Nama :
Narsih
NIM :
2222120324
Kelas :
7 A, Diksatrasia
BAB I Perbedaan dari
empat buku tentang Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia:
Pertama, dalam
buku yang berjudul analisis kesalahan berbahasa Indonesia karya Nanik
Setyawati. Pada BAB I menjelaskan tentang ragam bahasa, bahasa Indonesia
sebagai ragam ilmu, dan berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Pertama,
bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan, yaitu sebagai (1) bahasa nasional dan
(2) bahasa negara. Keanekaragaman bahasa itulah yang dinamakan ragam bahasa.
Ragam bahasa atau variasi pemakaian bahasa dapat diamati berdasarkan
saranannya, suasananya, norma pemakaiannya, tempat atau daerahnya, bidang
penggunannya, dan lain-lain.
Kedua, dalam
buku yang berjudul pengajaran analisis kesalahan berbahasa karya Henry Guntur
Tarigan dan Djago Tarigan. Pada BAB I menjelaskan bahwa lebih dari setengah
penduduk dunia adalah dwibahasawan yang menggunakan dua bahasa atau lebih
sebagai alat komunikasi. Pemerolehan bahasa dapat dibagi atas pemerolehan
bahasa pertama (PB1) dan pemerolehan bahasa kedua (PB2). Kedwibahasaan
menimbulkan interferensi sebagai salah satu faktor penyebab kesalahan
berbahasa. Terdapat perbedaan yang jelas antara pemerolehan bahasa dan
pemelajaran bahasa: informal >< formal; tidak berencana><
berencana; tidak disengaja>< disengaja; tidak disadari>< disadari.
Kedwibahasaan adalah kemampuan menghasilkan ujaran yang bermakna di dalam dua
bahasa (atau lebih). Faktor pendukung kedwibahasaan adalah politik, budaya,
administrasi, ekonomi, militer/pertahanan, sejarah, agama, demografi, dan
ideologi.
Ketiga, dalam
buku yang berjudul analisis kesalahan karya Mansoer Pateda. Pada BAB I
menjelaskan bahwa linguistik terapan adalah subdisiplin linguistik yang
menerapkan teori-teori linguistik dalam kegiatan praktis. Analisis montrastif
sengaja dipopulerkan untuk membantu guru bahasa memperbaiki kesalahan berbahasa
si terdidik sekaligus menolong si terdidik memperbaiki kesalahan bahasa mereka
sehingga mereka segera menguasai bahasa yang dipelajari dalam waktu tidak lama.
Analisis kontrastif sebagai suatu pendekatan pengajaran bahasa mengasumsikan
bahwa bahasa ibu mempengaruhi si terdidik ketika ia mempelajari bahasa kedua.
Analisis kontrastif adalah pendekatan dalam pengajaran bahasa yang menggunakan
teknik perbandingan antara bahasa ibu dengan bahasa kedua atau bahasa yang
sedang dipelajari sehingga guru dapat meramalkan kesalahan si terdidik dan si
terdidik segera menguasai bahasa yang bukan bahasa ibunya yang sedang
dipelajari. Sedangkan analisis kesalahan bertujuan untuk menemukan kesalahan,
mengklasifikasikan, dan terutama untuk melakukan tindakan perbaikan. Kesalahan
si terdidik mungkin saja disebabkan oleh si terdidik sendiri, tetapi mungkin
pula disebabkan oleh guru, bahan, metode, atau barang kali teknik mengajar
guru.
Kempat, dalam buku yang berjudul analisis kesalahan
dan kesantunan berbahasa karya Markhamah. Pada BAB I menyampaikan hal-hal yang
mendasaripenelitian dan penulisan buku ajar dimaksud. Selain itu, pada BAB 1
juga termuat maksud ditulisnya buku. Sistematika buku juga dinyatakan pada bab
ini.
Nama : Narsih
NIM : 2222120324
Kelas : 7 A, Diksatrasia
BAB II Perbedaan
dari empat buku tentang Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia:
Pertama, dalam
buku yang berjudul analisis kesalahan berbahasa Indonesia karya Nanik
Setyawati. Pada BAB II menjelaskan bahwa kesalahan berbahasa adalah penggunaan
bahasa baik secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi atau penyimpang dari
norma kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata bahasa Indonesia. Pangkal
penyebab kesalahan bahasa ada pada orang yang menggunakan bahasa yang
bersangkutan bukan pada bahasa yang digunakannya. Kesalahan berbahasa dianggap
sebagai bagian dari proses belajar-mengajar, baik belajar secara formal maupun
secara tidak formal. Analisis kesalahan merupakan sebuah proses yang didasarkan
pada analisis kesalahan orang yang sedang belajar dengan obyek (yaitu bahasa)
yang sudah ditargetkan. Bahasa yang ditargetkan tersebut dapat berupa bahasa
ibu maupun bahasa nasional dan bahasa asing.
Kedua, dalam
buku yang berjudul pengajaran analisis kesalahan berbahasa karya Henry Guntur
Tarigan dan Djago Tarigan. Pada BAB II menjelaskan bahwa analisis kontrastif
adalah kegiatan yang mencoba membandingkan struktur B1 dan struktur B2 untuk
mengidentifikasi perbedaan-perbedaan kedua bahasa itu. Dalam anakon terdapat
dua hipotesis, yaitu: (a) hipotesis bentuk lemah, dan (b) hipotesis bentuk
kuat. Terdapat aneka kritik terhadap anakon, antara lain: perbedaan tidak
selalu menimbulkan kesukaran, kesukaran dan kesalahan berbahasa tidak selalu
dapat diprediksi, interferensi bukan penyebab utama kesalahan berbahasa, bahan
ajaran tidak utuh dan menyeluruh, kurang memperhatikan faktor-faktor
nonstruktural. Implikasi pedagogis anakon terdapat pada: (a) penyusunan bahan
ajaran, (b) penyusunan tata bahasa pedagogis, (c) penataan kelas secara
terpadu, (d) penyajian bahan ajaran.
Ketiga, dalam
buku yang berjudul analisis kesalahan karya Mansoer Pateda. Pada BAB II
menjelaskan bahwa kesalahan berbahasa itu banyak jenisnya, namun tidak semuanya
dapat dikategorikan pada kesalahan yang berhubungan dengan kompetensi. (a)
kesalahan acuan. (b) kesalahan register. (c) kesalahan sosial. (d) kesalahan
tekstual. (e) kesalahan penerimaan. (f) kesalahan pengungkapan. (g) kesalahan
perorangan. (h) kesalahan kelompok. (i) kesalahan menganalogi. (j) kesalahan
transfer. (k) kesalahan guru. (l) kesalahan lokal. (m) kesalahan global.
Keempat, dalam buku yang berjudul analisis kesalahan
dan kesantunan berbahasa karya Markhamah. Pada BAB II menjelaskan tentang
kalimat efektif. Pada bab ini dibahasa tentang ciri-ciri kalimat efektif, yakni
ciri gramatikal, dan ciri sintaksis. Disertakan juga contoh-contoh kalimat yang
tidak efektif dan perbaikannya. Pada bab ini juga dinyatakan ciri-ciri diktis,
penalaran, dan keserasian.
Nama : Narsih
NIM : 2222120324
Kelas : 7 A, Diksatrasia
BAB III Perbedaan
dari empat buku tentang Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia:
Pertama, dalam
buku yang berjudul analisis kesalahan berbahasa Indonesia karya Nanik
Setyawati. Pada BAB III menjelaskan bahwa kesalahan berbahasa Indonesia dalam
tataran fonologi dapat terjadi baik penggunaan bahasa secara lisan maupun
secara tertulis. Sebagian besar kesalahan berbahasa Indonesia dalam tataran
fonologi berkaitan dengan pelafalan. Bila kesalahan pelafalan tersebut
dituliskan, maka terjadilah kesalahan berbahasa dalam ragam tulis. Kesalahan
pelafalan karena perubahan fonem karena terdapat banyak contoh kesalahan
pelafalan, karena pelafalan fonem-fonem tertentu berubah atau tidak diucapkan
sesuai kaidah. Kesalahan pelafalan karena penghilangan fonem karena pemakai
bahasa sering menghilangkan bunyi tertentu pada sebuah kata, yang mengakibatkan
justru pelafalan tersebut menjadi salah atau tidak benar. Kesalahan pelafalan
karena penambahan fonem karena terdapat pula kesalahan pelafalan dikarenakan
pemakai bahasa tersebut menambahkan fonem tertentu pada kata-kata yang
diucapkan.
Kedua, dalam
buku yang berjudul pengajaran analisis kesalahan berbahasa karya Henry Guntur
Tarigan dan Djago Tarigan. Pada BAB III menjelaskan bahwa analisis kesalahan
(Anakes) mempunyai langkah-langkah kerja: (a) pengumpulan sampel kesalahan, (b)
pengidentifikasian kesalahan, (c) penjelasan kesalahan, (d) pengklasifikasian
kesalahan, (e) pengevaluasian kesalahan. Tujuan analisis kesalahan adalah: (a)
menentukan urutan bahan ajaran, (b) menentukan perurutan jenjang penekanan
bahan ajaran, (c) merencanakan latihan dan pengajaran remedial, (d) memilih
butir pengujian kemahiran siswa. Metodologi analisis kesalahan yang ideal
mencakup: (a) mengumpulkan data kesalahan, (b) mengidentifikasi serta
mengklasifikasi kesalahan, (c) memperingati kesalahan, (d) menjelaskan
kesalahan, (e) memprakirakan daerah rawan kesalahan, (f) mengoreksi kesalahan.
Reorientasi analisis kesalahan pernah diadakan, khususnya mengenai: pengertian
kesalahan, perbedaan antara kesalahan dan kekeliruan, tujuan Anakes, data dan
metode Anakes, sumber, sebab, signifikasi Anakes.
Ketiga, dalam
buku yang berjudul analisis kesalahan karya Mansoer Pateda. Pada BAB III
menjelaskan bahwa dalam kesalahan fonologi berhubungan dengan pelafalan dan
penulisan bunyi bahasa. Dahulu dalam bahasa Indonesia tidak dikenal fonem / v
/, sehingga kata vak dilafalkan pak. Dalam kesalahan dalam bidang
morfologi berhubungan dengan tata bentuk kata. Dalam bahasa Indonesia kesalahan
dalam bidang morfologi akan menyangkut derivasi, diksi, kontaminasi, dan
pleonasme, ini semua berhubungan pula dengan kosa kata. Dalam kesalahan dalam
daerah sintaksis berhubungan erat dengan kesalahan pada daerah morfologi,
karena kalimat berunsurkan kata-kata. Dalam daerah kesalahan semantik,
berhubungan dengan pemahaman makna kata dan ketepatan pemakaian kata itu dalam
bertutur. Dalam kesalahan memfosil tidak berkaitan dengan daerah kesalahan, tetapi
menyangkut sifat kesalahan.
Keempat, dalam buku yang berjudul analisis kesalahan
dan kesantunan berbahasa karya Markhamah. Pada BAB III menjelaskan tentang
kepaduan dan ketepatan makna. Kepaduan membahas keeratan hubungan antarunsur
dalam kalimat. Adapun ketepatan mengungkap kemantapan makna kalimat.
Nama : Narsih
NIM : 2222120324
Kelas : 7 A, Diksatrasia
BAB IV Perbedaan
dari empat buku tentang Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia:
Pertama, dalam
buku yang berjudul analisis kesalahan berbahasa Indonesia karya Nanik
Setyawati. Pada BAB IV menjelaskan bahwa baik ragam tulis maupun ragam lisan
dapat terjadi kesalahan berbahasa dalam pembentukan kata atau tataran
morfologi. Kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi disebabkan oleh berbagai
hal. Klasifikasi kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi antara lain: (a)
penghilangan afiks, (b) bunyi yang seharusnya luluh tetapi tidak diluluhkan,
(c) peluluhan bunyi yang seharusnya tidak luluh, (d) pergantian morf, (e)
penyingkatan morf mem-, men-, meng-,
meny-, dan menge-, (f) pemakaian afiks yang tidak tepat, (g) penentuan
bentuk dasar yang tidak tepat, (h) penempatan afiks yang tidak tepat pada
gabungan kata, dan (i) pengulangan kata majemuk yang tidak tepat.
Kedua, dalam
buku yang berjudul pengajaran analisis kesalahan berbahasa karya Henry Guntur
Tarigan dan Djago Tarigan. Pada BAB IV menjelaskan bahwa antarbahasa mengacu
kepada pengetahuan sistematik mengenai B2 yang berdikari dan bebas dari B1
pembelajar maupun bahasa sasaran. Ada lima proses antarbahasa, yaitu: (1)
transfer bahasa, (2) transfer latihan, (3) siasat pembelajaran B2, (4) siasat
komunikasi B2, (5) overgeneralisasi kaidah-kaidah bahasa sasaran.
Ketiga, dalam
buku yang berjudul analisis kesalahan karya Mansoer Pateda. Pada BAB IV
menjelaskan bahwa sumber dan penyebab kesalahan banyak, tetapi yang terpenting
adalah dari bahasa ibu, lingkungan, kebiasaan, interlingual, interferensi, dan
tidak kalah pentingnya adalah kesadaran penutur bahasa. Pertama, Pendapat
populer menyebutkan kesalahan bersumber pada ketidakhati-hatian si terdidik dan
yang lain karena pengetahuan mereka terhadap bahasa yang dipelajari, dan
interferensi. Kedua, Istilah bahasa ibu biasa dipadankan dengan istilah first language, native language, mother
language, dan bagi orang Indonesia biasa dipadankan dengan istilah bahasa
daerah. Ketiga, lingkungan yang dimaksud di sini adalah lingkungan yang turut
mempengaruhi penguasaan bahasa si terdidik. Lingkungan ini meliputi lingkungan
di rumah, di sekolah, dan lingkungan di masyarakat. Keempat, kebiasaan
bertalian dengan pengaruh bahasa ibu dan lingkungan. Si terdidik terbiasa
dengan pola-pola bahasa yang didengarnya, oleh karena pola atau bentuk sudah
menjadi kebiasaan, kesalahan sulit dihilangkan. Kelima, istilah interlingual, ‘interlanguage’ mula-mula digunakan oleh
Selinker pada tahun 1969. Selinker membedakan perspektif belajar ‘teaching perspective’ dan perspektif
belajar ‘learning perspective’.
Perspektif pengajaran dihubungkan dengan usaha mengantisipasi melalui
metodologi yang ada kaitannya antara masukan dengan hasil yang akan dicapai.
Keenam, interferensi retroaktif adalah pengaruh pada proses belajar sebagai
akibat materi yang telah dipelajari, sedangkan interferensi proaktif adalah
pengaruh sebagai akibat efek penyimpangan bahan yang telah dipelajari lebih
dahulu.
Keempat, dalam buku yang berjudul analisis kesalahan
dan kesantunan berbahasa karya Markhamah. Pada BAB IV menjelaskan tentang yang
berkenaan dengan kalimat bervariasi. Hal-hal yang dibahas dalam kalimat
bervariasi urutan dan kalimat bervariasi aktif-pasif. Di samping itu, juga
dikemukakan kalimat bervariasi berita-perintah-tanya.
Nama : Narsih
NIM : 2222120324
Kelas : 7 A, Diksatrasia
BAB V Perbedaan dari
empat buku tentang Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia:
Pertama, dalam
buku yang berjudul analisis kesalahan berbahasa Indonesia karya Nanik
Setyawati. Pada BAB V menjelaskan tentang kesalahan berbahasa tataran
sintaksis, sintaksis adalah cabang linguistik tentang susunan kalimat dan
bagian-bagiannya; ilmu tata kalimat (Tim Penyusunan Kamus, 1996 : 946). Ramlan
(1987 : 21) mendefinisikan sintaksis sebagai bagian atau cabang dari ilmu
bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase;
berbeda dengan morfologi yang membicarakan seluk-beluk kata dan morfem.
Kesalahan dalam tataran sintaksis berhubungan erat dengan kesalahan pada bidang
morfologi, karena kalimat berunsurkan kata-kata. Kesalahan dalam tataran
sintaksis antara lain berupa: kesalahan dalam bidang frasa dan kesalahan dalam
bidang kalimat.
Kedua, dalam
buku yang berjudul pengajaran analisis kesalahan berbahasa karya Henry Guntur
Tarigan dan Djago Tarigan. Pada BAB V menjelaskan tentang analisis kesalahan
berbahasa, bahwa (i) kesalahan berbahasa adalah bagian konversasi atau
komposisi yang menyimpang dari beberapa norma baku performansi orang dewasa.
(ii) ada empat taksonomi bahasa yang penting diketahui, a. taksonomi kategori
linguistik, b. taksonomi siasat permukaan, c. taksonomi komparatif, d.
taksonomi efek komunikatif. (iii) dalam taksonomi kategori linguistik dikenal
dengan kesalahan-kesalahan fonologi, morfologi, sintaksis, leksikon. (iv) dalam
taksonomi siasat permukaan, dikenal kesalahan penghilangan, penambahan, salah
formasi, salah susun. (v) dalam taksonomi komparatif, dapat dibedakan:
kesalahan perkembangan, kesalahan antarbahasa, kesalahan teks, dan kesalahan
lainnya. (vi) dalam taksonomi efek komunikatif dapat dibedakan: kesalahan
global dan kesalahan lokal. (vii) analisis kesalahan berbahasa (AKB) adalah
suatu prosedur yang digunakan oleh para peneliti dan para guru, yang mencakup
pengumpulan sampel bahasa pelajar, pengenalan kesalahan-kesalahan yang terdapat
dalam sampel tersebut, pendeskripsian kesalahan-kesalahan itu,
pengklasifikasian berdasarkan sebab-sebabnya yang telah dihipotesiskan, serta
pengevaluasian keseriusannya. (viii) kesalahan berbahasa itu perlu dikoreksi
dengan menggunakan 6 kriteria: keterpahaman, keseringan yang tinggi, kemauan
yang tinggi, pengaruh noda/gangguan, kuantitas pengajar yang terpengaruh, dan
fokus pedagogis. (ix) koreksi kesalahan berbahasa lisan dapat dilakukan oleh:
siswa sendiri dengan bantuan guru; sesama siswa; guru. (x) koreksi kesalahan
bahasa tulis dapat dibuat secara: langsung dan tidak langsung.
Ketiga, dalam
buku yang berjudul analisis kesalahan karya Mansoer Pateda. Pada BAB V
menjelaskan tentang kesalahan menyimak dan berbicara. Setiap hari kita
mendengar orang yang berbicara atau menggunakan bahasa lisan. Pada awal
kehidupan, pertama-tama kita menghabiskan waktu untuk mendengarkan orang di
sekeliling kita. Kita mendengar orang berbicara dalam bahasa ibu, kadang-kadang
pula kita mendengar orang berbicara dalam bahasa kedua, atau dalam bahasa
asing. Seperti juga menyimak, setiap hari manusia berbicara. Berbicara berarti
menggunakan bahasa lisan secara aktif. Penggunaan bahasa lisan secara aktif
ini, boleh saja berwujud perintah, pertanyaan, dorongan, harapan permintaan,
pengakuan, penjelasan, pidato, berbicara pada sidang-sidang, misalnya
konferensi, rapat, diskusi, seminar, loka karya, simposium, sarasehan,
penataran, kursus, pertemuan, panel, berbicara di kampanye, memberikan
penerangan.
Kempat, dalam buku yang berjudul analisis kesalahan
dan kesantunan berbahasa karya Markhamah. Pada BAB V menjelaskan tentang
kesalahan struktur. Sugono, (1999: 177-178) menyatakan beberapa penyebab
kesalahan itu. Pertama, kesalahan yang diakibatkan oleh ketaksaan. Kedua,
kesalahan yang disebabkan diksi yang kurang tepat. Ketiga, kesalahan yang
diakibatkan oleh ejaan yang kurang tepat.
Nama :
Narsih
NIM :
2222120324
Kelas :
7 A, Diksatrasia
BAB VI Perbedaan
dari empat buku tentang Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia:
Pertama, dalam
buku yang berjudul analisis kesalahan berbahasa Indonesia karya Nanik
Setyawati. Pada BAB VI menjelaskan tentang kesalahan berbahasa tataran
semantik. Kesalahan ini dapat berkaitan dengan bahasa tulis maupun bahasa
lisan. Kesalahan berbahasa ini dapat terjadi pada tataran fonologi, morfologi,
dan sintaksis. Kesalahan berbahasa dalam tataran semantik ini penekanannya pada
penyimpangan makna, baik yang berkaitan dengan fonologi, morfologi, maupun
sintaksis. Jadi, jika ada sebuah bunyi, bentuk kata, atau pun kalimat yang
maknanya menyimpang dari makna yang seharusnya, maka tergolong ke dalam kesalahan
berbahasa ini.
Kedua, dalam
buku yang berjudul pengajaran analisis kesalahan berbahasa karya Henry Guntur
Tarigan dan Djago Tarigan. Pada BAB VI bahwa pada buku ini tidak ada lagi
materi yang menjelaskan tentang pengajaran analisis kesalahan berbahasa, karena
sudah dijelaskan pada Bab I, Bab II, Bab III, Bab IV, dan terakhir pada Bab V.
Ketiga, dalam
buku yang berjudul analisis kesalahan karya Mansoer Pateda. Pada BAB VI
menjelaskan tentang kesalahan membaca dan menulis. Pendek kata kegiatan membaca
dan menulis merupakan sebagian kegiatan manusia. Itu sebabnya keterampilan
membaca dan menulis menjadi pokok bahasan sejak si terdidik berada di sekolah
dasar. Ketika si terdidik membaca dan menulis, pasti ada kesalahan yang
dibuatnya. Kalau dibandingkan dengan kemampuan menyimak, berbicara, dan
membaca, kemampuan menulis tidak selamanya dilaksanakan. Kadang-kadang orang
menulis karena terpaksa, misalnya ingin mengirim surat kepada keluarga yang
jauh.
Keempat, dalam buku yang berjudul analisis kesalahan
dan kesantunan berbahasa karya Markhamah. Pada BAB VI menjelaskan tentang
kesantunan linguistik dalam teks keagamaan. Dapat disimpulkan bahwa teks
terjemahan Quran mengandung kesantunan sosiolinguistik, yang merupakan bagian
dari etika berbahasa yang menekankan pada norma-norma dan nilai-nilai
kesantunan yang berlaku dalam masyarakat. Kesantunan sosiolinguistik yang
terkandung dalam teks terjemahan Quran ini sebenarnya tidak hanya untuk umat
Islam tetapi bersifat universal yang bisa menjadi ukuran kesantunan bagi berbagai
kelompok masyarakat dan budaya. Oleh karena itu, kesantunan sosiolinguistik ini
secara lebih khusus dapat menjadi rujukan norma dan nilai bagi bangsa Indonesia
yang mayoritas beragama Islam.
Nama :
Narsih
NIM :
2222120324
Kelas :
7 A, Diksatrasia
BAB VII Perbedaan
dari empat buku tentang Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia:
Pertama, dalam
buku yang berjudul analisis kesalahan berbahasa Indonesia karya Nanik
Setyawati. Pada BAB VII menjelaskan tentang kesalahan berbahasa tataran wacana.
Bahasa meliputi tataran fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik.
Masing-masing memiliki satuan-satuan linguistik. Urutan hierarki satuan-satuan
linguistik secara teoretis yang normal adalah fonem, morfem, kata, frasa,
klausa, kalimat, dan wacana. Dapat diketahui bahwa wacana merupakan satuan
linguistik yang tertinggi. Wacana dapat direalisasikan dalam bentuk karangan
yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf, kalimat,
atau kata yang membawa amanat yang lengkap.
Kedua, dalam
buku yang berjudul pengajaran analisis kesalahan berbahasa karya Henry Guntur
Tarigan dan Djago Tarigan. Pada BAB VII bahwa pada buku ini tidak ada lagi
materi yang menjelaskan tentang pengajaran analisis kesalahan berbahasa, karena
sudah dijelaskan pada Bab I, Bab II, Bab III, Bab IV, dan terakhir pada Bab V.
Ketiga, dalam
buku yang berjudul analisis kesalahan karya Mansoer Pateda. Pada BAB VII
menjelaskan tentang penerapan analisis kesalahan. Pada bab ini akan dibahas hal
yang berhubungan dengan penerapan analisis kesalahan. Bab ini dimaksudkan untuk
melengkapi persiapan guru ketika ia akan menilai kemampuan berbahasa si
terdidik di sekolah, baik yang berhubungan dengan menyimak, berbicara, membaca,
atau menulis. Pada bab ini pula akan diuraikan mengenai, (i) teknik analisis,
(ii) implikasi pedagogis analisis kesalahan, (iii) dukungan terhadap analisis
kesalahan, (iv) prosedur analisis kesalahan, (v) format analisis kesalahan,
(vi) kesulitan menerapkan analisis kesalahan, dan (vii) analisis. Tujuan
analisis kesalahan adalah membantu si terdidik mengetahui kesalahannya dan
sekaligus membantunya memahami bahasa yang sedang dipelajari. Oleh karena itu
pemerian yang memperlihatkan kaidah yang benar dan yang salah pada bahasa yang
sedang dipelajari sangat membantu si terdidik. Dengan sendirinya kesalahan yang
frekuensi pemunculannya rendah tidak terlalu mendesak untuk diperikan. Hal
seperti ini akan membantu guru memprogramkan pokok bahasan yang akan diajarkan.
Keempat, dalam buku yang berjudul analisis kesalahan
dan kesantunan berbahasa karya Markhamah. Pada BAB VII menjelaskan tentang
kesantunan linguistik dalam terjemahan Al-Quran. Dapat disimpulkan bahwa teks
terjemahan Quran mengandung pola-pola konstruksi yang mengungkapkan kesantunan
linguistik. Kesantunan linguistik yang terdapat pada teks terjemahan Quran
terdiri dari konstruksi deklaratif, konstruksi imprelatif, konstruksi
interogatif, dan konstruksi pengandaian. Kesantunan linguistik dalam teks terjemahan
Quran lebih banyak berupa perintah dan larangan karena ketidaksederajatan
antara penutur dan petutur atau pendengar. Namun demikian, perintah dan
larangan tersebut dinyatakan dalam rentang kualitas bervariasi. Dari tingkat
kesantunan rendah hingga kesantunan tinggi. Kesantunan lingusitik yang berupa
perintah meliputi perintah, ajakan, dan anjuran, sedangkan kesantunan
linguistik yang berupa larangan mencakup larangan, peringatan, dan
sindiran.
Nama :
Narsih
NIM :
2222120324
Kelas :
7 A, Diksatrasia
BAB VIII Perbedaan
dari empat buku tentang Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia:
Pertama, dalam
buku yang berjudul analisis kesalahan berbahasa Indonesia karya Nanik
Setyawati. Pada BAB VIII menjelaskan tentang kesalahan berbahasa dalam
penerapan kaidah ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Selama ini orang
umumnya berpendapat bahwa ejaan hanya berkaitan dengan cara mengeja suatu kata.
Contoh, kata eja dieja dengan e-j-a menjadi eja. Pengertian ejaan seperti itu sebenarnya kurang tepat karena
yang disebut ejaan pada dasarnya lebih luas dari itu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996: 250)
ejaan didefinisikan sebagai kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata,
kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan
tanda baca. Jelaslah bahwa ejaan tidak hanya berkaitan dengan cara mengeja
suatu kata, tetapi yang lebih utama berkaitan dengan cara mengatur penulisan
huruf menjadi satuan yang lebih besar, misalnya kata, kelompok kata, atau
kalimat. Kecuali itu, ejaan berkaitan pula dengan penggunaan tanda baca pada
satuan-satuan huruf tersebut. Berikut ini berturut-turut dikemukakan kesalahan
dalam penerapan kaidah Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD), di
antaranya meliputi: (a) kesalahan penulisan huruf besar atau huruf kapital, (b)
kesalahan penulisan huruf miring, (c) kesalahan penulisan kata, (d) kesalahan
memenggal kata, (e) kesalahan penulisan lambang bilangan, (f) kesalahan
penulisan unsur serapan, dan (g) kesalahan penulisan tanda baca.
Kedua, dalam buku yang berjudul pengajaran analisis
kesalahan berbahasa karya Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan. Ketiga, dalam
buku yang berjudul analisis kesalahan karya Mansoer Pateda. Keempat, dalam buku
yang berjudul analisis kesalahan dan kesantunan berbahasa karya Markhamah. Dari
ketiga penulis dan masing-masing buku yang berbeda tersebut pada BAB VIII tidak
terdapat materi tentang kesalahan berbahasa penerapan kaidah ejaan bahasa
Indonesia yang di sempurnakan. Karena dalam ketiga buku tersebut hanya terdapat
VII bab saja, tidak sama halnya seperti buku yang di tulis oleh Nanik Setyawati
yang berjudul analisis kesalahan berbahasa Indonesia. karena dalam buku yang di
tulis oleh Nanik Setyawati tersebut terdapat VIII bab yang materinya tentang
kesalahan berbahasa penerapan kaidah ejaan bahasa Indonesia yang di
sempurnakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar