan dengan bahasa daerah untuk orang Indonesia dalam pengajaran bahasa.
c.
Lingkungan, lingkungan yang dimaksud
disini adalah lingkungan yang turut mempengaruhi penguasaan bahasa sipendidik.
d.
Kebiasaan, kebiasaan bertalian dengan
pengaruh bahasa ibu dan lingkungan . si terdidik terbiasa dengan pola-pola
bahasa yang didengarnya.
e.
Interlingual, istilah interlingual
mula-mula digunakan oleh selinker pada tahun 1968.slinker membedakan
persepektif belajar. Persepektif pengajaran dihubungkan dengan usaha
mengantisipasi melalui metodologi yang ada kaitannya dengan masukan dengan
hasil yang akan dicapai.
f.
Interferensi, memahami pengertian
interferensi yang dikutipkan diatas, terdapat prinsip,i. Terdapat pengaruh,
ii.pengaruh itu berasal dari bahasa pertama atau bahasa ibu, iii bahasa pertama
itu sistemnya berbeda dengan bahasa yang sedang dipelajari, dan iv bahasa
pertama mempengaruhi si terdidik ketika ia mempelajari bahasa kedua.
Dengan
kata lain interferensi ialah adanya tuturan seseorang yang menyimpang dari
norma-norma L1 sebagai akibat dari perkenalannya dengan L2 atau sebaliknya,
yaitu menyimpang dari L2 sebagai akibat dari kuatnya daya tarik pola-pola yang
terdapat pada L1.
BAB
V
Menurut Henry Guntur Taigan analisis kesalahan bebahasa merupakan sisi
yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan sang pelajar. Kesalahan tesebut
merupakan bagian-bagian konversasi atau
yang menyimpang dari norma baku atau
tepilih dari performansi bahasa oang dewasa. Para guru dan orang tua (terlebih
para ibu) yang telah berupaya memenangkan pertarungan begitu lama dan sabar
terhadap kesalahan berbahasa murid-murid dan anak-anak. Mereka tiba pada satu
kesimpulan, pada suatu realisasi, bahwa kesalahan adalah proses dari belajar.
Ada pula pakar yang membuat kategorisasi kesalahan
berbahasa seperti berikut:
-
Interference-like
Goofs : Kesalahan yang mencerminkan atau merefleksikan struktur
bahasa ibu atau bahasa asli (native
language) dan yang tidak terdapat pada data pemerolehan bahasa pertama yang
berasal dari bahasa sasaran.
Conto: hers pajamas (bahasa Inggris anak Spayol)
Rumahta (bahasa Indonesia anak Karo)
Taksonomi Kategori Linguistik,
ada beberapa taksonomi kesalahan berbahasa yang telah didasarkan pada butir
linguistik yang dipengaruhi oleh kesalahan. Taksonomi-taksonomi kategori
linguistik tersebut mengklasifikasikan kesalahan-kesalahan berbahasa
berdasarkan komponen linguistik atau unsur linguistik tertentu yang dipengaruhi
oleh kesalahan, ataupun berdaasarkan kedua-duanya.
Kita telah sama-sama mengetahui bahwa komponen-komponen
bahasa mencangkup fonologi (ucapan) ,
sintaksis dan morfologi (tata bahasa
gramatika) , semantik dan leksikon (makna
dan kosakata). Dan wacana (gaya).
Konstituen mencangkup elemen-elemen yang mengandung setiap komponen bahasa.
Sebagai contoh, dalam sintaksis kita dapat menapat tanyakan apakah kesalahan
itu terdapat pada klausa utama atau klausa bawahan dan dalam klausa, konstituen
mana yang dipengauhi, misalnya frasa verba,frasa nomina,preposisi, adverba,adjektiva
dan sebagainya.
Taksomoni siasat
permukaan, menyoroti bagaimana cara-caranya struktur-struktur permukaan
berubah. Para pelajar mungkin saja:
a. Menghindarkan/menghilangkan butir-butir
penting
b. Menambahkan
sesuatu yang tidak perlu
c. Salah memformasikan
butir-butir
d. Salah menyusun
butir-butir tersebut.
Akan
tetapi, para peneliti telah mencatat bahwa unsur-unsur permukaan suatu bahasa
berubah dengan/dalam caa-caa yang spesifik dan sistematis.
Menganalisis
kesalahan-kesalahan dai spesiktif siasat permukaan memang memberi banyak
harapan bagi paa penelit, terutama sekali yang berkaitan dengan pengenalan
proses-proses kognitif yang mendasari rekontruksi pelaja yang mengenai bahasa
bau yang dipelajarinya itu.
Penghilangan, kesalahan-kesalahan
yang bersifat ”penghilangan” ini ditandai oleh ketidakhadiran suatu butir
yang sehausnya ada dalam ucapan yang baik dan benar. Memang kita dapat
memahami bahwa setiap morfem atau kata dalam suatu kalimat merupakan calon
potensial bagi penghilangan, tetapi beberapa tipe morfem justru lebih sering
dihilangkan daripada yang lainnya.
Penambahan,
kesalahan yang beupa penambahan ini
merupakan kebalikan dai penghilangan.
Kesalahan penambahan ini ditandai oleh hadirnya suatu butir atau unsur yang
seharusnya tidak muncul dalam ucapan yang baik dan benar. Kesalahan ini
biasanya terjadi pada akhir PB 2 tatkala sang pelajar telah selesai menerima
beberapa kaidah bahasa sasaran.
Salah formasi,
kesalahan yang berupa misformasi atau
salah formasi ini ditandai oleh pemakaian bentuk morfem atau stuktur yang
salah. Kalau dalam kesalahan penghilangan, unsur itu tidak ada atau tidak
tersedia sama sekali, maka dalam kesalahan salah formasi ini sang pelaja
menyediakan serta memberikan sesuatu , walapun hal itu tidak benar sama sekali.
Taksonomi komparatif,
kalsifikasi kesalahan-kesalahan dalam taksonomi komparatif didasarkan pada
perbandingan-perbandingan antara struktur kesalahan-kesalahan B2 dan tipe-tipe
konstruksi tertentu lainnya. Sebagai contoh kalau kita menggunakan taksonomi
komparatif untuk mengklasifikasikan kealahan kesalahan pelajar Indonesia yang
belajar Bahasa Inggris, maka kita dapat membandingkan struktur kesalahan pelajar
tersebut dengan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pelajar yang memperoleh
bahasa Inggris sebagai B1.
Dan
menurut Nanik Setyawati, kesalahan dalam tataran sintaksis antara lain berupa
kesalahan dalam bidang fras dan kesalahn dalam bidang kalimat. Kita sudah
mengetahui bahwa klausa dapat berpotensi menjadi sebuah kalimat jika
intonasinya final. Kesalahan dalam bidang klausa tidak dibicarakan tesendiri,
tetapi sekaligus sudah melekat dalam kesalahan dibidang kalimat .
Kesalahan dalam bidang frasa,
sering dijumpai dalam bahasa lisan maupun bahasa tulisan . Artinya, kesalahan
dalam bidang frasa ini sering terjadi dalam kegiatan berbicara maupun kegiatan menulis.
Kesalahan dalam bidang frasa dapat disebabkan oleh berbagai hal diantaranya,
adanya pengauh bahasa daeah, pengaruh preposisi, susunan kata yang tidak tepat,
penggunaan unsur yang berlebihan atau mubazir, penggunaan bentuk superlatif
yang berlebihan.
Kesalahan dalam bidang kalimat, kalimat
tidak bersubjek, kalimat itu paling sedikit harus
terdiri atas subjek dan predikat, kecuali kalimat perintah atau ujaran yang
merupakan jawaban pertanyaan. Biasanya kalimat yang subjeknya tidak jelas
terdapat dalam kalimatrancu, yaitu kalimat yang berpredikat verba aktif
transitif di depan subjek terdapat preposisi.
Kalimat tidak berpredikat,
kalimat yang tidak memiliki predikat disebabkan oleh adanya keterangan subjek
yang beruntun atau terlalu panjang, keterangan itu diberi keterangan lagi,
sehingga penulis atau pembicaraannya terlena dan lupa bahwa kalimat yang
dibuatnya itu belum lengkap atau belum terdapat predikatnya.
Kalimat yang tak logis, yang dimaksud kalimat tidak logis adalah
kalimat yang tidak masuk akal. Hal itu terjadi karena pembicaraan atau penulis
kurang berhati-hati dalam memilih kata, bentuk ini pun sudah merata
dimana-mana.
Kalimat yang ambiguitas,
ambiguitas adalah keadaan arti kalimat, sehingga meragukan atau sama sekali
tidak dipahami orang lain. Ambiguitas dapat disebabkan beberapa hal,
diantaranya intonasi yang tidak tepat,pemakaian kata yang bersifat polisemi,
struktur kalimat yang tidak tepat.
Namun
menurut Mansoer Pateda, kesalahan menyimak dan berbicara secara teoritis
sebaiknya kita membedakan menyimak dengan mendengar. Pada waktu kita menyimak
ujaran orang lain terjadi proses mental , mulai dari proses mengidentifikasi
bunyi, proses menyusun pemahaman dan penafsiran.dan proses pemanfataan. Jenis
menyimak :
a. Menyimak
pasif, hanya mendengar bunyi-bunyi bahasa dan tidak menafsirkannya.
b. Menyimak
sebentar-sebentar hanya bagian-bagian tertentu yang disimak dan bukan seluruh pesan.
c. Menyimak
tanpa reaksi, menyimak tapi tidak bereaksi.
d. Menyimak
terbatas, memfokuskan saja pada bagian-bagian tertentu dengan alasan pribadi.
Berbicara,
aktivitas berbicara, kalau kita mendengar orang berbicara beroleh kenyataan :
a. Kita
mendengar bunyi-bunyi bahasa yang dilafalkan
b. Bunyi-bunyi
itu dilafalkan berturut-turut
c. Bunyi
bahasa yang kita dengar berwujud kata atau kalimat
d. Bunyi-bunyi
itu dilafalkan kelompok demi kelompok
e. Kata
atau kalimat yang dilafalkan mengandung pesan tertentu
Berlangsungnya
aktivitas berbicara, berbicara berlangsung jika dipenuhi hal-hal berikut :
a. Pembicara
terdorrong untuk berbicara
b. Alat
bicara normal
c. Antara
pembicara dan pendengar harus saling mengerti
d. Situasi
mempengaruhi pembicara
e. Pembicara
menguasai apa yang disampaikannya.
Topik
pembicaraan, ada-ada saja topik pembicaraan tapi semuanya tergantung pada :
a. Daya
tarik untuk dibicarakan
b. Faktual
c. Pembicara
d. Penguasa
materi
Proses berbicara,
proses yang akan dialami kalau seseorang akan berbicara :
a. Persiapan
berupa rangsangan. Rangsangan menyebabkan usaha penyusunan kode semantis.
b. Menyusun
gagasan dalam wujud satuan-satuan gramatikal
c. Pengungkapan
gagasan.
Kesalahan berbicara, berbicara dalah aktivitas manusia menggunakan
bahasa secara lisan. Oleh karena bahasa yang digunakan berwujud bahasa lisan.
Maka yang penting adalah pelafalan dan kata-kata atau kalimat yang digunakan.
Berdasarkan hal-hal itu, kesalahan yang didapati kalau si terdidik berbicara
adalah: Kesalahan melafalkan bunyi-bunyi bahasa, kesalahan memilih katakata
atau istilah yang tepat.
Sedangkan
menurut Markhamah kesalahan struktur, sebagai bahasa pergaulan, bahasa
Indonesia tidak mengalami permasalahan yang berarti. Namun, sebagai bahasa baku
dan bahasa ilmu pengetahuan masih banyak kekurangan. Misalnya, penulis (ilmuan)
tanpa disadari telah menyusun kalimat yang panjang.
Kesalahan struktur karena kerancuan
aktif-pasif, kalimat aktif adalah kalimat yang
predikatnya verba berimbuhan meN-
dengan segala kombinasinya dan subjek tidak diawali oleh kata depan. Kalimat
pasif adalah kalimat yang pedikatnya verba beimbuhan di-atau ter- atau verba
pasif pelaku orang I / II + pokok kata kerja. Penutur/ penulis sering tidak
menyadari bahwa kalimat yang rancu. Yang dimaksud kalimat rancu adalah kalimat
yang sebagian unsurnya milik kalimt aktif, sementara unsur lainnya milik
kalimat pasif. Kalimat seperti ini menimbulkan ketaksaan/kemenduaan makna.
Kesalahan struktur karena subjek
dan keterangan, penulis atau penutur yang dihasilkannya
sesuai dengan syarat kalimat yang lengkap atau tidak, apakah kalimat yang
disusunnya mudah dipahami atau tidak. Kadang-kadang penulis juga kurang
memperhatikan apakah suatu unsur bercampur dengan unsur lainnya. Sering terjadi
seorang pemakai bahasa tidak menyadari bahwa dirinya telah mencampurkan
komponen lain. Pada subjek.
Kesalahan struktur karena pengantar
kalimat, seringkali kita membaca kalimat yang diawali oleh
kata menurut, berdasarkan, sebagaimana
kita ketahui, seperti disebutkan, dimuka, seperti kami sampaikan sebelumnya,
dan sejenisnya. Kata-kata itu merupakan pengantar kalimat. Jika bagian kalimat
itu kemudian diikuti nomina pelaku orang pertama sering menimbulkan ketaksaan
antara ungkapan pengantar kalimat dengan predikat kalimat
BAB
VI
Menurut Nanik Setyawati, kesalahan berbahasa tataran
semantik dapat berkaitan dengan bahasa
tulis maupaun bahasa lisan, kesalahan
berbahasa ini dapat terjadi pada tataran fonologi, morfologi dan sintaksis.
Kesalahan berbahasa dalam tataran semantik ini penekanannya pada penyimpangan
makna, baik yang berkaitan dengan fonologi, morfologi, maupun sintaksis. Jadi,
jika ada sebuah bunyi, bentuk kata, ataupun kalimat yang maknanya menyimpang
dari makna yang seharusnya , maka tergolong ke dalam kesalahan berbahasa ini.
Banyak
penyimpangan terjadi dalam penggunaan bahasa sehari-hari yang berkaitan dengan
makna yang tidak tepat. Makna yang tidak tepat tersebut berupa:
a. Kesalahan penggunaan kata-kata yang
mirip,kata-kata yang bermiripan tersebut dapat digolongkan
kedalam tiga kelompok, yaitu pasangan yang seasal, pasangan yang bersaing dan
pasangan yang terancukan. Banyaknya kata yang mempunyai kemiripan menuntut
banyak ketelitian.
b. Kesalahan pilihan kata atau diksi,
penggunaan kata-kata yang saling menggantikan yang dipaksakan akan menimbulkan
perubahan makna kalimat bahkan merusak struktur kalimat, jika tidak disesuaikan
dengan makna dan maksud kalimat yang sebenarnya.
Dan
menurut Mansoe Pateda, kesalahan membaca dan menulis, secara umum orang
mengatakan bahwa membaca adalah suatu interpretasi simbol-simbol tertulis. Ini
menunjukan bahwa membaca adalah pekerjaan mengidentifikasi simbol-simbol dan
mengasosiasikannya dengan makna, atau dengan kata lain membaca adalah proses
mengidentifikasi dan komperehensi. Aspek lain yang dapat dilihat pada waktu
orang membaca adalah bahasa yang digunakan dan proses komunikasi. Membaca mengandung
interaksi penulis dan pembaca. Model membaca ada yang disebut :
a.
Model
taksonomi, menurut model taksonomi, yang menjelaskan bahwa di dalam
proses membaca terdiri 4 keterampilan yakni, mengenal kata, kompherensi, reaksi
dan asimilasi
b.
Model
psikometrik, dikembangkan oleh Holmes mengukur
secara statistik kenyaringan dan kecepatan membaca dengan menggunakan analisis
subrata.
c.
Model
psikologis, model
psikologis dibagi atas model behavioristik dan model kognitif.
Menulis,
motivasi menulis, orang menulis
didorong oleh beberapa faktor yakni :
a. Keharusan, kita
menulis karena harus menulis, misalnya menulis untuk kaka atau ibu yang jauh
b. Promosi, kita
menulis karena ingin mempromosikan sesuatu, misalnya menulis iklan untuk
menawarkan jasa
c. Kemanusiaan,
kita menulis karena alasan kemanusiaan , misalnya membela orang teraniaya,
menuntut keadilan
d. Mengarapkan sesuatu,
kita menulis karena menginginkan sesuatu, baik untuk diri sendiri maupun untuk
orang lain, misalnya menulis permohonan
e. Pengembangan ilmu,
kita menulis untuk mengembangkan ilmu, misalnya menulis buku
f. Kesusastraan,
kita menulis karena dalam diri kita ada bakat menulis yang bernilai sastra, misalnya
menulis novel
g. Mengadu-domba,
kita menulis agar tujuan terselubung terpenuhi. Tulisan mengadu domba biasanya
dalam bentuk artikel
h. Pemberitahuan,
kita menulis karena ingin memberitahukan seuatu kepada orang lain.termasuk,
disini hal yang berhubungandengan berita atau penemuan yang dapat dibaca
disurat kabar atau majalah.
Tipe tulisan, tipe-tipe
tulisan menurut Billows sebagai berikut :
a.
Laporan,
laporan
biasanya tulisan yang berisi fakta yang berhasil dikumpul dari lapangan,
misalnya laporan wabah penyakit yang berjangkit di suatu daerah.
b.
Timbangan,
timbangan
dapat dimulai dengan alasan-alasan yang dikemukakan dalam buku yang di timbang
, diikuti ringkasan buku atau ide yang dikemukakan oleh penulis, efek yang
ditimbulkanoleh isi buku, hal-hal yang disetujui dan yang ditolak.
c.
Iklan
dan publikasi, iklan dan publikasi di surat kabar atau
majalah kadang-kadang menarik untuk dibaca. Sesuatu akan menarik apabila
ditulis dengan gaya yang menarik pula
d.
Artikel,
biasanya disajikan melalui suat kabar atau majalah. Artikel berisi hal yang
hangat dibicarakan di msyarakat atau penemuan, pendapat penulis tentang hal-hal
yang hangat di masyarakat.
Kesalahan menulis,
telah dijelaskan beulang-ulang bahwa analisis kesalahan pada mulaanya hanya
untuk menganalisis penyimpangan penggunaan bahasa Inggis, terutama dalam
kedudukan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua atau bahasa asing. Namun ide,
teknik dan teori yang mendasari analisis kesalahan kiranya dapat diterapkan
untuk pengembangan bahasa Indonesia, khususnya dalam kaitannya dengan
pengajaran bahasa Indonesia.
Sedangkan
menurut Markhamah, kesantunan sosiolinguistik dalam teks keagamaan, bedasarkan
hasil analisis bahwa teks al-quran mengandung kesantunan sosiolinguistik, yang
merupakan Quran mengandung kesantunan sosiolinguistik, yang merupakan bagian
dari etika berbahasa yang menekankan pada norma-norma dan nilai-nilai
kesantunan yang berlaku dalam masyarakat. Kesantunan sosiolinguistik yang
terkandung dalam teks terjemahan Quran ini sebenarnya tidak hanya untuk umat
islamtetapi bersifat universal yang bisa menjadi ukuran kesantunan bagi
berbagai kelompok masyarakat dan budaya.
BAB
VII
Menurut
Nanik Setyawati, kesalahan berbahasa tataran wacana diketahui bahwa
wacana merupakan satuan linguistik yang tertinggi. Hal tersebut sejalan dengan
yang dikemukakan Tarigan bahwa wacana merupakan satu bahasa terlengkap dan
kohesi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir
nyata disampaikan secara lisan dan tertulis. Wacana dapat direalisasikan dalam
bentuk karangan yang utuh(novel, buku dll) paagraf, kalimat, atau kata yang
membawa amanat yang lengkap.
Dan
Menurut Mansoer Pateda, penerapan analisis,teknik analisis, mengemukakan dua
mekanisme menganalisis kesalahan. Mekanisme yang diusulkan yakni membuat
katageori keslaan dan mengelompokan jenis kesalahan itu berdasarkan daerahnya.
Secara teknis mekanisme ini dilaksanakan dengan cara melaksanakan kategori
seleksi awal, menentukan kategori kesalahan dan mencek cepat.
Dukungan
terhadap analisis kesalahan, moda pertama yang harus diperhatikan ialah
penguasaan kaidh bahasa yang akan dianalisis. Tanpa penguasaan kaidah bahasa
yang dianalisis, kita sulit melaksanakan analisis kesalahan. Bukankah analisis
kesalahan bertujuan menemukan kesalahan,mengkatagorikannya, dan menentukan jenis
kesalahan? Tidaklah mungkin kita dapat menganalisis keslahan, kalau kita
sendiri tidak dapat menentukan, ini bentuk yang benar, ini yang tidak, ini
kalimat baku, dan ini kalimat yang tidak gramatikal.
Sedangkan
menurut Markhamah kesantunan linguistik dalam terjemahan al-quran, teks
terjemahan al-quran mengandung pola-pola konstruksi yang mengungkapkan
kesantunan linguistik. Kesantunan linguistik yang tedapat pada teks terjemhan
Quran terdiri dari konstruksi dekralatif, konstruktif imperatif, konstruktif
interogatif dan konstruktif pengandaian. Kesantunan linguistik dalam teks
terjemahan Quran lebih banyak berupa perintah larangan karena
ketidaksederajatan anatara penutur dan penutur atau pendengar. Namun demikian
perintah dan larangan tersebutdinyatakan dalam rentang kualitas bervariasi,
dari tingkat kesantunan rendah hingga kesantunan tinggi. Kesantunan linguistik
yang berupa perintah meliputi perintah, ajakan, dan anjuran, sedangkan
kesantunan linguistik berupa larangan mencangkup larangan , peringatan dan
sindiran.
BAB
VIII
Menurut
Nanik Setyawati, kesalahan berbahasa dalam penerapan kaidah ejaan bahasa
Indonesia yang disempurnakan.
Ejaan, selama
ini orang umumnya berpendapat bahwa ejaan hanya berkaitan dengan cara mengajar
suatu kata. Contoh, kata eja dieja dengan e-j-a menjadi eja. Pengertian ejaan
seperti itu sebenarnya kurang tepat karena yang disebut ejaan pada dasarnya
lebih luas dari itu.
Dalam
kamus besar bahasa Indonesia ejaan dapat didefinisikan sebagai kaidah-kaidah
cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat dan sebagainya) dalam bentuk
tulisan(huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca. Jelaslah bahwa ejaan tidak
hanya berkaitan dengan cara mengeja suatu kata, tetapi yang lebih utama
berkaitan dengan cara mengeja suatu kata, tetapi yang ebih utama berkaitan
dengan cara mengatur penulisan huruf terjadi satuan yang lebih besar, misalnya
kata, kelompok kata, atau kalimat.
Kesalahan
penulisan kata,kesalahan penulisan kata
dasar dan kata bentukan, kita mengenal bentuk kata dasa dan kata bentukan
(kata berafiks, kata ulang, dan kata majemuk atau gabungan kata) . kata dasar
ditulis sebagai satu kesatuan yang berdiri sendiri, sedangkan pada kata
berafiks, afiks tersebut ditulis serangkaian dengan kata dasanya. Kata ulang
ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Kata majemuk atau
gabungan kata yang mendapat prefiks saja atau sufiks saja, maka prefiks atau
sufiks tersebut ditulis seangkai dengan kata yang bersangkutan saja. Akan
tetapi jika gabungan kata tersebut sekaligus mendapat prefiks dan sufiks, maka
bentuk kata berbentuknya harus ditulis harus ditulis serangkai semuanya.
Kesalahan memenggal kata, pemenggalan kata atau persukuan diperlukan
apabila kita harus memenggal sebuah kata dalam tulisan jika terjadi pergantian
baris. Pada pergantian baris, tanda hubungan harus dibubuhkan diujung baris,
bukan dibawah ujung baris.
Kesalahan penulisan lambang
bilangan, masih banyak orang yang belum paham benar cara
menulis lambang bilangan . hal tersebut terlihat pada penulisan lambang
bilangan yang masih salah , di antaranya sebagai berikut.
a.
Keslahan penulisan lambang bilangan
dengan huruf
b.
Keslahan penulisan kata bilangan tingkat
c.
Kesalahan penulisan kata bilangan yang
mendapat akhiran –an
d.
Kesalahan penulisan lambang yang dapat
menyatakan satu atau dua kata.
e.
Keslahan penulisan lambang bilanganpada
awal kalimat dengan angka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar