Sabtu, 26 Desember 2015

Nama   : Narsih
NIM    : 2222120324
Kelas   : 7 A, Diksatrasia

BAB I Perbedaan dari empat buku tentang Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia:
Pertama, dalam buku yang berjudul analisis kesalahan berbahasa Indonesia karya Nanik Setyawati. Pada BAB I menjelaskan tentang ragam bahasa, bahasa Indonesia sebagai ragam ilmu, dan berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Pertama, bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan, yaitu sebagai (1) bahasa nasional dan (2) bahasa negara. Keanekaragaman bahasa itulah yang dinamakan ragam bahasa. Ragam bahasa atau variasi pemakaian bahasa dapat diamati berdasarkan saranannya, suasananya, norma pemakaiannya, tempat atau daerahnya, bidang penggunannya, dan lain-lain.
Kedua, dalam buku yang berjudul pengajaran analisis kesalahan berbahasa karya Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan. Pada BAB I menjelaskan bahwa lebih dari setengah penduduk dunia adalah dwibahasawan yang menggunakan dua bahasa atau lebih sebagai alat komunikasi. Pemerolehan bahasa dapat dibagi atas pemerolehan bahasa pertama (PB1) dan pemerolehan bahasa kedua (PB2). Kedwibahasaan menimbulkan interferensi sebagai salah satu faktor penyebab kesalahan berbahasa. Terdapat perbedaan yang jelas antara pemerolehan bahasa dan pemelajaran bahasa: informal >< formal; tidak berencana>< berencana; tidak disengaja>< disengaja; tidak disadari>< disadari. Kedwibahasaan adalah kemampuan menghasilkan ujaran yang bermakna di dalam dua bahasa (atau lebih). Faktor pendukung kedwibahasaan adalah politik, budaya, administrasi, ekonomi, militer/pertahanan, sejarah, agama, demografi, dan ideologi.
Ketiga, dalam buku yang berjudul analisis kesalahan karya Mansoer Pateda. Pada BAB I menjelaskan bahwa linguistik terapan adalah subdisiplin linguistik yang menerapkan teori-teori linguistik dalam kegiatan praktis. Analisis montrastif sengaja dipopulerkan untuk membantu guru bahasa memperbaiki kesalahan berbahasa si terdidik sekaligus menolong si terdidik memperbaiki kesalahan bahasa mereka sehingga mereka segera menguasai bahasa yang dipelajari dalam waktu tidak lama. Analisis kontrastif sebagai suatu pendekatan pengajaran bahasa mengasumsikan bahwa bahasa ibu mempengaruhi si terdidik ketika ia mempelajari bahasa kedua. Analisis kontrastif adalah pendekatan dalam pengajaran bahasa yang menggunakan teknik perbandingan antara bahasa ibu dengan bahasa kedua atau bahasa yang sedang dipelajari sehingga guru dapat meramalkan kesalahan si terdidik dan si terdidik segera menguasai bahasa yang bukan bahasa ibunya yang sedang dipelajari. Sedangkan analisis kesalahan bertujuan untuk menemukan kesalahan, mengklasifikasikan, dan terutama untuk melakukan tindakan perbaikan. Kesalahan si terdidik mungkin saja disebabkan oleh si terdidik sendiri, tetapi mungkin pula disebabkan oleh guru, bahan, metode, atau barang kali teknik mengajar guru.

Kempat, dalam buku yang berjudul analisis kesalahan dan kesantunan berbahasa karya Markhamah. Pada BAB I menyampaikan hal-hal yang mendasaripenelitian dan penulisan buku ajar dimaksud. Selain itu, pada BAB 1 juga termuat maksud ditulisnya buku. Sistematika buku juga dinyatakan pada bab ini.


Nama   : Narsih
NIM    : 2222120324
Kelas   : 7 A, Diksatrasia

BAB II Perbedaan dari empat buku tentang Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia:
Pertama, dalam buku yang berjudul analisis kesalahan berbahasa Indonesia karya Nanik Setyawati. Pada BAB II menjelaskan bahwa kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor  penentu berkomunikasi atau penyimpang dari norma kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata bahasa Indonesia. Pangkal penyebab kesalahan bahasa ada pada orang yang menggunakan bahasa yang bersangkutan bukan pada bahasa yang digunakannya. Kesalahan berbahasa dianggap sebagai bagian dari proses belajar-mengajar, baik belajar secara formal maupun secara tidak formal. Analisis kesalahan merupakan sebuah proses yang didasarkan pada analisis kesalahan orang yang sedang belajar dengan obyek (yaitu bahasa) yang sudah ditargetkan. Bahasa yang ditargetkan tersebut dapat berupa bahasa ibu maupun bahasa nasional dan bahasa asing.
Kedua, dalam buku yang berjudul pengajaran analisis kesalahan berbahasa karya Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan. Pada BAB II menjelaskan bahwa analisis kontrastif adalah kegiatan yang mencoba membandingkan struktur B1 dan struktur B2 untuk mengidentifikasi perbedaan-perbedaan kedua bahasa itu. Dalam anakon terdapat dua hipotesis, yaitu: (a) hipotesis bentuk lemah, dan (b) hipotesis bentuk kuat. Terdapat aneka kritik terhadap anakon, antara lain: perbedaan tidak selalu menimbulkan kesukaran, kesukaran dan kesalahan berbahasa tidak selalu dapat diprediksi, interferensi bukan penyebab utama kesalahan berbahasa, bahan ajaran tidak utuh dan menyeluruh, kurang memperhatikan faktor-faktor nonstruktural. Implikasi pedagogis anakon terdapat pada: (a) penyusunan bahan ajaran, (b) penyusunan tata bahasa pedagogis, (c) penataan kelas secara terpadu, (d) penyajian bahan ajaran.
Ketiga, dalam buku yang berjudul analisis kesalahan karya Mansoer Pateda. Pada BAB II menjelaskan bahwa kesalahan berbahasa itu banyak jenisnya, namun tidak semuanya dapat dikategorikan pada kesalahan yang berhubungan dengan kompetensi. (a) kesalahan acuan. (b) kesalahan register. (c) kesalahan sosial. (d) kesalahan tekstual. (e) kesalahan penerimaan. (f) kesalahan pengungkapan. (g) kesalahan perorangan. (h) kesalahan kelompok. (i) kesalahan menganalogi. (j) kesalahan transfer. (k) kesalahan guru. (l) kesalahan lokal. (m) kesalahan global.
Keempat, dalam buku yang berjudul analisis kesalahan dan kesantunan berbahasa karya Markhamah. Pada BAB II menjelaskan tentang kalimat efektif. Pada bab ini dibahasa tentang ciri-ciri kalimat efektif, yakni ciri gramatikal, dan ciri sintaksis. Disertakan juga contoh-contoh kalimat yang tidak efektif dan perbaikannya. Pada bab ini juga dinyatakan ciri-ciri diktis, penalaran, dan keserasian.


Nama   : Narsih
NIM    : 2222120324
Kelas   : 7 A, Diksatrasia

BAB III Perbedaan dari empat buku tentang Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia:
Pertama, dalam buku yang berjudul analisis kesalahan berbahasa Indonesia karya Nanik Setyawati. Pada BAB III menjelaskan bahwa kesalahan berbahasa Indonesia dalam tataran fonologi dapat terjadi baik penggunaan bahasa secara lisan maupun secara tertulis. Sebagian besar kesalahan berbahasa Indonesia dalam tataran fonologi berkaitan dengan pelafalan. Bila kesalahan pelafalan tersebut dituliskan, maka terjadilah kesalahan berbahasa dalam ragam tulis. Kesalahan pelafalan karena perubahan fonem karena terdapat banyak contoh kesalahan pelafalan, karena pelafalan fonem-fonem tertentu berubah atau tidak diucapkan sesuai kaidah. Kesalahan pelafalan karena penghilangan fonem karena pemakai bahasa sering menghilangkan bunyi tertentu pada sebuah kata, yang mengakibatkan justru pelafalan tersebut menjadi salah atau tidak benar. Kesalahan pelafalan karena penambahan fonem karena terdapat pula kesalahan pelafalan dikarenakan pemakai bahasa tersebut menambahkan fonem tertentu pada kata-kata yang diucapkan.
Kedua, dalam buku yang berjudul pengajaran analisis kesalahan berbahasa karya Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan. Pada BAB III menjelaskan bahwa analisis kesalahan (Anakes) mempunyai langkah-langkah kerja: (a) pengumpulan sampel kesalahan, (b) pengidentifikasian kesalahan, (c) penjelasan kesalahan, (d) pengklasifikasian kesalahan, (e) pengevaluasian kesalahan. Tujuan analisis kesalahan adalah: (a) menentukan urutan bahan ajaran, (b) menentukan perurutan jenjang penekanan bahan ajaran, (c) merencanakan latihan dan pengajaran remedial, (d) memilih butir pengujian kemahiran siswa. Metodologi analisis kesalahan yang ideal mencakup: (a) mengumpulkan data kesalahan, (b) mengidentifikasi serta mengklasifikasi kesalahan, (c) memperingati kesalahan, (d) menjelaskan kesalahan, (e) memprakirakan daerah rawan kesalahan, (f) mengoreksi kesalahan. Reorientasi analisis kesalahan pernah diadakan, khususnya mengenai: pengertian kesalahan, perbedaan antara kesalahan dan kekeliruan, tujuan Anakes, data dan metode Anakes, sumber, sebab, signifikasi Anakes.
Ketiga, dalam buku yang berjudul analisis kesalahan karya Mansoer Pateda. Pada BAB III menjelaskan bahwa dalam kesalahan fonologi berhubungan dengan pelafalan dan penulisan bunyi bahasa. Dahulu dalam bahasa Indonesia tidak dikenal fonem / v /, sehingga kata vak dilafalkan pak. Dalam kesalahan dalam bidang morfologi berhubungan dengan tata bentuk kata. Dalam bahasa Indonesia kesalahan dalam bidang morfologi akan menyangkut derivasi, diksi, kontaminasi, dan pleonasme, ini semua berhubungan pula dengan kosa kata. Dalam kesalahan dalam daerah sintaksis berhubungan erat dengan kesalahan pada daerah morfologi, karena kalimat berunsurkan kata-kata. Dalam daerah kesalahan semantik, berhubungan dengan pemahaman makna kata dan ketepatan pemakaian kata itu dalam bertutur. Dalam kesalahan memfosil tidak berkaitan dengan daerah kesalahan, tetapi menyangkut sifat kesalahan.
Keempat, dalam buku yang berjudul analisis kesalahan dan kesantunan berbahasa karya Markhamah. Pada BAB III menjelaskan tentang kepaduan dan ketepatan makna. Kepaduan membahas keeratan hubungan antarunsur dalam kalimat. Adapun ketepatan mengungkap kemantapan makna kalimat.


Nama   : Narsih
NIM    : 2222120324
Kelas   : 7 A, Diksatrasia

BAB IV Perbedaan dari empat buku tentang Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia:
Pertama, dalam buku yang berjudul analisis kesalahan berbahasa Indonesia karya Nanik Setyawati. Pada BAB IV menjelaskan bahwa baik ragam tulis maupun ragam lisan dapat terjadi kesalahan berbahasa dalam pembentukan kata atau tataran morfologi. Kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi disebabkan oleh berbagai hal. Klasifikasi kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi antara lain: (a) penghilangan afiks, (b) bunyi yang seharusnya luluh tetapi tidak diluluhkan, (c) peluluhan bunyi yang seharusnya tidak luluh, (d) pergantian morf, (e) penyingkatan morf mem-, men-, meng-, meny-, dan menge-, (f) pemakaian afiks yang tidak tepat, (g) penentuan bentuk dasar yang tidak tepat, (h) penempatan afiks yang tidak tepat pada gabungan kata, dan (i) pengulangan kata majemuk yang tidak tepat.
Kedua, dalam buku yang berjudul pengajaran analisis kesalahan berbahasa karya Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan. Pada BAB IV menjelaskan bahwa antarbahasa mengacu kepada pengetahuan sistematik mengenai B2 yang berdikari dan bebas dari B1 pembelajar maupun bahasa sasaran. Ada lima proses antarbahasa, yaitu: (1) transfer bahasa, (2) transfer latihan, (3) siasat pembelajaran B2, (4) siasat komunikasi B2, (5) overgeneralisasi kaidah-kaidah bahasa sasaran.
Ketiga, dalam buku yang berjudul analisis kesalahan karya Mansoer Pateda. Pada BAB IV menjelaskan bahwa sumber dan penyebab kesalahan banyak, tetapi yang terpenting adalah dari bahasa ibu, lingkungan, kebiasaan, interlingual, interferensi, dan tidak kalah pentingnya adalah kesadaran penutur bahasa. Pertama, Pendapat populer menyebutkan kesalahan bersumber pada ketidakhati-hatian si terdidik dan yang lain karena pengetahuan mereka terhadap bahasa yang dipelajari, dan interferensi. Kedua, Istilah bahasa ibu biasa dipadankan dengan istilah first language, native language, mother language, dan bagi orang Indonesia biasa dipadankan dengan istilah bahasa daerah. Ketiga, lingkungan yang dimaksud di sini adalah lingkungan yang turut mempengaruhi penguasaan bahasa si terdidik. Lingkungan ini meliputi lingkungan di rumah, di sekolah, dan lingkungan di masyarakat. Keempat, kebiasaan bertalian dengan pengaruh bahasa ibu dan lingkungan. Si terdidik terbiasa dengan pola-pola bahasa yang didengarnya, oleh karena pola atau bentuk sudah menjadi kebiasaan, kesalahan sulit dihilangkan. Kelima, istilah interlingual, ‘interlanguage’ mula-mula digunakan oleh Selinker pada tahun 1969. Selinker membedakan perspektif belajar ‘teaching perspective’ dan perspektif belajar ‘learning perspective’. Perspektif pengajaran dihubungkan dengan usaha mengantisipasi melalui metodologi yang ada kaitannya antara masukan dengan hasil yang akan dicapai. Keenam, interferensi retroaktif adalah pengaruh pada proses belajar sebagai akibat materi yang telah dipelajari, sedangkan interferensi proaktif adalah pengaruh sebagai akibat efek penyimpangan bahan yang telah dipelajari lebih dahulu.
Keempat, dalam buku yang berjudul analisis kesalahan dan kesantunan berbahasa karya Markhamah. Pada BAB IV menjelaskan tentang yang berkenaan dengan kalimat bervariasi. Hal-hal yang dibahas dalam kalimat bervariasi urutan dan kalimat bervariasi aktif-pasif. Di samping itu, juga dikemukakan kalimat bervariasi berita-perintah-tanya.


Nama   : Narsih
NIM     : 2222120324
Kelas   : 7 A, Diksatrasia

BAB V Perbedaan dari empat buku tentang Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia:
Pertama, dalam buku yang berjudul analisis kesalahan berbahasa Indonesia karya Nanik Setyawati. Pada BAB V menjelaskan tentang kesalahan berbahasa tataran sintaksis, sintaksis adalah cabang linguistik tentang susunan kalimat dan bagian-bagiannya; ilmu tata kalimat (Tim Penyusunan Kamus, 1996 : 946). Ramlan (1987 : 21) mendefinisikan sintaksis sebagai bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase; berbeda dengan morfologi yang membicarakan seluk-beluk kata dan morfem. Kesalahan dalam tataran sintaksis berhubungan erat dengan kesalahan pada bidang morfologi, karena kalimat berunsurkan kata-kata. Kesalahan dalam tataran sintaksis antara lain berupa: kesalahan dalam bidang frasa dan kesalahan dalam bidang kalimat.
Kedua, dalam buku yang berjudul pengajaran analisis kesalahan berbahasa karya Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan. Pada BAB V menjelaskan tentang analisis kesalahan berbahasa, bahwa (i) kesalahan berbahasa adalah bagian konversasi atau komposisi yang menyimpang dari beberapa norma baku performansi orang dewasa. (ii) ada empat taksonomi bahasa yang penting diketahui, a. taksonomi kategori linguistik, b. taksonomi siasat permukaan, c. taksonomi komparatif, d. taksonomi efek komunikatif. (iii) dalam taksonomi kategori linguistik dikenal dengan kesalahan-kesalahan fonologi, morfologi, sintaksis, leksikon. (iv) dalam taksonomi siasat permukaan, dikenal kesalahan penghilangan, penambahan, salah formasi, salah susun. (v) dalam taksonomi komparatif, dapat dibedakan: kesalahan perkembangan, kesalahan antarbahasa, kesalahan teks, dan kesalahan lainnya. (vi) dalam taksonomi efek komunikatif dapat dibedakan: kesalahan global dan kesalahan lokal. (vii) analisis kesalahan berbahasa (AKB) adalah suatu prosedur yang digunakan oleh para peneliti dan para guru, yang mencakup pengumpulan sampel bahasa pelajar, pengenalan kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam sampel tersebut, pendeskripsian kesalahan-kesalahan itu, pengklasifikasian berdasarkan sebab-sebabnya yang telah dihipotesiskan, serta pengevaluasian keseriusannya. (viii) kesalahan berbahasa itu perlu dikoreksi dengan menggunakan 6 kriteria: keterpahaman, keseringan yang tinggi, kemauan yang tinggi, pengaruh noda/gangguan, kuantitas pengajar yang terpengaruh, dan fokus pedagogis. (ix) koreksi kesalahan berbahasa lisan dapat dilakukan oleh: siswa sendiri dengan bantuan guru; sesama siswa; guru. (x) koreksi kesalahan bahasa tulis dapat dibuat secara: langsung dan tidak langsung.
Ketiga, dalam buku yang berjudul analisis kesalahan karya Mansoer Pateda. Pada BAB V menjelaskan tentang kesalahan menyimak dan berbicara. Setiap hari kita mendengar orang yang berbicara atau menggunakan bahasa lisan. Pada awal kehidupan, pertama-tama kita menghabiskan waktu untuk mendengarkan orang di sekeliling kita. Kita mendengar orang berbicara dalam bahasa ibu, kadang-kadang pula kita mendengar orang berbicara dalam bahasa kedua, atau dalam bahasa asing. Seperti juga menyimak, setiap hari manusia berbicara. Berbicara berarti menggunakan bahasa lisan secara aktif. Penggunaan bahasa lisan secara aktif ini, boleh saja berwujud perintah, pertanyaan, dorongan, harapan permintaan, pengakuan, penjelasan, pidato, berbicara pada sidang-sidang, misalnya konferensi, rapat, diskusi, seminar, loka karya, simposium, sarasehan, penataran, kursus, pertemuan, panel, berbicara di kampanye, memberikan penerangan.
Kempat, dalam buku yang berjudul analisis kesalahan dan kesantunan berbahasa karya Markhamah. Pada BAB V menjelaskan tentang kesalahan struktur. Sugono, (1999: 177-178) menyatakan beberapa penyebab kesalahan itu. Pertama, kesalahan yang diakibatkan oleh ketaksaan. Kedua, kesalahan yang disebabkan diksi yang kurang tepat. Ketiga, kesalahan yang diakibatkan oleh ejaan yang kurang tepat.


Nama   : Narsih
NIM    : 2222120324
Kelas   : 7 A, Diksatrasia

BAB VI Perbedaan dari empat buku tentang Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia:
Pertama, dalam buku yang berjudul analisis kesalahan berbahasa Indonesia karya Nanik Setyawati. Pada BAB VI menjelaskan tentang kesalahan berbahasa tataran semantik. Kesalahan ini dapat berkaitan dengan bahasa tulis maupun bahasa lisan. Kesalahan berbahasa ini dapat terjadi pada tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis. Kesalahan berbahasa dalam tataran semantik ini penekanannya pada penyimpangan makna, baik yang berkaitan dengan fonologi, morfologi, maupun sintaksis. Jadi, jika ada sebuah bunyi, bentuk kata, atau pun kalimat yang maknanya menyimpang dari makna yang seharusnya, maka tergolong ke dalam kesalahan berbahasa ini.
Kedua, dalam buku yang berjudul pengajaran analisis kesalahan berbahasa karya Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan. Pada BAB VI bahwa pada buku ini tidak ada lagi materi yang menjelaskan tentang pengajaran analisis kesalahan berbahasa, karena sudah dijelaskan pada Bab I, Bab II, Bab III, Bab IV, dan terakhir pada Bab V.
Ketiga, dalam buku yang berjudul analisis kesalahan karya Mansoer Pateda. Pada BAB VI menjelaskan tentang kesalahan membaca dan menulis. Pendek kata kegiatan membaca dan menulis merupakan sebagian kegiatan manusia. Itu sebabnya keterampilan membaca dan menulis menjadi pokok bahasan sejak si terdidik berada di sekolah dasar. Ketika si terdidik membaca dan menulis, pasti ada kesalahan yang dibuatnya. Kalau dibandingkan dengan kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca, kemampuan menulis tidak selamanya dilaksanakan. Kadang-kadang orang menulis karena terpaksa, misalnya ingin mengirim surat kepada keluarga yang jauh.
Keempat, dalam buku yang berjudul analisis kesalahan dan kesantunan berbahasa karya Markhamah. Pada BAB VI menjelaskan tentang kesantunan linguistik dalam teks keagamaan. Dapat disimpulkan bahwa teks terjemahan Quran mengandung kesantunan sosiolinguistik, yang merupakan bagian dari etika berbahasa yang menekankan pada norma-norma dan nilai-nilai kesantunan yang berlaku dalam masyarakat. Kesantunan sosiolinguistik yang terkandung dalam teks terjemahan Quran ini sebenarnya tidak hanya untuk umat Islam tetapi bersifat universal yang bisa menjadi ukuran kesantunan bagi berbagai kelompok masyarakat dan budaya. Oleh karena itu, kesantunan sosiolinguistik ini secara lebih khusus dapat menjadi rujukan norma dan nilai bagi bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam.



Nama   : Narsih
NIM    : 2222120324
Kelas   : 7 A, Diksatrasia

BAB VII Perbedaan dari empat buku tentang Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia:
Pertama, dalam buku yang berjudul analisis kesalahan berbahasa Indonesia karya Nanik Setyawati. Pada BAB VII menjelaskan tentang kesalahan berbahasa tataran wacana. Bahasa meliputi tataran fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Masing-masing memiliki satuan-satuan linguistik. Urutan hierarki satuan-satuan linguistik secara teoretis yang normal adalah fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana. Dapat diketahui bahwa wacana merupakan satuan linguistik yang tertinggi. Wacana dapat direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf, kalimat, atau kata yang membawa amanat yang lengkap.
Kedua, dalam buku yang berjudul pengajaran analisis kesalahan berbahasa karya Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan. Pada BAB VII bahwa pada buku ini tidak ada lagi materi yang menjelaskan tentang pengajaran analisis kesalahan berbahasa, karena sudah dijelaskan pada Bab I, Bab II, Bab III, Bab IV, dan terakhir pada Bab V.
Ketiga, dalam buku yang berjudul analisis kesalahan karya Mansoer Pateda. Pada BAB VII menjelaskan tentang penerapan analisis kesalahan. Pada bab ini akan dibahas hal yang berhubungan dengan penerapan analisis kesalahan. Bab ini dimaksudkan untuk melengkapi persiapan guru ketika ia akan menilai kemampuan berbahasa si terdidik di sekolah, baik yang berhubungan dengan menyimak, berbicara, membaca, atau menulis. Pada bab ini pula akan diuraikan mengenai, (i) teknik analisis, (ii) implikasi pedagogis analisis kesalahan, (iii) dukungan terhadap analisis kesalahan, (iv) prosedur analisis kesalahan, (v) format analisis kesalahan, (vi) kesulitan menerapkan analisis kesalahan, dan (vii) analisis. Tujuan analisis kesalahan adalah membantu si terdidik mengetahui kesalahannya dan sekaligus membantunya memahami bahasa yang sedang dipelajari. Oleh karena itu pemerian yang memperlihatkan kaidah yang benar dan yang salah pada bahasa yang sedang dipelajari sangat membantu si terdidik. Dengan sendirinya kesalahan yang frekuensi pemunculannya rendah tidak terlalu mendesak untuk diperikan. Hal seperti ini akan membantu guru memprogramkan pokok bahasan yang akan diajarkan.
Keempat, dalam buku yang berjudul analisis kesalahan dan kesantunan berbahasa karya Markhamah. Pada BAB VII menjelaskan tentang kesantunan linguistik dalam terjemahan Al-Quran. Dapat disimpulkan bahwa teks terjemahan Quran mengandung pola-pola konstruksi yang mengungkapkan kesantunan linguistik. Kesantunan linguistik yang terdapat pada teks terjemahan Quran terdiri dari konstruksi deklaratif, konstruksi imprelatif, konstruksi interogatif, dan konstruksi pengandaian. Kesantunan linguistik dalam teks terjemahan Quran lebih banyak berupa perintah dan larangan karena ketidaksederajatan antara penutur dan petutur atau pendengar. Namun demikian, perintah dan larangan tersebut dinyatakan dalam rentang kualitas bervariasi. Dari tingkat kesantunan rendah hingga kesantunan tinggi. Kesantunan lingusitik yang berupa perintah meliputi perintah, ajakan, dan anjuran, sedangkan kesantunan linguistik yang berupa larangan mencakup larangan, peringatan, dan sindiran. 


Nama   : Narsih
NIM    : 2222120324
Kelas   : 7 A, Diksatrasia

BAB VIII Perbedaan dari empat buku tentang Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia:
Pertama, dalam buku yang berjudul analisis kesalahan berbahasa Indonesia karya Nanik Setyawati. Pada BAB VIII menjelaskan tentang kesalahan berbahasa dalam penerapan kaidah ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Selama ini orang umumnya berpendapat bahwa ejaan hanya berkaitan dengan cara mengeja suatu kata. Contoh, kata eja dieja dengan e-j-a menjadi eja. Pengertian ejaan seperti itu sebenarnya kurang tepat karena yang disebut ejaan pada dasarnya lebih luas dari itu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996: 250) ejaan didefinisikan sebagai kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca. Jelaslah bahwa ejaan tidak hanya berkaitan dengan cara mengeja suatu kata, tetapi yang lebih utama berkaitan dengan cara mengatur penulisan huruf menjadi satuan yang lebih besar, misalnya kata, kelompok kata, atau kalimat. Kecuali itu, ejaan berkaitan pula dengan penggunaan tanda baca pada satuan-satuan huruf tersebut. Berikut ini berturut-turut dikemukakan kesalahan dalam penerapan kaidah Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD), di antaranya meliputi: (a) kesalahan penulisan huruf besar atau huruf kapital, (b) kesalahan penulisan huruf miring, (c) kesalahan penulisan kata, (d) kesalahan memenggal kata, (e) kesalahan penulisan lambang bilangan, (f) kesalahan penulisan unsur serapan, dan (g) kesalahan penulisan tanda baca.
Kedua, dalam buku yang berjudul pengajaran analisis kesalahan berbahasa karya Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan. Ketiga, dalam buku yang berjudul analisis kesalahan karya Mansoer Pateda. Keempat, dalam buku yang berjudul analisis kesalahan dan kesantunan berbahasa karya Markhamah. Dari ketiga penulis dan masing-masing buku yang berbeda tersebut pada BAB VIII tidak terdapat materi tentang kesalahan berbahasa penerapan kaidah ejaan bahasa Indonesia yang di sempurnakan. Karena dalam ketiga buku tersebut hanya terdapat VII bab saja, tidak sama halnya seperti buku yang di tulis oleh Nanik Setyawati yang berjudul analisis kesalahan berbahasa Indonesia. karena dalam buku yang di tulis oleh Nanik Setyawati tersebut terdapat VIII bab yang materinya tentang kesalahan berbahasa penerapan kaidah ejaan bahasa Indonesia yang di sempurnakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar