Senin, 28 Desember 2015

BAB I-VIII ANAKES LIRA AMALIA SURAHMAN 7A



Nama: Lira Amalia Surahman
Kelas: 7 A Diksatrasia
NIM 2222121130
Pada buku Pengajaran Analisis Kesalqhan Berbahasa karya Hendry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan (1995) pada Bab 1 membahas mengenai pemerolehan bahasa, yang biasa kita kenal dengan pemerolehan bahasa pertama (PB1) dan pemerolehan bahasa kedua (PB2). pemerolehan bahasa pertama (PB1) dan pemerolehan bahasa kedua (PB2). pemerolehan bahasa pertama (PB1) berkaitan dengan segala aktivitas seseorang dalam menguasai bahasa ibunya, jalur kegiatannya bisa diperoleh melalui kegiatan yang informal maupun formal sedangkan pemerolehan bahasa kedua (PB2) berlangsung setelah seseorang menguasai atau mempelajari bahasa pertama. Jalur kegiatannya dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupul informal.
Pada buku Hendry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan ini juga membahas kedwibahasaan. Pendidikan kedwibahasaan sudah berlangsung pada zaman Yunani. Pendidikan kedwibahasaan sampai saat ini berkembang terus dan dapat dipastikan berlangsung terus pada masa-masa mendatang. Faktor-faktor munculnya dan berkembangnya pendidikan kedwibahasaan itu antara lain dominasi politik budaya, ekonomi, militer dll. Selanjutnya membahas mengenai interelasi. Kontak bahasa yang terjadi di dalam diri dwibahasa menyebabkan saling pengaruh antara B1 dan B2 yang dapat terjadi pada setiap unsur bahasa, seperti fonologi, morfologi, dan sintaksis. Penggunaan sistem bahasa tertentu pada bahasa lainnya disebut transfer.
Sedangkan dalam buku berjudul Analisis Kesalahan karya Dr. Mansoer Pateda  (1989) ini pada Bab 1 membahas analisis kesalahan sebagai bagian linguistik. Kita telah mengetahui linguistic dapat dilihat dari berbagai segi. Dengan kata lain linguistic dapat dipelajari berdasarkan pembidangannya, sifat telaahnya, pendekatan objektifnya, alat analisisnya, hubungan dengan ilmu lain, penerapannya, dan teori atau aliran yang mendasarinya. Selanjutnya masih dalam Bab 1 membahas mengenai analisis kontrastif dan analisis kesalahan analisis kontrastif sengaja dipopulerkan untuk membantu guru bahasa memperbaiki kesalahan berbahasa si terdidik sekaligus menolong si terdidik memperebaiki kesalahan bahasa mereka sehingga mereka segera menguasai bahasa yang dipelajari dalam waktu tidak lama. Perkembangan linguistik konstrastif yang menghasilkan analisis kontrastif bermula dari berpendapat bahwa perlu adanya perbandingan kebudayaan pemakaian bahasa yang dipelajari. Perbandingan bahasa dilaksanakan karena bahasa merupakan media kebudayaan. Analisis kontrastif sebagai suatu pendekatan dalam pengajaran bahasa termasuk dalam linguistic terapan bahasa sebagai objek analisis kontrastif bukanlah untuk kepentingan bahasa itu sendiri, tetapi untuk kepentingan bahasa Indonesia. Selain analisis kontrastif ada analisis kesalahan. Analisis kesalahan menitikberatkan pada bahasa ragam formal dan bahasa yang digunakan dalam kegiatan-kegiatan resmi.
Sedangkan dalam buku Nanik Setyawati dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia (2010) pada Bab 1 dalam buku ini membahas mengenai ragam bahasa. Ragam bahasa dapat diartikan sebagai keanekaragaman pemakaian bahasa. Ragam bahasa tersebut dapat diamati berdasarkan sarananya, suasananya, norma pemakaiannya, tempat atau daerahnya, bidang penggunaannya dll. Ragam bahasa ilmu digunakan oleh para cerdik pandai dan oleh kaum terpelajar di seluruh pelosok tanah air. Sifat bahasa Indonesia sebagai ragam bahasa Ilmu bukan dialek, dan ragam bahasa ilmu merupakan ragam resmi artinya ragam bahaasa resmi yang digunakan dalam bahasa ilmu pada umumnya patuh mengikuti kaidah bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang sesuai dengan factor-faktor penentu berkomunikasi dan benar dalam penerapan aturan kebahasaannya.





Jika pada buku berjudul Analisis Kesalahan karya Dr. Mansoer Pateda  (1989) ini pada Bab 1 membahas analisis kontrastif, berbeda dengan dalam buku Pengajaran Analisis Kesalqhan Berbahasa karya Hendry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan (1995) ini membahas mengenai analisis kontastif atau anakon terletak pada Bab 2. Namun dalam buku Tarigan dijelaskan lebih mendalam. Dijelaskan dalam analisis kontrastif memilki hipotesis bentuk kuat dan bentuk lemah. Serta tuntutan pedagogis analisis kontrastif, aspek linguistic dan psikologis anakon, metodologi analisis kontrastif, cakupan telaah analisis kontrastif, kritik terhadap analisis kontrastif, implikasi pedagogis analisis kontrastif, serta analisis kontrastif sebagai pemrediksi kesalahan.
Pada Bab 2 dalam buku berjudul Analisis Kesalahan karya Dr. Mansoer Pateda  (1989) ini membahas mengenai jenis-jenis kesalahan berbahasa, ada 13 jenis kesalahan bahasa yang dibahas. Pertama kesalahan pada acuan, kesalahan acuan berkaitan dengan realisasi benda, proses atau peristiwa yang tidak sesuai dengan acuan yang dikehendaki pembicara atau penulis. Kedua kesalahan register, kesalahan yang berhubungan dengan bidang pekerjaan seseorang. Ketiga kesalahan sosial, kesalahan memilih kata yang dikaitkan dengan status sosial orang yang diajak bicara. Keempat kesalahan tekstual, kesalahan yang disebabkan oleh tafsiran yang keliru terhadap kalimat atau wacana yang didengar maupun yang dibaca. Kelima, kesalahan penerima, kesalahan ini disebabkan oleh pendengar yang kurang memerhatikan pesan, alat dengar pendengar, suasana hati pendengar, atau lingkungan pendengar. Keenam, kesalahan pengungkapan, berkaitan dengan kesalahan pembicara saat menyampaikan maksud. Ketujuh kesalahan perorangan kesalahan yang seseorang diantara kawan-kawannya. Selanjutnya ada kesalahan, kelompok, menganalogi, transfer, guru, lokal, dan kesalahan global.     
Persoalan mengenai analisis kesalahan berbahasa dalam buku berjudul Analisis Kesalahan karya Dr. Mansoer Pateda (1989) terdapat pada Bab 1   Sedangkan dalam buku Nanik Setyawati dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia (2010) membahas mengenai analisis kesalahan berbahasa.terletak pada Bab 2. Pada Bab ini berisi pengertian kesalahan bahasa, penyebab kesalahan bahasa, pengertian analisis kesalahan bahasa, serta alasan mengapa analisis kesalahan berbahasa tersebut dilakukan, klasifikasi kesalahan berbahasa, perbedaan mata kuliah analisis kesalahan berbahasa dengan mata kuliah lain, serta sikap positif terhadap bhasa Indonesia.
Pada buku Pateda (1989), analisis kesalahan berbahasa terletak pada Bab 1, dan pada Buku Nanik Setyawati (2010) terletak pada Bab 2, namun pada buku  Tarigan dan Tarigan (1995), analisis kesalahan berbahasa terletak pada Bab 3 yaitu berisikan: Pertama, langkah-langkah kerja dalam analisis kesalahan berbahasa, yaitu  pengumpulan sampel kesalahan, pengidentifikasian kesalahan, penjelasan kesalahan, pengklasifikasian kesalahan, pengevaluasian kesalahan.  Kedua, tujuan analisis kesalahan, yaitu menentukan urutan bahasa ajaran, menentukan urutan jenjang penekanan bahan ajaran, merencanakan latihan dan pengajaran remedial, memilih butir pengujian kemahiran siswa. Ketiga mengenai metodologi analisis kesalahan yang ideal, keempat, reorientasi analisis kesalahan yang pernah diadakan, L1 independent errors yang disebabkan oleh beberapa faktor, kaitan antara dialek sosial dan dialek idiosinkratik, penyebab-benyebab kesalahan intrabahasa, keunggulan analisis kesalahan serta kelemahan analisis kesalahan berbahasa.
Selanjutnya pada buku Analisis Kesalahan karya Dr.Mansoer Pateda, dalam Bab 3 nya berisi daerah dan sifat kebahasaan yaitu daerah kesalahan fonologi yang berhubungan dengan pelafalan, kesalahan morfologi yang berhubungan tata bentuk kata, kesalahan sintaksis yang berhubungan erat dengan kesalahan pada daerah morfologi karena kalimat berunsurkan dengan kata-kata, kesalahan semantis berhubungan dengan pemahaman makna yang terdapat dalam kalimat, serta kesalahan memfosil tidak berkaitan dengan daerah kesalahan, tetapi menyangkut sifat kesalahan.
Pada Bab 3 dalam buku karya Nanik Setyawati dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia (2010) membahas mengenai kesalahan berbahasa dalam tataran fonologi. Jika dalam Analisis Kesalahan karya Dr.Mansoer Pateda, dalam Bab 3 itu membahas analisis kesalahan berbahasa yang langsung dihubungkan dengan 4 bidang linguistik yaitu fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik, berbeda halnya dengan dalam buku Nanik Setyawati yang pada Bab 3 hanya membahas analisis kesalahan pada satu bidang linguistik mikro yaitu fonologi yang berhubungan denga pelafalan.
            Bab 4 dalam buku Tarigan dan Tarigan (1995) membahas mengenai antarbahasa atau interlanguage. Antarbahasa mengacu pada pengetahuan sistematik mengenai B2 yang berdikari dan bebas dari B1 pembelajaran maupun bahasa sasaran. Ada lima proses antarbahasa. Itransfer bahasa, transfer latihan, siasat pembelajaran B2,  Siasat komunikasi B2, serta overgeneralisasi kaidah-kaidah bahasa sasaran, selanjutnya membahas masalah yang dihadapi menyangkut antarbahasa berupa masalah metodologis dan masalah teoretis, selain itu pada Bab ini membahas mengenai ragam variabilitas, variabilitas bersistem dan variabilitas tidak bersistem. Dan terakhir membahas mengenai manfaat telaah antar bahasa.
Selanjutnya pada Bab 4 dalam buku Pateda (1989) membahas mengenai sumber dan penyebab kesalahan yaitu berupa pendapat popular, bahasa ibu, lingkungan, kebiasaan, interlingual, dan interferensi. Sedangkan pada Bab 4 dalam buku karya Nanik Setyawati dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia (2010) membahas mengenai kesalahan berbahasa dalam tataran Morfologi. Jika dalam Analisis Kesalahan karya Dr.Mansoer Pateda, dalam Bab 3 itu membahas analisis kesalahan berbahasa yang langsung dihubungkan dengan 4 bidang linguistik yaitu fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik, berbeda halnya dengan dalam buku Nanik Setyawati yang pada Bab 4 ini hanya membahas analisis kesalahan pada satu bidang linguistik mikro yaitu morfologi yang berhubungan denga kata.
Selanjutnya pada buku Markhamah dkk. (2009) dengan judul Analisis Kesalahan & Kesantunan Berbahasa pada Bab 1 mengenai pendahuluan selanjutnya pada Bab 2 membahas mengenai kalimat efektif mengenai cirri gramatikal kalimat efektif, cirri diktis efektif, penalaran, keserasian, pada Bab 3 mengenai kepaduan dan ketepatan makna, selanjutnya Bab 4 mengenai kalimat bervariasi, kalimat bervariasi aktif-pasif, kalimat bervariasi berita-perintah-tanya, kalimat bervariasi panjag-pendek. 
 Pada buku Pengajaran Analisis Kesalqhan Berbahasa karya Hendry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan (1995) pada Bab 5 dan merupakan Bab terakhir dalam buku ini membahas mengenai kesalahan berbahasa yang merupakan bagian konversasi atau komposisi yang menyimpang dari beberapa norma baku performansi orang dewasa. Ada pakar yang membuat kategorisasi kesalahan berbahasa. Pertama yaitu interference-like Goofs yaitu kesalahan yang mencerminkan atau merefleksikan struktur bahasa ibu atau bahasa asli, dan yang tidak terdapat pada data pemeroleban bahasa perrtama (PB1) yang berasal dari bahasa sasaran. Kedua, L1 Developmental Goofs, yang merupakan kesalahan yang tidak mencerminkan atau merefleksikan struktur bahasa ibu. Tetapi terdapat pada data PB1 bahasa sasaran. Ketiga ada Ambiguous Goofs yaitu kesalahan yang dapat dikategorikan sebagai interference-like GoofS maupun sebagai L1 Developmental Goofs. Yang keempat yaitu Unique Goofs merupakan kesalahan yang tidak merefleksikan bahasa pertama (B1) dn juga tidak terdapat pada data PB1 bahasa sasaran.
Di samping ragam kesalahan berbahasa yang telah ditemukan, terdapat pula pengklasifikasian atau taksonomi yang penting dan perlu kita ketahui mengenai kesalahan berbahasa, yaitu: taksonomi kategori linguistik, taksonomi siasat permukaan, taksonomi komparatif dan taksonomi efek komunikatif. Dalam taksonomi kategori linguistik, kita mengenal dengan kesalahan-kesalahan fonologi, morfologi sintaksis dan leksikon. Sedangkan taksonomi siasat permukaan,kita mengenal kesalahan penghilangan, penambahan, salah formasi, dan salah susun. Kemudian dalam taksonomi komparatif, dapat dibedakan: kesalahan perkembangan, kesalahan antarbahasa, kesalahan taksa dan kesalahan lainnya. Sedangkan dalam taksonomi efek komunikatif, kita mengenal kesalahan global dan kesalahan lokal.
Kesalahan berbahasa perlu dikoreksi dengan menggunakan enam kriteria, yaitu keterpahaman, keseringan yang tinggi, pengaruh noda/gangguan, kuantitas pelajar yang terpengaruh, dan fokus padagogis. Koreksi kesalahan berbahasa lisan dapat dilakukan oleh siswa sendiri dengan bantuan guru; sesame siswa; guru. Dan koreksi kesalahan bahasa tulis dapat dibuat secara langsung maupun tidak langsung dan membahas mengenai analisis kesalahan berbahasa dalam tataran fonologi, morfologi, sintaksis, leksikon. .
Sedangkan dalam buku berjudul Analisis Kesalahan karya Dr. Mansoer Pateda (1989) ini pada Bab 5 membahas mengenai kesalahan menyimak dan kesalahan berbicara. Dalam kesalahan menyimak yang dibahas dalam buku ini yaitu mengenai peranan menyimak, pengertian menyimak itu sendiri, jenis menyimak, faktor yang mempengaruhi proses menyimak, keberhasilan menyimak serta kesalahan dalam menyimak. Sedangkan pada kesalahan berbicara yang dibahas dalam buku ini mengenai peranan berbicara, aktivitas berbicara, berlangsungnya aktifitas berbicara, topik pembicaraan, proses pembicara, serta kesalahan dalam berbicara.
Selanjutnya masih dalam buku berjudul Analisis Kesalahan karya Dr. Mansoer Pateda (1989) ini pada Bab 6 buku membahas mengenai kesalahan membaca dan kesalahan menulis. Dalam kesalahan membaca yang dibahas dalam buku ini yaitu mengenai pengertian membaca itu sendiri, motivasi membaca, model membaca, metode membaca, dan kesalahan membaca. Sedangkan dalam kesalahan menulis yang dibahas dalam buku ini yaitu mengenai pengertian menulis, motivasi menulis, tahap menulis, tipe tulisan, unsur-unsur tulisan, dan kesalahan menulis.
Selanjutnya pada Bab 7 yang merupakan Bab terakhir dalam buku Analisis Kesalahan karya Dr. Mansoer Pateda (1989) ini membahas mengenai bagaimana penerapan analisis kesalahan berbahasa. Pembahasan pertama yaitu teknik yang digunakan dalam menganalisis kesalahan. Teknik yang dibahas yaitu menggunakan teori yang dikemukakan oleh Norrish yang mengemukakan dua mekanisme menganalisis kesalahan. Pertama, membuat kategori kesalahan dan yang kedua yaitu mengelompokkan jenis kesalahan itu berdasarkan daerahnya. Masih pada Bab ini hal yang dibahas selanjutnya yaitu implikasi pedagogis analisis kesalahan, dukungan terhadap analisis kesalahan, prosedur analisis kesalahan, format analisis kesalahan, kesulitan menerapkan analisis kesalahan, dan terakhir membahas bagaimna cara menganalisis kesalahan berbahasa.
Perberbeda dalam buku Nanik Setyawati dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia (2010) ini pada BAB 3, 4, 5, 6 membahas lebih lengkap mengenai kesalahan berbahasa dalam tataran fonologi, forfologi, sintaksis dan semantik. Di dalam buku ini di mana pada tataran fonologi dijelaskan bagaimana kesalahan pelafalan, perubahan, penghilangan, serta penambahan dalam fonem.begitupun dalam tataran morfologi, sintaksis dan semantik dijelaskan secara lengkap berbeda dengan buku Tarigan dan Tarigan (1988) yang hanya membahas secara singkat mengenai kesalahan berbahasa dalam tataran fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Selanjutnya pada Bab 7 dan 8 dalam buku Nanik Setyawati ini membaha mengenai kesalahan berbahasa dalam wacana, dan kesalahan berbahasa penerapan kaidah ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Pada Bab 7 pun dijelaskan dengan lengkap bagaimana kesalahan dalam kohesi, kesalahan dalam penggunaan pengacuan, kesalahan penggunaan penyulihan, kekurangefektifan wacana karena tidak ada pelepasan, kesalahan penggunaan konjungsi, dan kesalahan dalam koherensi. Dan pada Bab 8 nya juga membahas secara lengkap bagaimana kesalahan penulisan huruf, kesalahan penulisan kata, kesalahan pemenggalan, kesalahan penulisan lambang, unsur serapan, tanda baca dll.
Selanjutnya pada buku Markhamah dkk. (2009) dengan judul Analisis Kesalahan & Kesantunan Berbahasa pada Bab 5 membahas membahas mengenai kesalahan struktur karena kerancuan aktif-pasif, kesalahan struktur karena subjek dan keterangan, kesalahan struktur karena pengantar kalimat, kesalahan struktur karena penghubung terbagi yang kurang tepat, kesalahan struktur karena ketiadaan induk kalimat. Selanjutnya pada Bab 6 membahas mengenai kesantunan sosiolinguistik dalam teks keagamaam dan Bab 7 membahas mengenai kesantunan linguistic dalam terjemahan Al Quran. Buku Markhamah dkk. (2009) dengan judul Analisis Kesalahan & Kesantunan Berbahasa ini pembahasnya rata-rata mengaitkan dengan Al Quran.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar