Nama: Lira Amalia Surahman
Kelas: 7 A Diksatrasia
NIM 2222121130
Pada
buku Pengajaran Analisis Kesalqhan
Berbahasa karya Hendry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan (1995) pada Bab 1
membahas mengenai pemerolehan bahasa, yang biasa kita kenal dengan pemerolehan
bahasa pertama (PB1) dan pemerolehan bahasa kedua (PB2). pemerolehan bahasa
pertama (PB1) dan pemerolehan bahasa kedua (PB2). pemerolehan bahasa pertama
(PB1) berkaitan dengan segala aktivitas seseorang dalam menguasai bahasa
ibunya, jalur kegiatannya bisa diperoleh melalui kegiatan yang informal maupun
formal sedangkan pemerolehan bahasa kedua (PB2) berlangsung setelah seseorang
menguasai atau mempelajari bahasa pertama. Jalur kegiatannya dapat diperoleh
melalui pendidikan formal maupul informal.
Pada
buku Hendry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan ini juga membahas kedwibahasaan.
Pendidikan kedwibahasaan sudah berlangsung pada zaman Yunani. Pendidikan
kedwibahasaan sampai saat ini berkembang terus dan dapat dipastikan berlangsung
terus pada masa-masa mendatang. Faktor-faktor munculnya dan berkembangnya
pendidikan kedwibahasaan itu antara lain dominasi politik budaya, ekonomi,
militer dll. Selanjutnya membahas mengenai interelasi. Kontak bahasa yang
terjadi di dalam diri dwibahasa menyebabkan saling pengaruh antara B1 dan B2
yang dapat terjadi pada setiap unsur bahasa, seperti fonologi, morfologi, dan
sintaksis. Penggunaan sistem bahasa tertentu pada bahasa lainnya disebut
transfer.
Sedangkan
dalam buku berjudul Analisis Kesalahan karya
Dr. Mansoer Pateda (1989) ini pada Bab 1
membahas analisis kesalahan sebagai bagian linguistik. Kita telah mengetahui linguistic
dapat dilihat dari berbagai segi. Dengan kata lain linguistic dapat dipelajari
berdasarkan pembidangannya, sifat telaahnya, pendekatan objektifnya, alat
analisisnya, hubungan dengan ilmu lain, penerapannya, dan teori atau aliran
yang mendasarinya. Selanjutnya masih dalam Bab 1 membahas mengenai analisis kontrastif
dan analisis kesalahan analisis kontrastif sengaja dipopulerkan untuk membantu
guru bahasa memperbaiki kesalahan berbahasa si terdidik sekaligus menolong si
terdidik memperebaiki kesalahan bahasa mereka sehingga mereka segera menguasai
bahasa yang dipelajari dalam waktu tidak lama. Perkembangan linguistik
konstrastif yang menghasilkan analisis kontrastif bermula dari berpendapat
bahwa perlu adanya perbandingan kebudayaan pemakaian bahasa yang dipelajari.
Perbandingan bahasa dilaksanakan karena bahasa merupakan media kebudayaan.
Analisis kontrastif sebagai suatu pendekatan dalam pengajaran bahasa termasuk
dalam linguistic terapan bahasa sebagai objek analisis kontrastif bukanlah
untuk kepentingan bahasa itu sendiri, tetapi untuk kepentingan bahasa Indonesia.
Selain analisis kontrastif ada analisis kesalahan. Analisis kesalahan
menitikberatkan pada bahasa ragam formal dan bahasa yang digunakan dalam
kegiatan-kegiatan resmi.
Sedangkan
dalam buku Nanik Setyawati dengan judul Analisis
Kesalahan Berbahasa Indonesia (2010) pada Bab 1 dalam buku ini membahas
mengenai ragam bahasa. Ragam bahasa dapat diartikan sebagai keanekaragaman
pemakaian bahasa. Ragam bahasa tersebut dapat diamati berdasarkan sarananya,
suasananya, norma pemakaiannya, tempat atau daerahnya, bidang penggunaannya
dll. Ragam bahasa ilmu digunakan oleh para cerdik pandai dan oleh kaum
terpelajar di seluruh pelosok tanah air. Sifat bahasa Indonesia sebagai ragam
bahasa Ilmu bukan dialek, dan ragam bahasa ilmu merupakan ragam resmi artinya
ragam bahaasa resmi yang digunakan dalam bahasa ilmu pada umumnya patuh
mengikuti kaidah bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah
bahasa Indonesia yang sesuai dengan factor-faktor penentu berkomunikasi dan
benar dalam penerapan aturan kebahasaannya.
Jika
pada buku berjudul Analisis Kesalahan karya
Dr. Mansoer Pateda (1989) ini pada Bab 1
membahas analisis kontrastif, berbeda dengan dalam buku Pengajaran Analisis Kesalqhan Berbahasa karya Hendry Guntur Tarigan
dan Djago Tarigan (1995) ini membahas mengenai analisis kontastif atau anakon
terletak pada Bab 2. Namun dalam buku Tarigan dijelaskan lebih mendalam. Dijelaskan
dalam analisis kontrastif memilki hipotesis bentuk kuat dan bentuk lemah. Serta
tuntutan pedagogis analisis kontrastif, aspek linguistic dan psikologis anakon,
metodologi analisis kontrastif, cakupan telaah analisis kontrastif, kritik
terhadap analisis kontrastif, implikasi pedagogis analisis kontrastif, serta
analisis kontrastif sebagai pemrediksi kesalahan.
Pada
Bab 2 dalam buku berjudul Analisis
Kesalahan karya Dr. Mansoer Pateda
(1989) ini membahas mengenai jenis-jenis kesalahan berbahasa, ada 13 jenis
kesalahan bahasa yang dibahas. Pertama
kesalahan pada acuan, kesalahan acuan berkaitan dengan realisasi benda, proses
atau peristiwa yang tidak sesuai dengan acuan yang dikehendaki pembicara atau
penulis. Kedua kesalahan register,
kesalahan yang berhubungan dengan bidang pekerjaan seseorang. Ketiga kesalahan sosial, kesalahan
memilih kata yang dikaitkan dengan status sosial orang yang diajak bicara. Keempat kesalahan tekstual, kesalahan
yang disebabkan oleh tafsiran yang keliru terhadap kalimat atau wacana yang
didengar maupun yang dibaca. Kelima, kesalahan
penerima, kesalahan ini disebabkan oleh pendengar yang kurang memerhatikan
pesan, alat dengar pendengar, suasana hati pendengar, atau lingkungan
pendengar. Keenam, kesalahan
pengungkapan, berkaitan dengan kesalahan pembicara saat menyampaikan maksud. Ketujuh kesalahan perorangan kesalahan
yang seseorang diantara kawan-kawannya. Selanjutnya ada kesalahan, kelompok,
menganalogi, transfer, guru, lokal, dan kesalahan global.
Persoalan
mengenai analisis kesalahan berbahasa dalam buku berjudul Analisis Kesalahan karya Dr. Mansoer Pateda (1989) terdapat pada
Bab 1 Sedangkan dalam buku Nanik
Setyawati dengan judul Analisis Kesalahan
Berbahasa Indonesia (2010) membahas mengenai analisis kesalahan
berbahasa.terletak pada Bab 2. Pada Bab ini berisi pengertian kesalahan bahasa,
penyebab kesalahan bahasa, pengertian analisis kesalahan bahasa, serta alasan
mengapa analisis kesalahan berbahasa tersebut dilakukan, klasifikasi kesalahan
berbahasa, perbedaan mata kuliah analisis
kesalahan berbahasa dengan mata kuliah lain, serta sikap positif terhadap
bhasa Indonesia.
Pada
buku Pateda (1989), analisis kesalahan berbahasa terletak pada Bab 1, dan pada
Buku Nanik Setyawati (2010) terletak pada Bab 2, namun pada buku Tarigan dan Tarigan (1995), analisis
kesalahan berbahasa terletak pada Bab 3 yaitu berisikan: Pertama, langkah-langkah kerja dalam analisis kesalahan berbahasa,
yaitu pengumpulan sampel kesalahan,
pengidentifikasian kesalahan, penjelasan kesalahan, pengklasifikasian
kesalahan, pengevaluasian kesalahan. Kedua, tujuan analisis kesalahan, yaitu
menentukan urutan bahasa ajaran, menentukan urutan jenjang penekanan bahan
ajaran, merencanakan latihan dan pengajaran remedial, memilih butir pengujian
kemahiran siswa. Ketiga mengenai
metodologi analisis kesalahan yang ideal, keempat,
reorientasi analisis kesalahan yang pernah diadakan, L1 independent errors yang disebabkan oleh
beberapa faktor, kaitan antara dialek sosial dan dialek idiosinkratik,
penyebab-benyebab kesalahan intrabahasa, keunggulan analisis kesalahan serta
kelemahan analisis kesalahan berbahasa.
Selanjutnya
pada buku Analisis Kesalahan karya
Dr.Mansoer Pateda, dalam Bab 3 nya berisi daerah dan sifat kebahasaan yaitu daerah
kesalahan fonologi yang berhubungan dengan pelafalan, kesalahan morfologi yang
berhubungan tata bentuk kata, kesalahan sintaksis yang berhubungan erat dengan
kesalahan pada daerah morfologi karena kalimat berunsurkan dengan kata-kata,
kesalahan semantis berhubungan dengan pemahaman makna yang terdapat dalam
kalimat, serta kesalahan memfosil tidak berkaitan dengan daerah kesalahan,
tetapi menyangkut sifat kesalahan.
Pada
Bab 3 dalam buku karya Nanik Setyawati dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia (2010) membahas mengenai
kesalahan berbahasa dalam tataran fonologi. Jika dalam Analisis Kesalahan karya Dr.Mansoer Pateda, dalam Bab 3 itu
membahas analisis kesalahan berbahasa yang langsung dihubungkan dengan 4 bidang
linguistik yaitu fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik, berbeda halnya
dengan dalam buku Nanik Setyawati yang pada Bab 3 hanya membahas analisis
kesalahan pada satu bidang linguistik mikro yaitu fonologi yang berhubungan
denga pelafalan.
Bab 4 dalam buku Tarigan dan Tarigan
(1995) membahas mengenai antarbahasa atau interlanguage.
Antarbahasa mengacu pada pengetahuan sistematik mengenai B2 yang berdikari
dan bebas dari B1 pembelajaran maupun bahasa sasaran. Ada lima proses
antarbahasa. Itransfer bahasa, transfer latihan, siasat pembelajaran
B2, Siasat komunikasi B2, serta overgeneralisasi
kaidah-kaidah bahasa sasaran, selanjutnya membahas masalah yang dihadapi
menyangkut antarbahasa berupa masalah metodologis dan masalah teoretis, selain
itu pada Bab ini membahas mengenai ragam variabilitas, variabilitas bersistem
dan variabilitas tidak bersistem. Dan terakhir membahas mengenai manfaat telaah
antar bahasa.
Selanjutnya
pada Bab 4 dalam buku Pateda (1989) membahas mengenai sumber dan penyebab
kesalahan yaitu berupa pendapat popular, bahasa ibu, lingkungan, kebiasaan,
interlingual, dan interferensi. Sedangkan pada Bab 4 dalam buku karya Nanik
Setyawati dengan judul Analisis Kesalahan
Berbahasa Indonesia (2010) membahas mengenai kesalahan berbahasa dalam
tataran Morfologi. Jika dalam Analisis
Kesalahan karya Dr.Mansoer Pateda, dalam Bab 3 itu membahas analisis
kesalahan berbahasa yang langsung dihubungkan dengan 4 bidang linguistik yaitu
fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik, berbeda halnya dengan dalam buku
Nanik Setyawati yang pada Bab 4 ini hanya membahas analisis kesalahan pada satu
bidang linguistik mikro yaitu morfologi yang berhubungan denga kata.
Selanjutnya
pada buku Markhamah dkk. (2009) dengan judul Analisis Kesalahan & Kesantunan Berbahasa pada Bab 1 mengenai pendahuluan
selanjutnya pada Bab 2 membahas mengenai kalimat efektif mengenai cirri
gramatikal kalimat efektif, cirri diktis efektif, penalaran, keserasian, pada
Bab 3 mengenai kepaduan dan ketepatan makna, selanjutnya Bab 4 mengenai kalimat
bervariasi, kalimat bervariasi aktif-pasif, kalimat bervariasi
berita-perintah-tanya, kalimat bervariasi panjag-pendek.
Pada buku Pengajaran
Analisis Kesalqhan Berbahasa karya Hendry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan
(1995) pada Bab 5 dan merupakan Bab terakhir dalam buku ini membahas mengenai
kesalahan berbahasa yang merupakan bagian konversasi atau komposisi yang
menyimpang dari beberapa norma baku performansi orang dewasa. Ada pakar yang
membuat kategorisasi kesalahan berbahasa. Pertama yaitu interference-like Goofs yaitu kesalahan yang mencerminkan atau
merefleksikan struktur bahasa ibu atau bahasa asli, dan yang tidak terdapat
pada data pemeroleban bahasa perrtama (PB1) yang berasal dari bahasa sasaran.
Kedua, L1 Developmental Goofs, yang
merupakan kesalahan yang tidak mencerminkan atau merefleksikan struktur bahasa
ibu. Tetapi terdapat pada data PB1 bahasa sasaran. Ketiga ada Ambiguous Goofs yaitu kesalahan yang
dapat dikategorikan sebagai interference-like
GoofS maupun sebagai L1 Developmental
Goofs. Yang keempat yaitu Unique
Goofs merupakan kesalahan yang tidak merefleksikan bahasa pertama (B1) dn
juga tidak terdapat pada data PB1 bahasa sasaran.
Di
samping ragam kesalahan berbahasa yang telah ditemukan, terdapat pula
pengklasifikasian atau taksonomi yang penting dan perlu kita ketahui mengenai
kesalahan berbahasa, yaitu: taksonomi kategori linguistik, taksonomi siasat
permukaan, taksonomi komparatif dan taksonomi efek komunikatif. Dalam taksonomi
kategori linguistik, kita mengenal dengan kesalahan-kesalahan fonologi,
morfologi sintaksis dan leksikon. Sedangkan taksonomi siasat permukaan,kita
mengenal kesalahan penghilangan, penambahan, salah formasi, dan salah susun.
Kemudian dalam taksonomi komparatif, dapat dibedakan: kesalahan perkembangan,
kesalahan antarbahasa, kesalahan taksa dan kesalahan lainnya. Sedangkan dalam
taksonomi efek komunikatif, kita mengenal kesalahan global dan kesalahan lokal.
Kesalahan
berbahasa perlu dikoreksi dengan menggunakan enam kriteria, yaitu keterpahaman,
keseringan yang tinggi, pengaruh noda/gangguan, kuantitas pelajar yang
terpengaruh, dan fokus padagogis. Koreksi kesalahan berbahasa lisan dapat
dilakukan oleh siswa sendiri dengan bantuan guru; sesame siswa; guru. Dan
koreksi kesalahan bahasa tulis dapat dibuat secara langsung maupun tidak
langsung dan membahas mengenai analisis kesalahan berbahasa dalam tataran
fonologi, morfologi, sintaksis, leksikon. .
Sedangkan
dalam buku berjudul Analisis Kesalahan karya
Dr. Mansoer Pateda (1989) ini pada Bab 5 membahas mengenai kesalahan menyimak
dan kesalahan berbicara. Dalam kesalahan menyimak yang dibahas dalam buku ini
yaitu mengenai peranan menyimak, pengertian menyimak itu sendiri, jenis
menyimak, faktor yang mempengaruhi proses menyimak, keberhasilan menyimak serta
kesalahan dalam menyimak. Sedangkan pada kesalahan berbicara yang dibahas dalam
buku ini mengenai peranan berbicara, aktivitas berbicara, berlangsungnya
aktifitas berbicara, topik pembicaraan, proses pembicara, serta kesalahan dalam
berbicara.
Selanjutnya
masih dalam buku berjudul Analisis
Kesalahan karya Dr. Mansoer Pateda (1989) ini pada Bab 6 buku membahas
mengenai kesalahan membaca dan kesalahan menulis. Dalam kesalahan membaca yang
dibahas dalam buku ini yaitu mengenai pengertian membaca itu sendiri, motivasi
membaca, model membaca, metode membaca, dan kesalahan membaca. Sedangkan dalam
kesalahan menulis yang dibahas dalam buku ini yaitu mengenai pengertian
menulis, motivasi menulis, tahap menulis, tipe tulisan, unsur-unsur tulisan,
dan kesalahan menulis.
Selanjutnya
pada Bab 7 yang merupakan Bab terakhir dalam buku Analisis Kesalahan karya Dr. Mansoer Pateda (1989) ini membahas
mengenai bagaimana penerapan analisis kesalahan berbahasa. Pembahasan pertama
yaitu teknik yang digunakan dalam menganalisis kesalahan. Teknik yang dibahas
yaitu menggunakan teori yang dikemukakan oleh Norrish yang mengemukakan dua
mekanisme menganalisis kesalahan. Pertama, membuat kategori kesalahan dan yang
kedua yaitu mengelompokkan jenis kesalahan itu berdasarkan daerahnya. Masih
pada Bab ini hal yang dibahas selanjutnya yaitu implikasi pedagogis analisis kesalahan,
dukungan terhadap analisis kesalahan, prosedur analisis kesalahan, format
analisis kesalahan, kesulitan menerapkan analisis kesalahan, dan terakhir
membahas bagaimna cara menganalisis kesalahan berbahasa.
Perberbeda
dalam buku Nanik Setyawati dengan judul Analisis
Kesalahan Berbahasa Indonesia (2010) ini pada BAB 3, 4, 5, 6 membahas lebih
lengkap mengenai kesalahan berbahasa dalam tataran fonologi, forfologi,
sintaksis dan semantik. Di dalam buku ini di mana pada tataran fonologi
dijelaskan bagaimana kesalahan pelafalan, perubahan, penghilangan, serta
penambahan dalam fonem.begitupun dalam tataran morfologi, sintaksis dan
semantik dijelaskan secara lengkap berbeda dengan buku Tarigan dan Tarigan
(1988) yang hanya membahas secara singkat mengenai kesalahan berbahasa dalam
tataran fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Selanjutnya pada Bab 7
dan 8 dalam buku Nanik Setyawati ini membaha mengenai kesalahan berbahasa dalam
wacana, dan kesalahan berbahasa penerapan kaidah ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan. Pada Bab 7 pun dijelaskan dengan lengkap bagaimana kesalahan
dalam kohesi, kesalahan dalam penggunaan pengacuan, kesalahan penggunaan
penyulihan, kekurangefektifan wacana karena tidak ada pelepasan, kesalahan
penggunaan konjungsi, dan kesalahan dalam koherensi. Dan pada Bab 8 nya juga
membahas secara lengkap bagaimana kesalahan penulisan huruf, kesalahan
penulisan kata, kesalahan pemenggalan, kesalahan penulisan lambang, unsur
serapan, tanda baca dll.
Selanjutnya
pada buku Markhamah dkk. (2009) dengan judul Analisis Kesalahan & Kesantunan Berbahasa pada Bab 5 membahas
membahas mengenai kesalahan struktur karena kerancuan aktif-pasif, kesalahan
struktur karena subjek dan keterangan, kesalahan struktur karena pengantar
kalimat, kesalahan struktur karena penghubung terbagi yang kurang tepat,
kesalahan struktur karena ketiadaan induk kalimat. Selanjutnya pada Bab 6
membahas mengenai kesantunan sosiolinguistik dalam teks keagamaam dan Bab 7
membahas mengenai kesantunan linguistic dalam terjemahan Al Quran. Buku
Markhamah dkk. (2009) dengan judul Analisis
Kesalahan & Kesantunan Berbahasa ini pembahasnya rata-rata mengaitkan
dengan Al Quran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar